Saat ini area pemukiman masih dipenuhi oleh kabut uap dari bentrokan sihir antara Inara dan sosok yang baru saja muncul tersebut.
Dan Inara juga membentuk perisai psikis yang besar untuk melindungi semua penduduk yang masih terjebak di area pertempuran ini.
Semua penggunaan kekuatan psikis ini jelas membebani Inara, otaknya sekarang sangat terbebani sehingga tanpa dia sadari darah pun mulai mengalir dari hidung dan kedua matanya.
Inara juga sedikit terbatuk, mengeluarkan darah dari mulutnya. Kemudian dia pun menyeka darahnya itu.
Tampaknya Inara sudah sangat kelelahan karna penggunaan kekuatan psikis yang berlebihan, tapi dia masih saja berusaha keras untuk mempertahankan perisai psikisnya tersebut.
Lucasto yang menyaksikan ini jelas merasakan pilu dihatinya.
"Nona Inara? Sudah cukup, jangan mengorbankan diri Nona lagi? Lebih baik Nona segera pergi dari sini dengan sisa tenaga yang Nona miliki sekarang, kami akan berusaha menahan mereka!"
Lucas memang pria sejati!
Saat ini dia malah menyuruh Inara untuk segera pergi. Dia tidak tega melihat Inara yang menderita.
Tapi Inara tidak mendengarkan Lucas. Dia tetap tidak bergeming dam terus fokus melihat ke arah atas, arah di mana Pria Kepala Banteng dan Sosok baru itu berada.
Dan tak lama kemudian, kabut uap itu mulai menghilang dari udara.
Lalu pada tempat di mana Inara sedang menatap, tampaklah sosok Pria Kepala Banteng yang tadi. Saat ini dia tetap mengambang di dalam bola perisai yang baru. Dan di sebelahnya saat ini telah berdiri satu sosok lagi yang memiliki tubuh seperti manusia, tapi sosok itu memiliki kepala mirip dengan burung Elang dan dia bahkan memiliki 2 buah sayap dipundaknya. Lalu sosok itu juga memiliki 2 tangan layaknya manusia, namun kaki yang dia miliki, sama seperti kaki burung elang.
Lanjut...
"Tuan?" Seru Pria Kepala Banteng.
"Hemmm . . . Jika Saya terlambat sedikit saja Kamu pasti sudah mati?"
Pria Kepala Elang tersebut melirik ke arah Pria Kepala Banteng dan menanggapi sapaannya tersebut.
Kemudian Pria kepala Banteng segera membungkuk, meminta maaf.
"Maafkan Saya, Tuan. Saya tidak mengira wanita dari pusat dunia itu memiliki kekuatan yang sangat kuat. Jujur Saya bukanlah tandingannya!"
"Ya, ya, Saya Mengerti. Dia memang kuat. Tapi sepertinya sekarang Dia sudah kelelahan. Hhhmmmm, kerja bagus."(Kepala Elang)
Setelah sedikit bercakap-cakap dengan si Kepala Banteng, Pria Kepala Elang itu mengalihkan pandangannya ke arah Inara.
Dia pun mulai berbicara.
"Hey Wanita Manusia? Sekarang Saya tidak punya banyak waktu, jadi lebih baik Kamu mengikuti Kami dengan patuh atau Saya akan membunuh semua penduduk yang ada di sini!"
Pria Kepala Elang langsung saja mengancam Inara.
"...."
Inara pun tersentak setelah mendengar pernyataan dari Pria Elang barusan!
Tapi hal ini malah membuat kemarahan Inara bertambah besar. Inara ingin segera mengahabisi mereka berdua, tapi dia segera tersadar setelah melihat keadaan disekelilingnya. Dia melihat mayat para Penjaga yang masih bergelimpangan disekitar, dia juga melihat banyak penduduk yang masih berbaring tak berdaya karna terluka parah.
Saat ini orang-orang dipenuhi oleh rasa takut dan bingung. Mereka tidak pernah menyangka bahwa siang ini mereka semua akan terseret ke dalam sebuah pertempuran hidup dan mati seperti sekarang.
Inara yang menyaksikan keadaan ini merasa tidak berdaya!
"Rudy? Kenapa Kamu belum juga datang? Apa yang harus Saya lakukan dalam situasi ini? . . . Rudy?"
Inara berharap di dalam hatinya, dia berharap Rudy ada disisinya sekarang.
Dan Setelah berpikir cukup lama, Inara akhirnya memutuskan untuk menuruti usulan dari si Kepala Elang.
Inara tidak mau penduduk yang tidak bersalah menjadi korban hanya karena dirinya.
Yah, nanti para penduduk Suku Pasir ini masih harus menjalani hari-hari bahagia mereka di Pusat Dunia, itulah yang Inara inginkan.
Setelah menyelesaikan pemikirannya, Inara menatap si Kepala Elang dan mulai berbicara.
"Oke, Saya akan ikut dengan Kalian berdua. Tapi ingat! Pegang perkataanmu itu, jika tidak. Saya pasti akan bertempur sampai mati bersama dengan mereka semua!"
Dengan nada yang sangat tegas, Inara menyanggupi usulan dari Pria Elang tersebut.
"Hohoho, Saya puji keberanian Kamu, wanita manusia. Ya, Saya Garuza Jendral Ke 10 dari Kerajaan Animal bersumpah dengan Nama Saya, bahwa Saya Tidak akan pernah melibatkan para penduduk Suku Ini jika Kamu bersedia untuk ikut dengan Kami. Apakah hal ini sudah cukup untuk meyakinkan Kamu?"
Namun Pria Kepala Banteng tiba-tiba memprotes tindakan si Kepala Elang.
"Tuan? Tidak perlu menuruti permintaan Manusia itu. Kita harus membunuh semua penduduk Suku pas,"
"DIAM! Moozo____ Rupanya sekarang Kamu sudah berani memerintahkan Saya?"
Dan Pria Kepala Elang(Garuza) pun membentak Pria Kepala Banteng(Moozo), karena telah berani mempertanyakan keputusan yang di buat.
"Maafkan Saya yang telah lancang, Tuan."
Menyadari kesalahannya, Moozo segera membungkuk layaknya prajurit dan meminta maaf kepada Garuza.
Garuza hanya melirik Moozo sebentar, kemudian dia kembali mengalihkan tatapannya ke arah Inara. Dia berniat melanjutkan pembicaraannya dengan Inara.
"Maafkan atas kelancangan bawahan Saya. Dan bolehkah Saya mengetahui nama kamu, wahai Wanita Manusia?"
"NAMA SAYA MUCHIKARI REYZO! PRIA YANG AKAN MENGHABISI KALIAN SEMUA KARNA TELAH BERANI-BERANINYA MEMBULY ADIK KESAYANGAN SAYA!"
Namun secara tak terduga, suara teriakan Reyzo yang entah darimana telah menggema di seluruh wilayah Oasis ini!
"Siapa itu?"
"Oniisama?"
Inara dan Garuza berseru hamoir bersamaan.
Kemudian dari kejauhan tampaklah siluet gelap yang terlihat seperti burung, dan benda itu sedang meluncur mendekati lokasi mereka dengan sangat cepat.
"Nnnguuuuuunnngggggg"
Suara deruan juga terdengar dari arah burung besar tersebut.
Dan kini Burung besar itu semakin mendekati lokasi mereka dan itu benda itu terlihat semakin besar!
"Hey Wanita Manusia? Mahluk apa itu sebenarnya?"(Garuzo)
Karna merasa ada yang aneh dengan penampakan tersebut, Garuza menanyakan hal ini kepada Inara. Tapi Inara jelas tidak akan menjawab pertanyaan Garuza tersebut karna saat ini kedua matanya itu telah tertuju ke arah burung besar tersebut.
"Nguuuuooooonnngggggggg"
"Wwwuuuuuuussshhhhhh"
Disertai suara deruan dan hempasan angin yang kuat, dalam sekejap saja Burung besar itu telah terbang melewati mereka semua.
Sekarang tampaklah keseluruhan bentuk burung besar tersebut. Ia memiliki warna yang hitam legam dengan sebuah tulisan berwarna putih terang yang ada dibadannya.
'MUCHIKARI COMPANY'
Yah, burung besar ini adalah sebuah pesawat super besar milik Muchikari Company. Pesawat ini bahkan mampu menampung hingga 400 orang, dan ia bahkan dilengkapi juga dengan peluncur Roket serta hulu ledak Nuklir!
Yah, ini adalah pesawat model rahasia milik Reyzo yang itu hanya dioperasikan untuk kegiatan-kegiatan dari Organisasi Rahasia mereka.
Bersambung...