Suasana pagi hari di rumah Shafira tidak seperti biasa nya, sudah banyak orang yang berkerumun di halaman rumahnya. Bu Naysila merasa kewalahan menghadapi orang - orang tersebut. Shafira yang baru saja selesai bersiap untuk berangkat bekerja merasa heran dengan suasana rumah nya yang ramai di pagi hari.
" Ada apa sih Mah di luar kok berisik sekali?". Shafira merasa terganggu dengan banyaknya orang di rumahnya sepagi ini.
" Itu loh Fir, sahabat papa mu dulu yang sering meminta tolong untuk di lihat masa depan nya mereka datang dan menanyakan mu, mereka bilang kau memiliki indra ke Enam yang di warisan papa kepada mu, karena mereka melihat photo mu dalam kecelakaan semalam. "
" Aku, punya indra ke Enam? Mereka salah menduga mah yang di photo itu bukan Fira, tolong mama jelaskan kepada mereka. "
Shafira tidak mau orang lain mengetahui tentang kekuatan indra ke Enam nya. Ia hanya ingin menggunakan nya pada situasi tertentu saja.
" Mama udah coba jelasin ke mereka Fir, tetapi mereka tidak percaya dengan penjelasan mama, mungkin dengan kamu yang menjelaskan, mereka akan mengerti, tapi ngomong - ngomong, kamu tidak memiliki indra ke Enam kan seperti yang mereka katakan ?" Tanya bu Naysila yang mulai penasaran.
" Ya enggak lah Mah. "
Shafira tidak mau ibu nya mengetahui kekuatan yang di wariskan oleh ayah nya itu.
Shafira melewati halaman belakang menuju kantor, ia berusaha menghindari kerumunan yang ada di halaman rumah nya, ia enggan jika harus menjelaskan kepada mereka.
Sesampai nya di kantor Nauna langsung meminta nya menjelaskan tentang kejadian tadi malam.
" Fir, kamu akan menjelaskan tentang kejadian tadi malam kan?" Paksa Nauna
" Iya Na, nanti ya selesai bekerja kita bicarakan hal ini aku sibuk pagi ini, Pak Seno ada meeting pukul sepuluh ".
Pagi ini Shafira sangat sibuk jadi dia tidak ingin menjelaskan nya dahulu kepada Nauna.
" Yah Fira, aku kan sudah penasaran"
Rasa penasaran yang besar membuat Nauna tak bisa lagi menunggu penjelasan Shafira.
" Janji ya nanti pulang kantor kamu jelasin ke aku, aku tunggu kamu di basement, ok"
Shafira memberikan jempol nya tanda setuju dengan usul Nauna lalu tersenyum melihat tingkah laku temannya yang bersorsk girang.
Pak Seno datang dengan wajah yang diliputi oleh emosi, Ia langsung memasuki ruangan kerja tanpa menyapa Shafira seperti yang di lakukan nya setiap hari.
" Pak Seno kenapa ya kok raut wajah nya seperti itu " Shafira berbicara pada diri nya sendiri.
" Fira.." Panggil Pak Seno yang baru saja memasuki ruang kerja nya
Shafira beranjak dari kursi menuju ruang kerja Pak Seno.
" Ya, pak "
" Mana dokument untuk meeting pagi ini?"
" Saya sudah simpan di meja Pak, dokument untuk meeting pagi ini terletak paling atas."
Pak Seno mengambil dokument tersebut dan memeriksa nya.
" Ya, Terima kasih. "
Shafira hendak kuar dari ruangan kerja Pak Seno ketika tiba - tiba pintu terbuka, Bu Aleysa menerobos memasuki ruangan.
" Seno kau tidak bisa melakukan hal itu kepada ku? " bu Alesya berkata.
" Aku tidak akan membahas masalah pribadi di kantor " Jelas Pak Seno.
" Aku menunggu mu untuk menjelaskan semua nya di rumah tapi kau langsung berangkat bekerja."
" Tidak ada yang perlu di jelaskan lagi, semua nya sudah jelas tadi malam. "
" Seno bagaimana dengan anak kita Nathan, aku tidak mau bercerai dengan mu"
Shafira yang masih berada di dalam ruangan terkejut ketika mendengar kata cerai dari istrinya pak Seno. Apakah karena pria yang kemarin ia lihat batin Shafira. Shafira pun keluar dari ruang kerja Pak Seno tidak ingin mengganggu percakapan mereka.
Sayup - Sayup terdengar oleh Shafira. Pak Seno berkata pada istri nya.
" Jika kau tak ingin bercerai dari ku mengapa kau berselingkuh ?"
" Itu karena sikap mu yang dingin kepada ku, aku tak pernah merasakan kasih sayang dari mu "
" Sikap ku memang seperti ini, jadi keputusan ku sudah benar kita harus bercerai kau tidak usah membawa Nathan biar aku yang mengurusnya, aku ada meeting pagi ini kau sebaik nya pergi dari kantor ku, aku akan menyerahkan surat cerai secepatnya. "
" Tapi Seno.." tak ada lagi kata - kata yang kuat dari mulut bu Alesya.
Pak Seno beranjak keluar dari kantor nya meninggalkan istri nya di dalam.
" Fira, kau ikut meeting dengan ku hari ini " Ajak Pak Seno sambil berlalu menuju lift.
" Baik, Pak " Shafira mengikuti Pak Seno menuju lift sambil berlari kecil.
Shafira menaiki mobil pak Seno untuk ikut meeting di sebuah lobby hotel terkenal kota. Shafira duduk di depan samping Pak Hasan supir pribadi Pak Seno, sementara Pak Seno duduk di kursi belakang. Dari raut wajah Pak Seno, Shafira dapat menebak bahwa pikirannya sedang berkecamuk karena masalah dengan istri nya.
" Fira, apa kau dengar semua pembicaraan kami tadi?" tanya Pak Seno memecah kesunyian.
" Maaf Pak saya tidak sengaja mendengar nya tadi " Shafira menjelaskan dengan tertunduk
Tak ada lagi suara yang keluar dari mulut pak seno, pandangannya mengarah ke jendela mobil, tatapan nya kosong seperti ada yang sedang dipikirkannya.
Shafira dapat memastikan bahwa rumah tangga pak Seno dengan istri nya akan berakhir, hal ini sempat tersirat dalam pikiran Shafira saat melihat istri nya bersama laki - laki lain. Setiba nya di sebuah lobby hotel. Shafira duduk di samping Pak Seno untuk memulai meeting bersama klien. Meeting membahas tentang puluncuran produk kosmetik terbaru, setelah satu jam berlalu meeting selesai, para klien mulai meninggalkan lobby hotel.
Pak Seno memesan sebuah minuman beralkohol untuk diri nya. Shafira yakin ia melakukan hal itu untuk melupakan masalah nya. Shafira hanya menyaksikan Pak Seno yang minum tak henti - henti seolah itu air untuk melepaskan dahaga nya.
" Ayo Fira, minum bersama ku temani aku " Pinta Pak Seno yang sudah mulai mabuk.
" Maaf Pak saya tidak bisa menemani bapak minum, saya tidak minum olkohol." Shafira menolak halus ajakan Pak Seno.
Setelah beberapa botol ia habiskan sendiri Pak Seno mulai tak sadarkan diri. Shafira menelepon Pak hasan supir pribadi pak Seno.
" Pak tolong masuk ke dalam " Pinta nya kepada Pak Hasan.
" Baik bu" terdengar suara Pak Hasan di ujung telepon.
Pak Hasan tiba lima menit kemudian.
" Tolong bantu Pak Seno menuju mobil Pak"
" Baik bu"
Setelah berhasil membawa masuk pak Seno keluar dari lobby menuju mobil, mereka beranjak dari Hotel tersebut karena hari masih sore dan belum selesai jam kerja Shafira memutuskan untuk kembali ke kantor menyelesaikan pekerjaannya.
" Tolong antarkan saya ke kantor Pak, setelah itu bapak antar Pak Seno kembali ke rumah"
" Baik bu"
Pak Hasan melajukan mobilnya menuju kantor.