Hari ini Bela merasa capek sekali. Wajar saja ini adalah hari pertamanya bekerja. Jadi dia masih kaget dengan suasana kerja ikut orang yang kalau disuruh ini itu harus mau. Apalagi dirinya yang baru jadi pelayan disana. Mau tidak mau dia harus rela dan ikhlas menjadi tukang disuruh untuk ini itu harus mau. Alhasil saat pulang, tenaganya terasa capek sekali.
"Bel, kesini sebentar."Anton tiba-tiba menyamperi Bela yang tengah siap-siap pulang.
"Ya pak ada yang bisa saya bantu."Bela berusaha untuk pura-pura semangat biar rasa lelahnya tidak terlihat.
"Gimana kerjaanmu hari ini ? Lancar apa ada masalah? Dela tadi bimbing kamu kan?"tanya Anton sambil melihat make up Bela yang masih saja utuh dan tidak luntur sedikitpun itu. Sehingga wajah Bela masih terlihat cantik sekali bila dipandang.
"Mana bisa lancar, Dela aja nggak bimbing aku tadi. Malahan aku yang tanya ke pembeli."batin Bela dengan dongkol.
"Lancar kok pak. Ya kak Dela sudah bimbing saya dengan baik pak tadi. Jadi saya nggak menemukan kesulitan saat bekerja tadi."Bela terpaksa berbohong. Dia tidak mau membuat masalah disana.
"Bagus."diam-diam Dela menguping dan melihat pembicaraan Bela dengan Anton itu.
Tanpa disadari Bela, ternyata Dela menyimpan rasa ketidaksukaannya pada Bela. Bisa dibilang Dela merasa tersaingi kecantikannya dengan Dela makanya dia tidak mau membantu Bela bekerja dengan baik. Dia sengaja begitu biar Bela tidak betah bekerja disana.
"Ya sudah kalau begitu besok jangan lupa datang tepat waktu."Anton sambil menggaruk-garukkan rambutnya karena dia tidak kuat dengan kecantikan Bela yang begitu menyejukkan hatinya.
"Ya pak. Makasih. Saya pulang dulu."Bela berpamitan dengan Anton.
"Ya silahkan."
Akhirnya Bela pulang lewat pintu belakang. Dia sudah tahu aturan sebagai pelayan. Dimana kalau pulang harus lewat samping yang langsung tembus ke area parkiran.
Sebelum pulang, Bela sudah mengganti pakaiannya dengan pakaian biasa. Kali ini Bela memakai celana warna hitam dan kaos lengan pendek beserta outer. Apapun pakaian yang dikenakan Bela pasti akan terlihat cocok dibadannya. Karena dirinya yang ingin langsung pulang jadinya dia tidak sempat menghapus make up di wajahnya. Dia langsung keluar saja dari restaurant itu.
"AKu nggak boleh mengeluh. Namanya juga kerja pasti ada enaknya dan enggak enaknya."batin Bela sambil berjalan.
Disaat Bela pulang, tanpa sepengetahuannya ada Puteri sedang mau makan bersama dengan keluarganya di restaurant tempatnya bekerja. Kebetulan Puteri baru turun dari mobil beserta orangtuanya itu. Jadi tidak melihat Bela yang hendak pulang itu.
"Ehhh. Maaf."Bela tiba-tiba terkena tubuh Puteri yang sedang mundur di parkiran itu. Puteri tadi baru turun dari mobil sedang mundur dan mengenai Bela.
"Aduhh."kaki Bela sedikit sakit karena terinjak oleh kaki Puteri.
"Puteri."batin Bela yang kaget saat mendongak melihat Puteri ada didepannya.
"Wanita ini. Kok kayak aku nggak asing sama wajahnya ya. Penampilannya juga."batin Puteri dalam hati sambil mengamati Bela.
Jujur Puteri melihat Bela saat itu merasa pangling sekali. Dia tidak tahu kalau yang habis ditabraknya itu adalah Bela teman sebangkunya ketika di kelas. Yang membuat beda Bela adalah tampilan wajah Bela yang begitu cantik dengan polesan beberapa make up hingga membuat paras Bela berbeda sekali dari biasanya.
"Dia kira-kira tahu kalau aku Bela nggak ya."batin Bela dalam hati sambil cemas.
"Maaf ya mbak."ucap Puteri yang cepat-cepat meminta maaf kepada Bela. Dirinya masih belum sadar dan tahu kalau itu adalah Bela.
"Ya nggak papa mbak."Bela sedikit merubah suaranya supaya Puteri tidak mengenalinya.
"Permisi mbak."Bela cepat-cepat pergi.
"Kok aku kayak nggak asing sama wajah orang itu ya."batin Puteri sambil melihat kearah Bela yang sudah pergi itu.
"Ayo Put, masuk."orangtua Puteri mengejutkan Puteri. Akhirnya Puteri tidak mau memikirkan orang tadi lagi.
"SYukurlah dia nggak mengenali aku. Masak sampai segitunya sih. Orang-orang nggak mengenali aku kalau aku ini Bela hanya karena aku pakai make up seperti ini."batin Bela sambil memegang wajahnya.
Bela terus berjalan menuju rumah. Dia tidak sabar untuk pulang dan langsung beristirahat. Yang paling dia keluhkan adalah kakinya terasa pegal sekali. Mungkin karena dia selalu mondar mandir selama bekerja jadi dia kini pegal sekali.
Baru saja menghela nafasnya karena bisa terbebas dari Puteri, kini dia langsung dihadapkan dengan Bu Mery si pemilik restaurant Dona tempat kerjanya. Tiba-tiba ada mobil warna hitam berhenti di sampingnya saat sedang berjalan. Bahkan dia sampai di klakson juga.
"Bela, masuklah."ternyata bu Mery mempersilahkan Bela untuk masuk kedalam mobil bosnya itu.
"Saya masuk ini Bu?"Bela memastikan lagi. Bu Mery langsung mengangguk.
"Gimana tadi kerjanya."tanya Bu Mery setelah Bela duduk dikursi mobil mewahnya itu tiba-tiba pintu mobilnya tertutup dan itu membuat Bela takjub akan kemewahan mobil bosnya yang bisa menutup sendiri.
"Lancar kok bu. Oh ya bu, makasih ya sudah memberi kesempatan saya bekerja di restaurant ibu."kata Bela sambil menatap kearah Bu Mery.
"Ya sama-sama. Justru itu nggak seberapa kalau dibandingkan dengan kebaikanmu kemarin yang sudah membantu ibu dan mengembalikan dompet ibu. Soalnya dompet ibu itu ada asset asset pentingnya. Kalau sampai hilang, ibu nggak tahu lagi harus gimana lagi."Bu mery menatap Bela.
"Ya sama-sama bu."
Bu Mery nampak mengamati Bela terus menerus. Ternyata Bu Mery diam-diam terhanyut dengan penampilan Bela yang sekarang. Yang dia kenali dari Bela ada gelang warna pink yang melingkar di pergelangan tangan Bela itu.
"Saya pangling lihat kamu seperti ini. Kamu terlihat cantik sekali. Beda dari yang kemarin."Bu Mery memperhatikan Bela dari dekat untuk bisa lebih jelas melihat Bela.
"Masak bu?"Bela hanya menunduk saja.
"Ya. kalau kamu pakai make up langsung berubah total. Kamu cantik sekali. Apa kamu sudah punya pacar?"tanya Bu Mery yang ingin tahu kehidupan Bela itu.
"Saya nggak punya pacar bu."jawab Bela sambil menoleh kearah Bu Mery lagi.
"Kenapa? Kamu kan cantik."Bu Mery nampak kaget. Wanita secantik Bela belum punya pacar.
"Saya mau fokus sama pendidikan saya dulu. Saya mau kejar cita-cita saya biar bisa bahagiain keluarga."ucap Bela dengan penuh berharap sekali.
"Bagus. Saya suka anak seperti kamu ini. Mikirin orangtua kedepannya."Bu Mery salut dengan pernyataan Bela itu.
"Oh ya, ini biar saya antar kamu pulang ya?"Bu Mery menawarkan bantuan lagi kepada Bela.
"Nggak sudah bu. Saya bisa jalan kaki sendiri."jawab Bela sambil menolak tawaran bosnya itu. Dia merasa tidak enak.
"Nggak papa. Sekalian saya mau lihat rumah kamu dimana."
"Rumah saya masuk gang sempit bu. Jauh sekali. Mobil ibu nggak bisa masuk."kata Bela.
"Oh gitu. ya udah saya antar sampai depan gang aja ya. Nanti kamu arahin sopir saya kita harus kemana aja untuk bisa sampai dekat rumah kamu itu."Bu Mery memaksa.
Akhirnya Bela diantar pulang oleh bosnya itu dengan mengendarai mobil mewah. Bela sampai bingung kenapa bosnya bisa sebaik itu pdanya hanya karena sudah membantunya kemarin. Tapi jujur Bela merasa senang sekali ada orang kaya yang baik padanya. Secara dirinya itu orang biasa tapi bisa mendapatkan perhatian dari orang kaya.