"Ay... udah?"
"Gapapa, sok. Kalau masih mau nangis. Maaf, sudah memintamu menahannya."
Nia dan Tio sedang berjalan kembali ke tempat Aksa dan Ayya duduk. Awalnya, Nia sibuk bercanda melihat foto-foto di ponselnya.
"Haha ini lucu banget gayanya."
"Yang ini bagus. Keren sih keren. Suka fotografi ya, Ki?"
"Ehm, lumayan."
"Pantes. Hasilnya keren semua. Thanks, ya!" Nia refleks meraih lengan Oki.
Seketika, keduanya terdiam. Merasa ada yang salah dengan sikapnya, Nia terburu melepaskan lengan Oki.
"Maaf. Refleks. Makasih, ya."
Oki tersenyum. Laki-laki berkulit sawo matang dengan rambut agak gondrong itu pun terlihat berbeda.
"Eh, ayok susul Aksa dan Ayya. Aku kawatir mereka berantem."
"Hah?"
"Bercanda."
Nia berjalan buru-buru. Tanpa melihat, ada batu di tengah perjalanan dan hampir tersungkur. Kakinya yang belum sembuh total karena kecelakaan kemarin, hampir saja dibuatnya makin parah.
"Awas, Ni!!" Oki secepat kilat menahan tubuh Nia agar tak terjatuh.