Chereads / KESALAHAN NICK / Chapter 9 - Cerita 9

Chapter 9 - Cerita 9

"aku hanya penasaran dengan wangi alat-alat itu. kalau ditubuhmu.. itu bisa ku cium dibagian mana ya?" kata nikolas tersenyum genit tapi dia berkata yang sebenarnya. Tidak dengan juwita lia, walau dia hanya diam tapi matanya terlihat tak percaya, bagi juwita lia jawaban nikolas itu sedikit ambigu, dia teringat cerita yang dikatakan managernya kalau nikolas selama ini sering dianggap gay.

"Julia sayang.. agak lucu kalau kau yang meragukan kejantananku.. kau ingin memastikan itu? Dengan senang hati sayang... Apalagi kau habis mandi seperti ini.. wangimu sangat menggoda" kata nikolas dan dia maju dengan perlahan kearah juwita lia. Mereka saling menatap untuk beberapa saat, membangkitkan panas yang entah dari mana sumbernya. Tapi juwita lia yang sadar lebih dahulu segera memutar tubuh nikolas dan mendorongnya keluar dari dalam kamarnya.

"DASAR MESUM!!, Pikiranmu Selalu Saja Tentang Itu. Ayo Keluar.. Keluar Dari Kamarku!" teriak juwita lia merasa malu, sedangkan nikolas tertawa bahagia.

"ayolah lia sayang, kalau kita melakukan itu sekarang, kita pasti keburu sebelum kau kekantormu" kata nikolas dan berusaha membalikkan badannya yang ditahan juwita lia agar tidak melihat kearahnya. Kelakuan mereka itu terlihat begitu mesrah.

"ehm.." seseorang berdehem dari samping mereka, dan secara spontan juwita lia dan nikolas langsung melihat ke orang itu.

"ayah seharusnya menekan bel dulu baru masuk kedalam. maaf.. ayah jadi mengganggu kalian, tadi itu ayah kebelet pipis makanya langsung masuk " kata seorang laki-laki bule paruh baya yang ternyata adalah ayahnya juwita lia.

"ayah!!" juwita lia kaget melihat siapa yang telah berdiri didekat mereka.

"ayah?" nikolas yang mendengar panggilan juwita lia pada laki-laki itu jadi paham dari mana juwita memiliki mata berwarna biru dengan hidung yang sangat mancung itu, ternyata karena ayahnya seorang bule.

"jadi ternyata kalian telah tinggal bersama ya?" tanya ayahnya juwita lia.

"ah tidak ayah.. ini tidak seperti yang ayah pikirkan" protes juwita lia, sedikit kwatir.

"halo om.. nama saya nikolas agatha" sela nikolas dan menjulurkan tangannya memberi salam.

"aaah.. ternyata pak nick telah melupakan saya, beberapa bulan yang lalu perusahaan kami telah mengajukan kerja sama dengan pak nick tapi sayang ditolak"

"iya aku ingat, pak henry kan?.." potong nikolas, dia sedikit salah tingkah karena ternyata salah satu perusahaan yang ditolaknya adalah milik ayahnya juwita lia.

"maaf pak henry perusahaan kami punya kebijakan tersendiri sehingga kami menolak bekerja sama waktu itu. Mungkin nanti diproyek yang lain kita bisa bekerja sama pak." Kata nikolas tetap tenang. nikolas jadi ingat alasannya menolak perusahaan ayahnya juwita lia, karena nikolas tidak menyukai pribadinya hendry yang telah meninggalkan keluarganya dan menikah lagi, ternyata keluarga yang dia tinggalkan itu adalah juwita lia dan ibunya.

"iya benar, semoga kita bisa bekerja sama kedepannya"

"ih kau menolak bekerja sama dengan perusahaan ayahku, sombong sekali.. siapa sih kamu?" kata juwita lia, dia melirik nikolas dengan tatapan meremehkan, tapi tatapan itu sekarang tidak lagi membuat nikolas sakit hati, dia balas menatap juwita lia dengan tersenyum sayang.

"mau jadi provokator ya?" kata nikolas, kalau saja ayah juwita lia tidak berada disitu, dia mungkin sudah mencium juwita lia karena gemasnya.

"sudah ah.. kayaknya ayahmu datang kesini untuk berbicara denganmu. dan tadi itu ada telpon dari managermu, dia bilang siang ini mereka menunggumu dikantor, ada pembicaraan mengenai revisi iklan shampomu" nikolas telah kembali tenang, dan dia sadar kalau dia harus membiarkan ayah dan anak ini ngobrol berdua. 

"kau sudah makan siang lia?  makan sianglah bersama ayah, ada yang ingin ayah bicarakan denganmu berdua" ajak ayah juwita lia setelah mereka ditinggalkan nikolas kekamarnya.

"boleh juga yah.. tapi ayah, kita makan siangnya dekat kantorku saja ya.. supaya selesai makan aku bisa langsung kekantorku" juwita lia sangat senang mendengar ajakan ayahnya.

Saat mereka telah berada direstoran dan setelah memesan makanan.

"maafkan ayah lia.. seharusnya ayah tetap ada disisimu setelah ibumu meninggal, tapi ayah terlalu sibuk dengan pekerjaan ayah. Gimana kabarmu nak?" henry menyentuh tangan putri tertuanya, dalam hatinya dia selalu ingin melindungi putrinya ini tapi keadaannya selalu membuatnya mundur.

"baik ayah.. bagaimana dengan keluarga ayah? Oma juga apa kabarnya ayah?" juwita lia tersenyum, dia selalu bahagia jika bersama ayahnya.

"kami semua baik lia, dan oh iya.. besok malam ada pesta ulang tahun omamu, dia mengundangmu untuk datang" kata henry, dia berusaha tersenyum, padahal dalam hatinya dia sedikit kwatir dengan undangan ibunya itu. ibunya seorang wanita eropa yang sangat meremehkan orang asia, walaupun dia telah tinggal disalah satu negara diasia dalam waktu yang cukup lama karena sakit yang dideritanya, tapi pendiriannya tidaklah berubah. itulah sebabnya dia tak pernah merestui pernikahan anaknya henry dengan ibunya juwita lia, walaupun mereka telah memiliki anak, sampai akhirnya mereka bercerai.  

"ayah nggak bohongkan?! Benarkah oma mengundangku?" juwita lia terlalu bersemangat. Seumur hidupnya dia telah berusaha agar bisa diakui oleh wanita ini, ibu dari ayahnya, dan walaupun selalu saja tak dianggap tapi dia selalu menanamkan pada dirinya kalau suatu saat omanya pasti akan menyayanginya seperti pada cucu-cucunya yang lain.

"iya, pakailah baju terbaikmu dan datanglah.. ayah akan menunggumu dan mendampingimu disana" kata henry sangat tenang, padalah dalam hatinya dia masih saja kwatir, entah apa yang akan dilakukan ibunya pada anaknya.

"ayah, kita makannya sambil jalan saja ya? Aku ingin ditemani ayah untuk membelikan hadiah buat oma, aku takut hadiah yang kuberikan akan mengecewakan oma" kata juwita lia, dia senang sekaligus takut. Dan senyum diwajah ayahnya semakin lebar.

"kita beli hadiahnya besok saja ya? Hari ini ayah hanya ingin makan siang bersama putriku dengan tenang" kata ayahnya dan bersamaan itu juga, pelayan yang membawakan makanan pesanan mereka telah datang.  

"hari ini ayah ingin mendengarkan cerita-ceritamu.. rasanya sudah lama sekali kita tak ngobrol berdua. Dulu kita sering membahas tentang cita-citamu, teman-teman sekolahmu, musik yang kau suka, makanan yang kau suka dan lain-lain. Tapi akhir-akhir ini kau terlalu sibuk sih" henry tahu putrinya masih ingin protes, dan dia terlalu kwatir dengan hari esok, makanya dia hanya ingin waktu istirahat makan siangnya ini dihabiskan bersama putrinya.

"kok aku yang sibuk.. bukannya ayah, sekarang ayah lebih banyak berada diluar negeri dari pada disini, padahal aku sangat rindu," protes juwita lia, dia tak ingin membahas soal hadiah lagi, karena tak ingin memaksa ayahnya.

"iya ayah minta maaf.. bagaimana kalau sekarang kita mulai makan dan ngobrol tentang pacarmu si tuan nick.."

"ih apaan, siapa yang pacarnya si niko gila itu, kita nggak pacaran ayah.. itu semua hanya rekayasanya dia supaya aku bisa bebas dari gosip menjengkelkan itu. kita nggak pacaran ayah, sungguh!" kata juwita lia bersungguh-sungguh.

"oh.. begitu"

"ayah tidak menyukainya? Kalau ayah tidak suka, aku akan mengusirnya dari rumahku"

"ayah menyukainya. walaupun dia telah menolak bekerja sama dengan ayah tapi dia telah menolong putriku, dan itu yang paling utama.  selain itu ayah suka padanya karena pekerjaannya, semua produk-produk yang telah dibuatnya menurut ayah itu sangat luar biasa. Nick itu pinter, cerdik dan sangat mengagumkan" henry menatap putrinya, sepertinya ada binar bangga dimata putrinya.