Bela sangat senang sekali akhirnya hari ini dia mendapatkan apa yang dia cari. Tidak sia-sia hari ini dia rela bangun pagi dan berdandan rapi karena pada akhirnya dia dapat kerjaan juga. meskipun sebagai pelayan dia tetap senang.
Mencari kerja tidak segampang ketika membalikkan telapak tangan. Apalagi dirinya sadar kalau dia hanyalah berlatarbelakang lulusan SMP karena dia masih sekolah di bangku SMA.
"Nggak papa lah kalau harus buka kacamata ini. Toh pas kerja aja. Bibi juga nggak tahu kalau aku lepas kacamata ini."batin Bela yang masih berada di toilet restaurant itu.
"Lihat aja. Tempat ini bagus banget. Udah bersih mewah lagi. Aku pasti betah kerja disini."batin Bela dalam hati sambil mengaca di depan cermin toilet restaurant itu.
Jujur dia merasa suka sekali sama fasilitas yang ada di resataurat tersebut. Dimana resataurat tersebut sangat mengedapankan kebersihan. Disamping itu design resataurat tersebut terlihat mewah juga.
"Eh bentar. Kemarin kan aku lihat Kak Raka habis keluar dari sini. Nanti kalau dia kesini lagi gimana?"Bela tiba-tiba teringat dengan pertemuaannya dengan Raka kemarin di depan resataurat tersebut.
"Eh dia kan nggak tahu aku. Bukannya dia nggak mengenali aku ketika aku nggak pakai kacamata ditambah lagi rambutku aku biarkan terurai kemarin. Jadi nanti pas aku lepas kacamata mungkin dia juga nggak akan tahu kalau aku adalah Bela yang sering berurusan dengan dia di sekolah."Bela sedikit lega karena dia masih ingat dimana Raka tidak mengenalinya ketika di rumah sakit. Dia berpenampilan tidak seperti hari sekolah.
"Ah udahlah. Aku yakin dia nggak mengenali aku nanti. Ini kesempatan buat aku cari uang yang banyak dengan kerja disini."Bela mengangguk sendiri sambil menyentuh kacamata hitam bundarnya itu yang masih melekat dimatanya.
Hari ini dia belum memulai bekerja disana. Karena sesuai perintah ibu yang baik dan sudah menolongnya tadi, dirinya mulai bekerja besok hari.
"Aku nggak sabar untuk memberitahu adek dan bibi. Pasti mereka juga akan senang mendengarnya kalau aku udah dapat kerjaan di resataurat ini."batin Bela sambil keluar dari toilet.
Bela membawa seragam yang sudah diberikan pihak resataurat tadi kepadanya. Dia mau membawanya pulang. Bela pulang dengan suasana hati yang senang sekali hari ini.
"Hei."teriak seseorang dari belakang Bela ketika baru keluar dari resataurat itu.
"Ya pak."jawab Bela sambil melihat kearah Anton, orang kepercayaan dari ibu tadi yang sudah memberinya seragam resataurat tersebut.
"Oh ya siapa tadi namamu?"Anton menghampiri Bela yang sudah membalikkan badannya.
"Nama saya Bela pak."jawab Bela dengan ramah dan senyum manisnya.
"Aku kihat-lihat dia itu manis. Tapi dandanannya aja yang kurang menarik. Aku nggak yakin kalau dia bisa dandan besok. Tapi aku bisa berbuat apa, kalau bos sudah berkehendak."batin Anton sambil memperhatikan penampilan wajah Bela yang nampak sederhana sekali tanpa polesan make up sedikitpun.
"Oh ya, jangan lupa besok kamu harus sampai disini pukul 7 pagi dan pulangnya nanti jam 5 sore. Nanti kalau shift 2 jam 3 sampai jam 11 malam."kata Anton yang tidak lagi memandang fisik Bela. Karena dia juga sudah tidak bisa berbuat apa-apa. Semua keputusan ada di tangan bosnya itu yang sudah memperkerjakan Bela.
"Apa pak, jam 11 malam?"Bela kaget karena harus pulang malam.
"Ya. Kamu keberatan?"
"Nggak kok pak. Itu nanti saya akan shift 2 juga pak?"tanya Bela dengan bingung.
"Ya kan. Nanti setiap satu minggu sekali akan gentian shift."jawab Anton.
"Nggak papa lah. Namanya juga kerja. Semoga bibi nanti mengerti dan ngizinin aku tetap lanjut kerja disini."batin Bela dalam hati yan merasa keberatan karena harus pulang selarut malam itu.
"Oh ya, aku mau bicara bentar sama kamu. Kita duduk disana dulu."kata Anton sambil mengajak Bela untuk duduk di salah satu kursi pojokan depan resataurat tersebut. Kebetulan di depan resataurat terdapat halaman yang cukup luas ditambah lagi ada beberapa kursi untuk digunakan duduk dan berkumpul.
Menurut Bela, Anton itu adalah orang yang tidak mudah menerima orang baru. Dia merasa kalau Anton tidak terlalu suka padanya. Dia sadar dengan penampilannya yang kurang menarik itu membuat Anton ragu untuk memperkerjakannya. Tapi besok dia akan merubah anggapan Anton itu.
"Duduklah."Anton menyuruh Bela yang masih berdiri saja didekat kursi.
"Ya pak."Bela langsung duduk.
"Kamu kok bisa kenal bos itu darimana?"tanya Anton dengan penasaran sekali.
Anton mengira kalau bosnya itu sangat mengisitimewakan Bela. Dimana Bela yang sudah jelas-jelas kurang menarik penampilannya itu tapi tetap saja diterima kerja. Padahal yang cari kerja dan penampilannya jauh lebih menarik dan cantik daripada Bela itu masih banyak kenapa harus Bela yang diterima.
Bela juga sadar kalau laki-laki yang ada dihadapannya itu jelas meragukannya. Secara penampilannya itu nampak seperti culun dengan kacamata hitam bundar ditambah rambutnya yang diikat satu dibelakang.
"Kemarin aku jualan keliling pak. Nggak sengaja bertemu sama ibu yang pemilik resataurat ini sedang kesusahan memunguti barang belanjaannya yang jatuh berserakan di jalan dan dompetnya juga jatuh. Terus aku bantu. Dan ternyata pas aku sedang cari kerja di waktu libur sekolahku ini, ternyata bertemu lagi dengan ibu dan menawarkan aku pekerjaan disini. Gitu pak ceritanya."Bela menjelaskan secara rinci dan dengan tampang polosnya.
"Jadi kamu masih sekolah ini?"tanya Anton dengan melotot.
"Ya pak. Saya masih duduk di bangku sma kelas 2."jawab Bela.
"Terus kenapa kamu kerja disini? Kamu kan masih sekolah."
"Aku sudah bilang sama ibu tadi, kalau aku masih sekolah. Tapi kata ibu tadi nggak papa. Ya udah aku terima aja tawaran ibu itu. Apalagi aku sedang butuh uang dan cari kerja juga susah."jawab Bela.
"Oh gitu. Aku mau ngasih tahu kamu, ibu tadi yang sudah ngasih kerjaan kamu namanya Bu Mery. Dia pemilik resataurat ini."kata Anton.
"Ya sudah kalau gitu. Pokoknya aku pesan sama kamu, besok kamu harus menarik penampilannya dan jangan lupa lepas kacamata itu."Anton langsung berdiri untuk kembali lagi ke resataurat.
"Ya pak."Bela merasa tersindir dengan pernyataan Anton tadi. Dia hanya bisa menahan rasa kecewa dan sedihnya karena dia sadar akan posisinya sekarang.
Akhirnya bela kini pulang ke rumah. Jujur Bela masih kepikiran sama ucapan anton tadi yang secara tidak langsung menganggapnya kurang menarik. Dia berjanji ketika bekerja besok akan totalitas kerjanya. Mungkin fisiknya sekarang terlihat berbeda dan kurang menarik, tapi jangan salahkan dia kalau sudah niat banget dan kepepet itu.
"Tapi aku lihat, memang pelayan-pelayan disana terlihat cantik sekali sih."batin Bela.
"Ah udahlah besok aku akan dandan yang cantik mungkin. Kebetulan bibi juga ada make up di rumah."
Setibanya di rumah, dia langsung bertemu dengan adiknya. Bibinya juga terlihat sedang duduk di ruang tamu seperti istirahat.
"Adek bibi…"Bela masuk kedalam rumah.
"Gimana?"tanya Bibi Devi sambil duduk di kursi ruang tamu.
"Aku dapat kerja bi."Bela langsung jingkrak jingkrak di hadapan bibi Devi dan Rian.
"Beneran"Bibi Devi terlihat tidak percaya. secara cari pekerjaan di Jakarta itu susah sekali apalagi Bela hanya mengandalkan ijazah SMP.
"Ya bi. Aku bekerja sebegai pelaan di restaurant Dona."ucap Bela dengan girang.
"Syukurlah."Rian langsung bersyukur.
"Tapi bi, aku harus lepas kacamata saat kerja. Dan harus dandan juga. Nggak papa kan bi?"tanya Bela dengan sedikit takut.
"Harus itu?"Bela langsung mengangguk.
"Ya terserah kamu. Tapi ingat, jangan dekat-dekat sama laki-laki nakal. Fokus kerja dan ingat kamu itu masih sekolah. Awas saja kalau kamu neko-neko."pesan Bibi Devi sambil menunjuk-nunjuk Bela.
"Ya bi."Bela janji. Akhirnya bibinya tidak melarangnya.