Dan disaat pintu telah dibuka, nikolas sambil membawa sebuah koper besar dan tas leptopnya dia masuk kedalam rumah juwita lia tanpa sungkan.
"APA MAUMU!!" bentak juwita lia sambil berkecak pinggang didepan pintu saat nikolas masuk.
"Apa Yang Ingin Kau Bicarakan! Cepat Katakan.. Aku Tak Ingin Menghabiskan Waktu Berbicara Denganmu" kata juwita lia tegas, tapi nikolas tak terpengaruh ataupun takut, dia malah melewati juwita lia, melepaskan sepatunya dan berjalan kedalam rumah dan memeriksa sekeliling rumah.
"rumahmu boleh juga.." komentar nikolas jujur, juwita lia yang sangat merasa terganggu dengan kehadiran nikolas hanya bisa terdiam, mereka bertatapan, masing-masing dengan pikiran dan perasaan mereka sendiri. Mata biru juwita lia yang menyala karena kesal dan marah, tampak begitu menggoda buat nikolas, kenangan saat julia menggodanya kembali melintas dikepalanya.
"aku akan tinggal disini, dan.. kamar tamumu akan jadi kamarku untuk sementara" kata nikolas, untuk mengalihkan pikirannya dia berjalan menuju kamar tamu, matanya terlihat gelap, sedangkan perutnya bergolak karena menahan gairah.
"HEI BRENGKSEK!!.. SIAPA YANG MENGIJINKANMU?!!" kembali juwita lia membentak marah karena merasa diabaikan.
"itu karena aku ingin bertanggung jawab dan menjagamu lia.. kan sekarang semua orang tahu kalau kau" nikolas berhenti dan berbalik menghadap juwita lia, tapi dia tak berani menatap mata juwita.
"jangan gila ya.. aku tak perlu tanggung jawabmu, dan penjaga sepertimu?! Itu namanya cari mati! Aku tak mengenalmu! jadi jangan sok akrab apa lagi sok baik.." protes juwita lia kesal.
"aku bukan sok akrab atau sok baik lia.., tapi aku memang orang baik.. lagi pula kata orang, kita tak akan pernah saling mengenal satu sama lain sampai kita tinggal bersama.. jadi ku pikir ini adalah kesempatan kita untuk saling mengenal, supaya kalau suatu saat kita melakukan itu lagi, semua karena memang sudah seharusnya tanpa ada pengaruh alkohol" kata nikolas tetap tenang, ada senyum tipis terlihat diwajahnya, bayangan kejadian waktu itu kembali terlintas dikepalanya.
"hei gila.. waktu itu aku tidak minum alkohol sedikitpun, itu pasti ka" belum selesai kalimat julia, nikolas langsung memotongnya.
"oh jadi malam itu sayangku lia melakukannya karena sangat menyukaiku ya.. aku ingat memang waktu itu, lia beberapa kali menyebutkan i love you padaku.." sebuah senyum menggoda muncul diwajah nikolas.
"TERSERAH!! DASAR MESUM!" kata juwita lia dan dengan wajah memerah karena malu dia setengah berlari masuk kekamarnya, dan membanting pintu kamarnya. Diluar kedua alis nikolas mengerut, "jadi dia belum tahu kalau dulu itu karena obat perangsang" pikir nikolas.
Hari mulai malam ketika juwita lia keluar dari kamarnya, dengan pakaian sedikit rapi, terlihat hendak pergi. Nikolas yang sedang bekerja diruang tamu menyandarkan kepalanya dikursi dan menatapnya.
"mau kemana?" tanya nikolas dengan nada suaranya yang seperti biasa tenang.
"itu bukan urusanmu" jawab julia cuek, dia masih sibuk mencari kunci mobilnya.
"urusanmu sekarang adalah urusanku lia.. aku ingin tahu kau mau kemana? kalau tidak aku akan ikut denganmu"
"silahkan kalau kau berpikir seperti itu, tapi aku nggak peduli.." kata juwita lia masih sibuk mencari kunci mobilnya, dia bingung kenapa bisa hilang dari tempat yang biasa dia menaruhnya.
"lia sayang.. sekarang ini diluar sana belum aman buatmu, orang brengsek itu bisa saja menyewa orang untuk menyakitimu.. dan aku sangat tak ingin hal itu sampai terjadi" jelas nikolas, dia telah duduk tegap dan menatap lekat juwita lia, dari tatapannya terlihat kalau dia benar kwatir. Mendengar itu juwita lia berbalik dan balas menatapnya, dia ingin memprotes tapi melihat tatapan nikolas dia hanya diam dan berbalik kembali mencari kunci mobilnya. Tapi kemudian dia berhenti dari aktifitasnya dan berbalik menatap nikolas lagi.
"hei.. kau lihat kunci mobilku?" tanya juwita pada nikolas pura-pura lupa dengan perdebatan mereka tadi.
"kamu mau kemana? aku antar ya.." suara nikolas melembut.
"aku hanya ingin menyalahkan lilin dikuburan ibuku. Dan aku akan pergi bersama managerku, dia telah menungguku dibawah" dengan pelan akhirnya juwita lia menjawab. Nikolas mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya dan memberikan itu pada juwita lia, dengan mengerutkan alisnya juwita lia memandang benda itu.
"Aku Tak Mau Menerima Barang Pemberianmu" tolak juwita lia, dia menatap curiga pada nikolas.
"ini bukan hanya sekedar kalung lia.. ini GPS..supaya kalau terjadi sesuatu denganmu aku bisa tahu kau ada dimana.." nikolas mengulurkan kalung itu pada juwita lia.
"Apa Kau Akan Mengawasiku?!" juwita lia belum menurunkan kecurigaannya.
"ya.. bisa dikatakan seperti itu, tapi kalung ini bukan kalung kekang, kamu bebas kemana saja" kali ini nikolas mengambil tangan julia dan meletakkan kalung itu ditangannya.
"pakailah.. dan kuharap jangan pernah dilepas ya" kata nikolas lagi, dan dengan enggan juwita lia memakai kalung itu, hal itu membuat nikolas sangat senang, meskipun rasa itu tidak ditunjukkan diwajahnya.
"ini kunci mobilnya, sekarang kau boleh pergi.." kata nikolas dan kembali mengambil tangan julia untuk memberikan kunci mobil. saat melihat kunci mobil ditangannya, juwita kembali menatap nikolas dengan marah. Tapi sebelum juwita berbicara nikolas telah membalikkan badannya dan mendorongnya pergi.
"pergilah, sebentar lagi malam.." juwita tak jadi marah dan dia langsung pergi. Dengan Senyuman nikolas melihat kepergian juwita lia, perempuan ini, dalam hatinya nikolas telah memutuskan untuk bertanggung jawab dan menjadikan juwita lia miliknya untuk selamanya, walaupun itu tak mudah tapi dia telah bertekad.
Keesokan harinya didapur nikolas telah sibuk membuatkan sarapan untuk juwita lia, walaupun tidak sejago chef michelin, tapi kalau untuk masakan sederhana nikolas yakin masakannya tidak kalah enak, dan saat masakannya hampir selesai dia telah mengetuk kamar julia membangunkannya untuk sarapan.
"lia sayang ayo sarapan.." panggil nikolas, setelah mengetuk pintu tadi, dia kembali kedapur dan menyiapkan meja untuk mereka sarapan.
Walaupun sedang sibuk didapur tapi nikolas bisa mendengar saat juwita lia keluar dari kamarnya dan berjalan kedapur, dia berbalik untuk memberikan salam, tapi saat dia melihat juwita lia yang menggunakan piyama dengan rambut yang sedikit acak serta tanpa mengunakan polesan pada wajahnya, terlihat begitu alami dan polos, pemandangan itu membuat nikolas terpana, DEG.. dia terlalu cantik sehingga pikirannya tak bisa tenang.
"duduklah.. aku telah membuatkan sarapan untuk kita.." suara nikolas terdengar dingin, dan dia membuang muka dari juwita lia, dia bukan marah atau kesal tapi semua itu dia lakukan karena dia sedang berusaha keras menahan gairahnya yang mulai bangkit saat melihat juwita lia pagi ini.
Saat melihat nikolas membuang muka, wajah juwita lia langsung cemberut, dia sebenarnya tadi sempat terpesona dan terharu saat melihat nikolas yang tanpa malu atau gengsi menyiapkan sarapan untuk mereka, seumur hidupnya belum pernah ada laki-laki yang menyiapkan sarapan untuknya. Tapi walaupun sedikit kesal dia tetap berjalan ke meja yang disediakan nikolas untuknya.