Chereads / SUAMI YANG KU RINDUKAN / Chapter 28 - KEMBALI PULANG

Chapter 28 - KEMBALI PULANG

"Inayah, masuklah ke dalam mobil sekarang." ucap Ridwan pada Inayah.

Inayah menganggukkan kepalanya pada Ridwan, kemudian beralih menatap Yusuf dengan perasaan berat untuk meninggalkan.

Yusuf hanya membalas tatapan mata Inayah dengan anggukkan kepala, seolah-olah mengatakan hati-hati dan jaga diri baik-baik.

Inayah menganggukkan kepalanya dan masuk dalam mobil di mana Shafiyah sudah menunggunya.

"Inayah, kamu tidak apa-apa kan? kamu sudah tenang kan?" tanya Shafiyah setelah Inayah duduk di sampingnya.

Inayah menganggukkan kepalanya dengan senyuman sedih.

"Kamu jangan cemas Shafiyah, aku baik-baik saja. Ustadz Yusuf sudah menceritakan semuanya." ucap Inayah sambil menggenggam tangan Shafiyah.

"Alhamdulillah, syukurlah kalau kamu baik-baik saja." ucap Shafiyah sambil melihat Gibran sedang bicara dengan Ridwan dan Yusuf kemudian masuk ke dalam mobil.

"Bagaimana? Inayah... Shafiyah? kita akan berangkat sekarang. Semoga Darno dan anak buahnya tidak mengetahui kalian berdua. Oh ya.. Inayah, nanti setelah kita akan sampai di pintu depan dan keluar dari Pondok Pesantren kamu merunduk ya?" ucap Gibran untuk berjaga-jaga daripada ketahuan.

"Sampai berapa lama Inayah harus merunduk Ustadz?" tanya Shafiyah sambil melihat ke arah Inayah yang menatapnya.

"Tidak akan lama, beberapa menit saja. Setelah kita keluar dari Pondok Pesantren dan sedikit agak jauh Inayah sudah boleh duduk kembali. Kamu bersedia kan Inayah?" tanya Gibran dengan tatapan penuh.

"Tentu aku akan melakukannya Ustadz." ucap Inayah sambil menganggukkan kepalanya.

"Alhamdulillah, baiklah...kita berangkat sekarang." ucap Gibran kemudian menjalankan mobilnya setelah mengucapkan salam pada Yusuf dan Ridwan dari tempatnya.

Inayah menatap Yusuf dengan sinar mata berkilauan. Airmata cinta dan airmata kerinduan telah menggenang di kedua mata Inayah.

Yusuf tersenyum melambaikan tangan, kemudian mengalihkan pandangannya sambil mengusap wajahnya dengan kedua tangannya.

"Semoga kamu selamat sampai di rumah Inayah." ucap Yusuf dalam hati kembali menatap kepergian Inayah dengan perasaan berat.

"Inayah, sebaiknya kamu merunduk sekarang. Kita akan sampai di pintu depan." ucap Shafiyah mengingatkan Inayah.

Tanpa bicara Inayah segera merundukkan punggungnya agar tidak terlihat dari luar.

"Shafiyah, kamu harus bersikap tenang ya?" ucap Gibran sambil mengedarkan pandangannya ke arah samping kanan dan kiri mencari keberadaan Darno dan anak buahnya.

Tanpa melihat ke arah Gibran, Shafiyah menganggukkan kepalanya sambil mengambil majalah religi untuk menutupi rasa gugupnya.

Dan benar saja, Gibran melihat Darno dan anak buahnya melihat ke arahnya dengan tatapan curiga. Untung saja di belakang mobil Gibran ada mobil para santri dari Pondok Pesantren lain, hingga Darno dan anak buahnya lebih fokus pada mobil di belakangnya.

"Alhamdulillah, kita sudah berada jauh dari Darno. Inayah duduklah kembali kita sudah selamat dari pengawasan mereka." ucap Gibran setelan mobilnya melewati Darno dan anak buahnya.

Dengan mengucap syukur berulang-ulang, Inayah kembali duduk di tempatnya.

"Inayah, kamu tidak apa-apa kan? apa kamu merasa capek?" tanya Shafiyah penuh perhatian.

"Tidak Shafiyah, aku tidak apa-apa." ucap Inayah dengan tersenyum sambil menggenggam tangan Shafiyah.

"Drrrt... Drrrt... Drrrt"

Tiba-tiba terdengar suara ponsel Shafiyah berbunyi berulang-ulang.

"Di terima saja Shafiyah, siapa tahu Ustadz Yusuf yang menelepon. Pasti Ustadz Yusuf tidak tenang sebelum mengetahui kalian berdua selamat." ucap Gibran dengan tersenyum seraya melihat ke arah wajah Inayah dari kaca spion depan.

Wajah Inayah bersemburat marah, kemudian menundukkan wajahnya karena malu.

Sambil tersenyum Shafiyah melihat ponselnya dan memang benar panggilan itu dari Yusuf.

"Ustadz Gibran benar, yang menelpon Ustadz Yusuf." ucap Shafiyah kemudian menerima panggilan Yusuf.

"Assalamualaikum Ustadz." sahut Shafiyah sambil menatap Inayah yang menatapnya dengan tatapan rumit.

"Waalaikumsallam Shafiyah, bagaimana Shafiyah apa kamu dan Inayah sudah sampai di rumah?" tanya Yusuf dengan suara terdengar cemas.

"Alhamdulillah Ustadz, kita sudah mau sampai di rumah. Dan kita bertiga selamat dari pengawasan Darno dan anak buahnya." ucap Shafiyah dengan menahan senyum.

"Alhamdulillah, aku senang mendengarnya. Sekarang aku bisa tenang." ucap Yusuf bernapas lega.

"Ustadz...apa Ustadz mau bicara dengan Inayah?" tanya Shafiyah dengan tersenyum sambil melihat Inayah. Dengan wajahnya memerah Inayah menggelengkan kepalanya agar Shafiyah tidak mengatakan hal itu lagi.

"Untuk saat ini tidak dulu Shafiyah, tolong berikan ponselnya pada Ustadz Gibran. Aku mau bicara sebentar." ucap Yusuf dengan hati tenang.

"Baiklah Ustadz." ucap Shafiyah seraya memajukan badannya untuk memberikan ponselnya pada Gibran.

"Ustadz Gibran, Ustadz Yusuf ingin bicara dengan Ustadz." ucap Shafiyah sambil memberikan ponselnya.

"Ustadz Yusuf ingin bicara denganku? kenapa tidak bicara dengan Inayah?" Tanya Gibran sambil menyimak ponsel dari Shafiyah.

"Assalamualaikum Ustadz." sapa Yusuf dengan suara sangat tenang.

"Waalaikumsallam Ustadz, kenapa tidak bicara dengan Inayah dulu? kenapa harus denganku Ustadz?" tanya Gibran menggoda Yusuf.

"Belum saatnya Ustadz, aku berterima kasih pada Ustadz karena sudah menyelamatkan Inayah dan Shafiyah. Hati-hati di jalan saat pulang nanti ya Ustadz." ucap Yusuf dengan tulus.

"Sama-sama Ustadz, sampai bertemu di waktu lain." ucap Gibran kemudian menutup panggilannya Yusuf dan mengembalikan pada Shafiyah.

Inayah menundukkan wajahnya tidak ingin memperlihatkan rasa kesedihannya karena Yusuf tidak bicara padanya. Hatinya sedih dan bertanya-tanya kenapa Yusuf tidak ingin bicara dengannya.

"Inayah, kamu tidak apa-apa kan? kamu jangan bersedih ya? kamu tahu kan, Ustadz menghubungi aku karena memastikan keadaan kamu baik-baik saja juga pada Ustadz Gibran. Benar kan Ustadz Gibran?" tanya Shafiyah memintaku dukungan pada Gibran agar Inayah tidak sedih karena Yusuf tidak bicara padanya.

Tiba di rumah Shafiyah, Fajar sudah menunggu di depan teras bersama Alief dan Zaskia.

"Shafiyah, Inayah, kamu bisa masuk sekarang. Jangan berlama-lama di luar, demi keselamatan kalian." ucap Gibran setelah keluar dari mobil.

"Apa yang di katakan Ustadz Gibran benar, masuklah sekarang dan kita akan langsung pulang." ucap Fajar seraya menyerahkan kunci mobil pada Shafiyah.

"Terima kasih Ustadz Gibran, Ustadz Fajar." ucap Shafiyah menyatukan kedua tangannya sambil menganggukkan kepalanya di ikuti Inayah yang berdiri di sampingnya.

Gibran dan Fajar menganggukkan kepalanya kemudian mengajak Alief dan Zaskia masuk ke dalam mobil untuk segera pulang.

Setelah mobil Gibran keluar dari halaman Shafiyah memeluk bahu Inayah.

"Inayah, ayo masuk." ucap Shafiyah pada Inayah yang masih berdiri di tempatnya dengan perasaan sedih.

"Inayah, kamu ingat pesan Ustadz kan? kita tidak boleh berlama-lama di luar rumah. Keadaan kita masih dalam bahaya." ucap Shafiyah sambil menggandeng tangan Inayah.

Tanpa membalas ucapan Shafiyah, Inayah mengikuti Shafiyah yang sedang membuka pintu.

"GRENGG...GRENGG...GRENGG"

Sontak Shafiyah dan Inayah menoleh ke arah suara motor yang berhenti di halaman rumahnya.

"Shafiyah? siapa mereka?" tanya Inayah dengan wajah pucat bersembunyi di balik punggung Shafiyah.

"Aku juga tidak tahu Inayah." ucap Shafiyah sambil menggenggam tangan Inayah dengan erat.