Ayya masih terpikirkan tentang mimpinya.
"Jika benar Ayya yang kulihat adalah diriku di masa depan atau apapun, apa maksudnya?"
"Kenapa mimpi ini terasa begitu nyata?"
Sekadar mengobat cemasnya, Ayya mengambil ponsel. Ia menghubungi Aksa untuk memastikan kondisinya kala itu.
"Sa, kamu dimana?"
Dikirimnya sebuat pesan whatsapp. Aksa malah membalas dengan meneleponnya.
"Aku di rumah Oki. Baru aja mau jalan. Kenapa, Ay? Ada masalah?" ucap Aksa kawatir.
"Oh tidak. Aku cuma pengin tanya. Kamu baik-baik saja bukan?"
"Memangnya kenapa? Cie... kangen, ya?"
"Apaan. Ndak tuh, biasa aja."
"Ciee... cie...."
"Yaudah, aku tinggal dulu, ya. Mau berangkat sama Oki."
"Oki mau kemana emang?"
"Mau ke rumahku."
"Oh yaudah. Hati-hati ya, Sa."
"Iya, Ay. Daah."
Klik.
Panggilan telepon itu ditutup. Namun, Ayya masih merasakan cemasnya yang penuh tanda tanya.
"Kenapa mimpi itu terasa sangat nyata? Kenapa aku begitu kawatir seperti ini?" gumam Ayya.
***