Chereads / SUAMI YANG KU RINDUKAN / Chapter 30 - RAHASIA MIMPI

Chapter 30 - RAHASIA MIMPI

"Iya Ustadz, aku bermimpi tentang seseorang dalam waktu tiga bulan terakhir. Setiap malam dia selalu datang dalam mimpiku." ucap Inayah dengan jujur.

Yusuf mendengarkan cerita Inayah dengan serius tanpa menyela sedikitpun.

"Aku pikir itu hanya sebuah mimpi dan aku tidak akan bertemu dengan seseorang itu. Semakin aku mengingatnya aku semakin merindukannya. Dan ternyata di dunia nyata seseorang itu ada." ucap Inayah dengan suara lirih.

"Jadi... kamu telah bertemu dengan seseorang yang ada di dalam mimpimu Inayah?" tanya Yusuf dengan sangat serius.

"Iya Ustadz, bahkan aku bertemu dengan seseorang itu beberapa kali." ucap Inayah merasa ragu untuk mengatakan kalau seseorang itu adalah Yusuf.

"Apa aku boleh mengetahui siapa seseorang itu Inayah?" tanya Yusuf dengan kata hatinya mengatakan seseorang itu adalah dirinya. Yusuf sangat yakin ada keterikatan hati dan batin antara dirinya dan Inayah.

"Aku tidak berani mengatakannya Ustadz, aku takut dengan apa yang aku katakan di anggap suatu dusta atau mengada-ada." ucap Inayah dengan tatapan berkaca-kaca.

"Kamu tahu Inayah, sepuluh tahun yang lalu di saat aku mengalami kritis dan koma karena kecelakaan. Aku bermimpi seorang wanita datang padaku dan menangis memintaku untuk bertahan hidup dan kembali ke dunia. Entah kenapa dengan melihatnya saat menangis ada semangat dalam hidupku untuk bertahan hidup. Sejak saat itu, bayangan wanita itu tak lepas dari hidupku dan sangat dekat dengan hatiku." ucap Yusuf dengan suara yang tenang seperti suara gemericik air yang menenangkan hati.

"Sungguh sangat beruntung wanita yang di impikan Ustadz. Apa Ustadz mengenalnya? apa dia seorang ustadzah?" tanya Inayah dengan nada cemburu.

"Apa kamu cemburu Inayah? aku merasakan hal itu dalam suaramu." ucap Yusuf tidak ingin hati Inayah menjadi tegang karena rasa cemburunya.

"Maafkan aku Ustadz, apa aku pantas untuk cemburu? aku tidak bisa di bandingkan dengan seorang Ustadzah kan Ustadz?" ucap Inayah dengan suara tercekat menahan rasa sedih yang tiba-tiba menyergapnya.

"Dia bukan seorang Ustadzah Inayah, tapi dia wanita yang sangat dekat dengan hatiku seperti aku denganmu saat ini. Begitu sangat dekat." ucap Yusuf dengan sebuah senyuman.

"Cukup Ustadz, jangan Ustadz teruskan lagi. Maafkan aku, aku tidak bisa mendengarnya lagi." ucap Inayah tidak bisa lagi menahan rasa cemburunya.

"Apa kamu ingin tahu siapa wanita yang datang dalam mimpiku dan sangat dekat dengan hatiku itu Inayah?" ucap Yusuf dengan menahan senyum.

Inayah menggelengkan kepalanya, walau Yusuf tidak mengetahuinya. Inayah yakin, Yusuf tahu dengan kediamannya kalau dia tidak ingin tahu.

"Wanita yang ku impikan itu sedang bicara denganku saat ini Inayah." ucap Yusuf dengan suara pelan. Namun itu sudah cukup membuat tubuh Inayah tak bergerak dan kedua mata Inayah merebak mengalirkan air mata di kedua pipinya yang halus dan putih.

"Apa yang Ustadz katakan? Ustadz jangan bercanda." ucap Inayah di sela-sela isak tangisnya yang sudah tidak bisa di tahannya lagi.

"Apa kamu percaya kalau aku bisa bercanda tentang perasaanku Inayah?" ucap Yusuf dengan suara terdengar serius.

"Bagaimana aku bisa percaya Ustadz, mimpi Ustadz sudah sepuluh tahun yang lalu. Bagaimana Ustadz tahu dan yakin kalau wanita yang ada di dalam mimpi Ustadz itu adalah aku?" ucap Inayah seraya mengusap air matanya.

"Aku sangat yakin dengan apa yang aku impikan dan yang aku lihat Inayah. Wajahmu sudah tidak asing lagi bagiku. Bahkan saat pertama kali bertemu aku sudah mengatakan pada petugas razia kalau kamu adalah calon istriku kan? aku tidak pernah bercanda dengan apa yang aku ucapkan Inayah." ucap Yusuf dengan sungguh-sungguh.

"Ustadz...aku masih belum percaya dengan semua ini. Bagaimana bisa mimpi bisa menjadi kenyataan? aku juga bermimpi dan aku juga tidak percaya kalau aku benar-benar bisa bertemu dengan orang yang aku impikan." ucap Inayah kembali menangis lirih merasa bahagia dengan apa yang terjadi.

Bukan saja dirinya yang bermimpi tentang Yusuf, tapi Yusuf juga bermimpi tentang dirinya.

"Aku tahu Inayah, siapa pria yang ada di dalam mimpimu." ucap Yusuf dengan tenang.

"Benarkah Ustadz tahu? siapa?" tanya Inayah tidak percaya kalau Yusuf tahu siapa pria yang di impikannya selama tiga bulan terakhir berturut-turut.

"Seseorang yang sedang bicara denganmu saat ini. Benar kan Inayah?" ucap Yusuf dengan tersenyum.

Sungguh Inayah sangat terkejut mendengar jawaban Yusuf.

"Masyaallah, Ustadz tahu darimana? aku tidak pernah menceritakan siapapun pada orang lain tentang pria itu. Baru pada Shafiyah kemarin. Apa Ustadz tahu dari Shafiyah?" tanya Inayah masih dengan perasaan tak percaya.

"Bukan dari Shafiyah, tapi dari kata hatiku yang paling dalam. Saat kamu bercerita tentang mimpimu. Aku sudah merasakan getaran kerinduanmu itu." ucap Yusuf merasa bahagia dengan kepastian takdir jodohnya adakan Inayah seperti yang ada di dalam mimpinya sepuluh tahun yang lalu.

"Ustadz, apa arti dari mimpi yang aku alami. Apa itu suatu pertanda Ustadz. Baru kali ini aku mengalaminya Ustadz." ucap Inayah ingin tahu apa arti dari mimpi-mimpinya.

"Insyaallah sebuah mimpi sebagian bisakah di katakan sebagai pertanda. Dan tentang mimpimu, semoga kita berjodoh Inayah. Kita di pertemukan lewat mimpi dan sekarang kita bertemu karena kita berjodoh." ucap Yusuf memberikan arti mimpi pada Inayah.

"Aku masih tidak percaya dengan semua ini Ustadz, apa Ustadz benar-benar jodohku? apa Ustadz yakin? aku wanita yang tidak baik Ustadz, tidak layak bagi Ustadz mendapatkan jodoh seperti aku." ucap Inayah kembali menangis saat mengingat dirinya.

"Inayah, tidak penting seperti apa dirimu. Yang terpenting kamu sudah menemukan jalanmu. Tinggal kamu berjalan dengan kepercayaan penuh untuk datang padaku. Aku akan menunggumu Inayah." ucap Yusuf menenangkan hati Inayah.

"Insyaallah aku bisa Ustadz, tapi bagaimana dengan keluarga besar Ustadz? apa keluarga besar Ustadz bisa menerima aku?" tanya Inayah dengan perasaan sedih.

"Kita akan hadapi bersama-sama Inayah, jika kita berjodoh yakinlah kita pasti akan bersama." ucap Yusuf dengan pasti.

Inayah terdiam sedikit tenang mendengar jawaban Yusuf, walau sedikit ada keraguan dan rasa putus asa dalam hatinya.

"Inayah kamu percaya padaku kan? kamu percaya pada Takdir kan?" tanya Yusuf tidak ingin Inayah merasa ragu untuk menjalani takdirnya.

Inayah mengambil nafas panjang, dan memejamkan matanya berusaha sepenuh hati percaya pada Yusuf dan takdir hidupnya.

"Insyaallah aku percaya Ustadz." ucap Inayah dengan sangat yakin.

"Alhamdulillah, bersiaplah untuk berjalan di jalan yang sudah kamu temukan Inayah. Bertanyalah pada suara hatimu di saat kamu ragu. Aku percaya padamu Inayah, aku menunggumu." ucap Yusuf merasa tenang setelah Inayah mengerti tentang tujuannya.

"Insyaallah Ustadz. Terima kasih banyak." ucap Inayah sudah merasakan rindu sebelum bertemu.

"Sama-sama Inayah, sekarang istirahatlah. Semoga kita bisa bertemu secepatnya. Assalamualaikum." ucap Yusuf merasa berat untuk meninggalkan Inayah sendirian dalam menemukan jalannya.

"Waalaikumsallam Ustadz." ucap Inayah dengan suara lirih, seiring panggilan Yusuf berakhir. Dan suasana kembali sepi yang tersisa hanya sebuah rindu ingin bertemu.