Chereads / Reyna Dengan Mata Batinnya / Chapter 3 - Reyna dan Beni!!

Chapter 3 - Reyna dan Beni!!

Pagi harinya Reyna bangun lebih awal, Ia melihat jam walkernya menunjukan pukul 05.30 WIB.

Terdengar suara speker dari masjid mengumumkan bahwa telah ada yang meninggal dunia.

Reyna tak tau siapa yang meninggal. Karna tak semua tetangganya yang Ia kenal dan Ia ketahui namanya, karna Reyna adalah penghuni rumah baru di komplek ini.

Sebagai warga di lingkungan perumahan komplek, Reyna yang masih baru dan kebanyakan semua para tuan rumah masing-masing di komplek ini, bekerja pagi pulang malam. Jadi tak terlalu sering bersosialisasi dengan para tetangga.

Reyna menuruni anak tangga, di dapati Bi Inah sedang di dapur memasak nasi goreng dan memakai baju serba putih dan kerudung putih.

Reyna menghampiri Bi Inah lalu bertanya, "Siapa yang meninggal Bi?"

"Tetangga sebelah kita Non, padahal baru kemaren Bibi ngasih makan beliau, eh tau-tau sudah meninggal," Jawab Bi Inah.

Reyna melotot, rasanya ingin kedua bola matanya meloncat ke bawah. "Berarti yang semalamku lihat?" Batinnya terkejut.

Reyna menarik nafas panjang. Bi Inah menyentuh pundaknya membuyarkan lamunannya. "Non, Non kenapa?"

"Ti-dak ke-na-pa-ke-na-pa Bi," jawab Reyna terbata-bata. Masih mengingat kejadian semalam. Yang Ia lihat bayangan hitam yang masuk ke rumah tetangga sebelahnya. Sungguh tak di sangka dan di duga hal seperti ini terjadi kepadanya. Ia memundurkan langkah kakinya lalu duduk di kursi.

"Bi saya minta minum," ucap Reyna matanya tak berkedip sama sekali, mengingat peristiwa semalam. Hal yang mengejutkan jantungnya. Terulang kembali bayangan masa lalunya begitu ingin Ia lupakan, ketika Kakeknya meninggal. Beberapa tahun lalu, sebelum Kakeknya meninggal Ia sempat memimpikannya. Kakeknya hanya tersenyum dengan pakaian putihnya. Melambaikan sebentar lalu melepaskannya dan perlahan bayangan Kakeknya menghilang.

"Nih, Non!" Bi Inah menyodorkan segelas air putih pada Reyna.

Reyna meneguk segelas air yang di berikan Bi Inah.

Sebelum hal-hal aneh yang terjadi pada diri Reyna pertama kali. Ia ingat saat bertemu Ibunya dalam mimpi. Pakaian yang di balut oleh gaun putih cantik dengan hiasan mahkota bunga mutiara di kepalanya. Waktu itu Reyna masih berusia 10 tahun.

Flash back,

Tangan lentik di ujung jari-jarinya yang sangat manis, seorang wanita berkulit putih, tersenyum mengembang di bibir tipisnya dengan polesan lipstik berwarna pink dan gaun putih indahnya seperti pengantin itu, memainkan rambut panjang hitam lurus milik seorang gadis cantik, Reyna namanya. Di pangkuan seorang malaikat baginya, yang Ia lihat hanya sebatas lewat fotonya saja, kini berada tepat di hadapannya.

Yang sering Reyna anggap Ibunya itu selalu mengelus rambutnya yang panjang lurus dengan pelan dan penuh kasih sayang. Reyna duduk di atas paha Ibunya dan kepalanya bersandar di pundak Ibunya.

"Nak ingat ya, jadilah anak yang baik dengan segala kelebihan yang kamu miliki. Jangan terlalu angkuh dan memanfaatkan segalanya demi meyakinkan orang agar kamu selalu di sanjung dengan hebat. Tetap Tuhanlah yang perlu kamu agungkan."

Saat itu pun Reyna tak mengerti apa maksud perkataan Ibunya itu? Apakah sebuah pesan? Atau sebuah peringatan besar? Ia selalu ingat dan mengangguk tanda mengerti.

Mungkin inilah yang di katakan Ibunya. Kelebihanmu yang kamu miliki! Tetaplah Reyna sampai saat ini kurang mengerti. Tapi dengan kejadian ini Reyna berfikir bahwa, ini semua adalah takdirnya yang harus Ia jalani. Sekarang Ia hanya bisa memasrahkan diri kepada sang pencipta.

Flash off,

Reyna meneguk kembali segelas air minum yang Ia taruh di atas meja makan.

Tak terasa matahari telah terbit, suara kokokan ayam membuat lamunan Reyna membuyar.

"Non, saya mau ngelayat ke tetangga sebelah, ini nasi goreng dan air minumnya sudah saya sediakan lagi di teko Non." Bi Inah menaruh se piring nasi goreng di meja makan dan teko kaca berisikan air mineral, berlalu berjalan ke pintu luar.

Reyna hanya mengangguk saat Bi Inah hendak pergi berjalan menuju pintu keluar.

Hari ini adalah pengalaman pertama di rumah barunya yang menegangkan baginya. Reyna berjalan menaiki anak tangga menuju kamarnya dan bergegas mengambil handuk di jemuran kecil sebelah dengan kamar mandi dan beranjak memasuki kamar mandi.

***

Di meja makan Reyna memakan nasi gorengnya. Melahapnya memasuki mulut dengan perlahan. Tapi pikirannya entah kemana-mana. Melayang tak tentu arah. Membuatnya tak tau kondisi keberadaan dari dunia nyatanya saat ini.

Tiba-tiba rasanya ada yang memegangi pundaknya.

Pas Ia menengok kepalanya ke belakang. Sudah nampak Beni di belakang kursi berdiri dengan cengar-cengir di bibirnya.

"Lu menghayati sekali ya makanannya, sebegitu enakkah?" tanya Beni menarik kursi sebelah Reyna, membanting pantatnya duduk di kursi.

Beni terus mengejeknya bahkan memandangi Reyna yang sedang asik makan tanpa berkedip. Rasanya aneh ini orang selalu saja datang tak di jemput pulang tak di antar seperti jalangkung saja.

"Apa?" Reyna melirik ke arah Beni dengan menyipitkan kedua matanya.

"Hahahaha, lucuuu!" Beni malah tertawa melihat ekspresi wajah Reyna yang sudah sipit tambah sipit.

"Gak usah ketawa, Lu laper? Noh ada roti makan aja sana!" Reyna memasukan sendok makannya dengan cepat ke mulutnya.

"Eh rame banget tuh di rumah sebelah, ada yang meninggal ya Rey?" tanya Beni.

"Iya tadi pagi," jawab Reyna singkat.

Beni membulatkan bibirnya dan menganggukkan kepala.

***

Motor Beni berjalan agak sedikit slow menuju pabrik.

"Dari tadi diem aja, bengong gitu. Awas nanti ke sambet."

Reyna tak menjawab. Ia masih dengan dunia lamunannya, sepertinya Beni menemukan ide untuk membuat Reyna sedikit terkejut dan mau berbicara.

Beni mengerem motornya mendadak hingga kening Reyna yang di tutupi kaca helm itu terbentur oleh kaca helm belakang Beni.

"Apaan sih Ben!" ucap Reyna terkejut sambil memukul pundak Beni.

Beni tertawa, "Hahahaha..makanya Rey jangan bengong, nanti Lu ke sambet. Kenapa sih Lu? Gue perhatiin melamuuun ajaa!"

Motor Beni mulai melaju lambat kembali.

Kaca helm Reyna di dongakkan ke atas agar bisa berbicara. "Lu gak akan ngerti. Udah nyetir aja yang bener nanti nambrak," jawab Reyna ketus.

"Ya kalau Lu gak ngomong ya Gue gak akan ngerti kali Rey. Nanti cerita ya sama Gue?" tawar Beni.

Beni ini adalah Lelaki yang menurut Reyna sosok yang ingin tahu urusan orang lain. Entah mengapa semenjak Beni selalu menemaninya, mencari tahu dimana rumahnya sampai nyamperin ke rumah menawarkan diri menjadi ojek gratisan Reyna. Reyna jadi semakin curiga bahwa Beni Lelaki yang ingin dekat dengannya. Entah mengapa, semenjak Reyna masuk pabrik, hanya Beni yang mau berteman dengannya lebih dekat dan dalam lagi. Sudah beberapa hari ini selalu saja Beni memberikan rasa nyaman dengan tingkah ke gokilannya. Tapi membuat Reyna risih, karna selama ini Reyna tak terlalu dekat dengan seseorang apalagi seorang Lelaki.

Mereka pada menjauh untuk berdekatan dengan Reyna. Mungkin karna Reyna juga anak yang tak pandai bergaul dan kurang akan lingkungan di sekitarnya.

Kelebihan Reyna terpaksa menjadikannya sosok Wanita yang misterius. Di mata teman-teman sekolahnya dulu Ia terkenal baik, tapi hanya saja selalu suka menyendiri, ketika sedang istirahat Reyna hanya berjalan sendiri dan makan di kantin sendiri. Bahkan di perpustakaan sekolah pun Reyna paling rajin dan betah berlama-lama hingga bel istirahat berbunyi.

Teman-teman sekolahnya dulu hanya bisa menegur sapa saja tanpa pernah mengetahui seluk beluk dalam diri Reyna. Reyna tak pernah sombong jika di sapa, juga tak pernah angkuh ketika Ia juara kelas. Banyak juga seorang Lelaki yang ingin menarik perhatian dari Reyna bahkan membuatnya lebih dekat lagi dengan si mata sipit ini.

Tetapi banyak yang gagal karna sikap dinginnya, cuek dan misterius.

Sekalinya di ajak berbicara, terlalu irit mengeluarkan suara, bahkan Reyna seperti tak suka berbasa-basi. Singkat jelas dan padat, yang paling cocok di ungkapkan untuk seorang Reyna.