Chereads / My six sence / Chapter 2 - Kepergian Ayah

Chapter 2 - Kepergian Ayah

Shafira memasuki ruang IGD salah satu rumah sakit ternama di kota nya. Di depan ruangan itu mamanya sedang duduk di salah satu kursi sambil menundukkan kepala nya, raut wajah nya terlihat tampak sedih. Shafira menghampiri bu Naysila perlahan dan mulai memegang bahu nya yang terlihat rapuh .

" Mah.."

Panggil Shafira perlahan takut mengejutkan mamanya, bu Naysila mengangkat kepala nya dan langsung memeluk putri nya tersebut.

" Pa..pa..papa mu".

Bu Naysila tidak lagi dapat melanjutkan perkataan nya, air mata mulai mengalir membasahi pipinya. Ia merasa terguncang dengan keadaan suami nya yang sedang di rawat di IGD.

Shafira meninggalkan mama nya dan memasuki ruang IGD. Di dalam ruangan tersebut Shafira melihat Papa nya seperti sedang menahan rasa sakit walau pun mata nya terpejam, hidung nya di pasang selang oksigen dan di tangan nya terdapat selang infus. Melihat kondisi Papa nya yang seperti itu ia merasa sangat sedih, bayangan papa nya sewaktu masih sehat terbersit di ingatan Shafira. Tak kala mereka sekeluarga berlibur di salah satu pantai.

" Pah, cepat bangun ya nanti kita bisa pergi ketempat kesukaan Papa jika papa sudah sembuh".

Air mata Shafira tak henti - henti nya mengalir membasahi pipi, tak kala tidak ada suara yang keluar dari mulut Papa nya. Tangan nya memegang tangan Papa nya yang terkulai lemas, tangan yang dulu kokoh kini lemah tak berdaya, hanya alat - alat medis inilah yang dapat menopang kehidupan nya saat ini.

Pintu masuk ruang IGD terbuka, Sisy dan Kayendra adik Shafira ternyata datang untuk menemui Papa mereka. Sisy pun langsung memeluk erat papa nya tersebut.

" Pah, bangun pah ini Sisy sudah datang pa, Sisy kangen sama papa."

Isak tangis pun tak terbendung lagi di ruang ICCU. Shafira yang melihat adik nya tak henti - henti menangis mulai memeluk nya perlahan mencoba menguatkan adik nya. Sementara Kayendra sebagai salah satu anak laki - laki hanya bisa terkulai lemah melihat keadaan Papa nya.

" Mungkin ini sudah jalan Papa, kita harus mendo'a kan yang terbaik untuk papa. "

" Sisy.." Pak kayendra mulai terbangun dan berkata dengan nada suara lemah. Sisy merupakan anak kesayangan Papa karena sifat nya yang manja.

" Ya, Papa Sisy ada di sini" jawab Sisy untuk meyakinkan nya.

" Papa kangen sama Sisy". Pak Kayendra mulai mengatakan perasaan nya

" Ya, Papa Sisy juga kangen sama Papa."

Sisy jarang bertemu papa nya karena harus dinggal di ibukota dekat dengan tempat nya bekerja. Mereka mulai perpelukan erat melepas rindu mereka.

" Sisy, Fira, Kencana, tolong jaga mama kalian ya jika papa telah tiada" Pinta pak Kayendra kepada anak - anak nya.

Mendengar pak Kayendra berkata demikian membuat suasana yang tenang kembali di penuhi tangis dari mereka perkataan Pak Kayendra seperti isyarat bahwa ia akan pergi untuk selama - lama nya.

Pak Kayendra tampak memejamkan matanya yang lelah, mungkin akibat pengaruh obat yang di suntikan kepada nya agar ia dapat beristirahat dan ia pun mulai tertidur kembali.

Setelah cukup lama berada di dalam ruang IGD mereka meninggalkan Papa nya dan bergantian dengan bu Naysila untuk menemui Papa mereka.

Merasa lelah mereka memutuskan kembali ke rumah untuk beristirahat, baru beberapa jam mereka ada di rumah telepon genggam milik Shafira bergetar, ia langsung menjawab telpon tersebut.

" Ya, ma ada apa". Tanya Shafira dengan nada suara yang sedikit khawatir, Shafira memiliki firasat ada hal yang buruk terjadi pada Papa nya.

Terdengar suara tangis yang pecah di ujung telepon.

" Fira, Pa.. Papa mu telah tiada". Bu Naysila tidak bisa mengeluarkan kata - kata lagi, ia hanya bisa menangis tersedu - sedu di ujung telepon.

" Apa mah, Papa sudah pergi? " Suara Shafira yang terkejut mendengar kabar itu terdengar oleh kedua adik - adik nya. Membuat Sisy berteriak histeris.

" Papa.."

Tanpa sadar Shafira menjatuhkan telepon genggam yang berada di tangan nya. Ia pun hanya bisa berkata.

" Papa.."

Shafira tak kuat menahan rasa sedih yang di alami nya, dia pun jatuh pingsan setelah mendengar kabar tersebut.

Sekitar pukul sebelas malam raungan mobil ambulance memecah hening nya suasana malam, mobil itu membawa jenazah Papa Shafira ke rumah nya. Rumah telah di siap kan untuk menyambut jenazah Pak Kayendra, di bantu dengan kerabat terdekat Shafira mereka menyiapkan semua nya. Malam itu terasa panjang bagi Shafira yang harus melewatkan malam dengan penuh duka atas kepergian Papa nya.

Pagi itu rumah Shafira terlihat penuh dengan orang yang ingin bertakjiah melihat jenazah Pak Kayendra, banyak kerabat dari Papa nya yang datang hari itu. Karena Papa Shafira memiliki banyak sahabat yang sering meminta untuk melihat masa depan mereka. Papa Shafira memiliki indra ke Enam yang dapat memprediksi masa depan.

Mereka merasa kehilangan dengan meninggalnya Pak Kayendra. Mereka bertanya-tanya apakah ada dari pihak keluarga Shafira yang di turunkan ilmu nya oleh Pak Kayendra.

Pemakanan hari itu berjalan dengan lancar, Shafira dan keluarga nya kembali ke rumah yang tampak aneh dengan ketidak hadiran Papanya.

******

Hari - hari Shafira setelah kepergian Papa nya berjalan seperti biasa, tetapi aneh nya sakit kepala yang selalu menyiksa nya tidak di rasakan nya lagi, badan Shafira merasa lebih sehat dan bugar ia pun tidak harus lagi pergi ke dokter untuk memeriksakan kepala nya itu.

Shafira memasuki kamar tidur Papa nya. Dia memandang barang - barang Papa nya masih berada di sana. Shafira menuju meja yang berada di sisi kamar tersebut. Shafira mulai memasukan barang - barang tersebut ke dalam sebuah kotak untuk di simpan nya sebagai kenangan. Shafira membuka laci meja tersebut, ia menemukan sebuah surat di dalam nya, di atas surat tersebut tertulis nama nya, Shafira membuka surat tersebut perlahan - lahan dan membaca nya.

" Untuk Shafira anak ku,

Papa sudah tidak bisa berlama - lama lagi menahan rasa sakit ini, Papa rasa sudah cukup menjalani kehidupan ini. Papa menulis surat ini untuk memberi tahu mu bahwa Papa telah mentransfer energi indra ke Enam Papa kepada mu tanpa ijin atau mengatakan nya terlebih dahulu kepada mu. Mungkin dalam beberapa bulan ini kau sering mengalami sakit kepala, itu di sebabkan oleh energi yang Papa transfer kepada mu. Maafkan Papa, Papa harap kamu bisa menerima nya dan menggunakan kuasa itu dengan sebaik - baik nya. Tolong jaga dan lindungi Mama dan Adik - adik mu.

Papa.."

Shafira merasa terkejut membaca surat tersebut yang ternyata untuk diri nya.

" Jadi selama ini Papa memberi kuasa nya kepada ku ". Shafira pun membatin.

Shafira menyimpan surat tersebut ke dalam kotak dan menyimpan nya di kamar nya.