Satu minggu setelah promosi yang di lakukan oleh perusahaan yang di rekomendasikan oleh Shafira penjualan produk kosmetik perusahaan nya meningkat pesat membuat perusahaan nya mengalami keuntungan yang cukup besar. Nauna merasa berhutang budi kepada Shafira atas bantuan nya.
" Makasih banyak ya Fir, lo udah mau tolong gw " Nauna menghentikan langkah Shafira yang baru tiba di kantor menuju meja kerja nya.
" Iya Na, gak usah bilang terima kasih gitu, kan ini perusahaan tempat kita kerja bersama, jadi semua masalah kita tanggung bersama. " Shafira tidak ingin Nauna merasa berhutang budi karena ia yang telah menyelamatkan nya.
" Tapi kan Fir, lo udah bantu gw menyelesaikan masalah ini "
" Kita kan mitra kerja Na, jadi wajar kan kalau saling bantu"
" Oke, oke, bagaimana kalau kita makan malam hari ini, aku yang traktir deh, udah lama kan kita gak makan bareng " Pinta Nauna.
" Ya, deh untuk menyenangkan hati mu, aku gak bisa nolak ajakan mu "
" Nah, gitu donk Fir, Aku tunggu di basement ya sepulang kerja nanti, bye Fira " Nauna pun pergi meninggalkan ruangan kerja Shafira menuju ruang kerja nya dengan perasaan yang gembira.
Sekitar pukul lima sore Shafira keluar dari ruang kantor nya menuju basement untuk bertemu dengan Nauna. Shafira menaiki sebuah lift menuju basement. Ketika ia akan memencet tombol turun menuju basement seseorang memencet tombol untuk membuka lift itu. Pintu lift terbuka, Shafira dapat melihat sesosok pria berdiri di depan nya dengan membawa tas kerja, pria itu adalah Pak Seno atasan nya. Pak Seno memiliki postur tubuh yang tinggi, wajah yang tampan dengan hidung yang mancung dan rambut yang klinis karena minyak rambut.
" Silahkan masuk Pak" Pinta Shafira sopan.
Pak seno hanya menganggukan kepala nya dan memasuki lift.
" Kau sudah mau pulang Fira? "
" Ya, pak setelah menyiapkan dokument untuk meeting besok pagi pekerjaan saya sudah selesai hari ini ." Jawab Shafira formal tanpa menatap mata Pak Seno karena merasa canggung.
Mendengar penjelasan Shafira Pak Seno hanya menganggukan kepalanya setelah itu tidak ada pembicaraan lagi di dalam lift, suasana lift yang dingin berasa bertambah dingin dengan ada nya Pak Seno. Lift pun berhenti di lantai satu. Pak Seno bersiap untuk keluar dari lift.
" Aku duluan Fira " Pak Seno meninggalkan lift menuju lobby. Tetapi langkah nya kemudian terhenti.
" Fira, ide mu untuk bergabung dengan perusahaan baru itu cukup bagus, dari mana kau mengetahui tentang perusahaan itu? " Tanya pak Seno yang penasaran.
" Eh.. Itu..Eh.. " Shafira menjadi gelagapan karena dia tidak bisa menjelaskan kepada Pak Seno bagaimana dia bisa mengenal perusahaan itu karena dia hanya melihat dari bayangan masa depan yang terlintas di pikirannya.
" Kau tak perlu menjawabnya jika tak ingin " Lanjut Pak Seno sambil berlalu tanpa menunggu jawaban dari Shafira dan meninggalkan lift menuju lobby.
" Baik Pak ". Jawab Shafira singkat karena merasa lega Pak Seno tidak memaksa nya untuk menjawab pertanyaannya.
Pintu lift pun tertutup kembali suasana di dalam lift pun tak terasa begitu dingin setelah pergi nya Pak seno. Sesampai nya di basement Shafira mencari - cari keberadaan Nauna mata nya mencari kearah kiri dan kanan menelusuri lorong - lorong basement. Pencarian Shafira terhenti ketika sebuah suara terdengar memanggil nama nya.
" Fira, di sini".
Panggil Nauna sambil melambaikan tangan nya. Shafira pun berjalan kearah Nauna.
" Mau makan malam di mana kita hari ini?" Tanya Shafira
" Aku sudah memesan tempat di restoran korea kamu pasti akan suka karena aku tahu kamu suka bangat makan ramen"
" Wah kamu emang best friend deh tahu banget selera aku " puji Shafira Sambil mengangkat jempol nya.
" Ini kan masih sore Fir, bagaimana kalau kita jalan - jalan dulu di Mall sambil cuci mata siapa tahu ada cowok ganteng yang mempel sama kamu di sana."
"Kamu ada - ada aja sih Na di kira cowok itu magnet bisa mempel."
Shafira sudah berumur lebih dari dua puluh lima tahun tetapi selama ini dia belum pernah memiliki pacar, ia bukan tipe pemilih tetapi menurutnya belum ada pria yang cocok dengan nya.
Sesampai nya di Mall Shafira dan Nauna langsung menuju gerai tas yang terdapat di lantai dua, Mereka mulai melihat tas - tas tersebut yang memiliki brand nama terkenal dengan harga yang fantastis. Di dalam gerai Shafira seperti melihat seseorang yang ia kenal.
" Na, itu kan bu Alesya" Shafira menepuk tangan Nauna untuk memberitahu nya.
" Bu Alesya siapa?" Tanya Nauna yang merasa tidak kenal dengan wanita itu.
" Masa kamu lupa sih Na, bu Alesya istri Pak Seno." Shafira mencoba mengingatkan Nauna kembali.
" Masa sih Fir ? " Nauna masih tidak yakin dengan penglihatan Shafira
" Iya Na, inget gak waktu family gathering di puncak tahun lalu, Pak Seno kan membawa istri nya."
Pikiran Nauna pun melayang ke waktu ketika family gathering di puncak tahun lalu.
" Ooo.. Iy Fir, aku baru ingat sekarang, wanita sombong yang bilang kita ini hanya pegawai nya mereka dan tidak selevel dengan nya. " Nauna masih terasa kesal ketika mengingat kejadian tersebut.
" Tapi siapa pria yang bersama nya itu ya Na?"
" Selingkuhan nya mungkin" Jawab Nauna asal bicara.
" Kamu nih Na, jangan asal bicara gitu, gimana kalau pak Seno dengar, bisa di pecat kita "
" Habis kamu tanya siapa pria itu, ya mana aku tahu".
"Iya.. Ya.. Na"
Mereka telah selesai melakukan kegiatan berbelanja mereka hari itu. Shafira dan Nauna akan menuju restoran Korea yang telah di pesan oleh Nauna untuk makan malam, ketika mereka hendak keluar menuju tempat parkir mereka melihat pak Seno menuju arah mereka dari arah pintu masuk Mall.
" Selamat Malam Pak". Sapa Shafira
" Kalian ada di sini?"
" Ya, Pak kami selesai berbelanja, Bapak pasti ingin bertemu Istri bapak ya ke sini" Nauna berkata sambil melirik ke arah Shafira. Shafira yang mendapat lirikan dari Nauna jadi serba salah.
" Saya ada meeting malam ini di sini " Jelas Pak Seno
" Ooo.. aku kira bapak akan bertemu Istri bapak, karena kami tadi melihat nya di gerai tas ". Nauna terus berceloteh tanpa berpikir panjang. Shafira mulai menarik tangan Nauna untuk tidak berbicara lagi.
" Istri saya? Di sini?"
Wajah Pak Seno berubah menjadi sedingin es setelah mendengar perkataan Nauna. Ia pun berlalu meninggalkan mereka tanpa basa - basi.
Tiba - tiba bayangan Pak Seno yang mendapati istrinya sedang berduaan dengan seorang laki - laki melintas di pikiran nya. Shafira hanya bisa menyimpan bayangan yang di lihat nya itu untuk diri nya sendiri.
" Ada apa dengan Pak Seno ya " Tanya Nauna tanpa rasa bersalah dengan perkataan nya.
" Kamu sih asal bicara nya, mungkin istri nya ngak bilang mau kesini kepada Pak Seno."
" Mungkin juga ya Fir, duh aku jadi gak enak nih ". Nauna berpikir keras mengapa Pak Seno bertingkat aneh seperti itu.
" Mungkinkah istri nya itu.... "" Nauna terdiam tanpa melanjutkan perkataan nya itu. Shafira yang sudah mengetahui peristiwa yang akan terjadi antara Pak Seno dan Istri nya hanya bisa terdiam mendengar ucapan Nauna.