Chereads / SUAMI YANG KU RINDUKAN / Chapter 32 - PERASAAN YANG SAMA

Chapter 32 - PERASAAN YANG SAMA

"Shafiyah, duduklah." ucap Ridwan masih merasa serba salah karena sungguh tidak percaya kalau Shafiyah datang melihat keadaannya.

Dengan perasaan canggung dan gugup Shafiyah duduk di kursi di samping Ridwan.

"Bagaimana keadaan Ustadz? apa sudah lebih baik?" tanya Shafiyah sekilas menatap wajah Ridwan yang masih pucat.

Ridwan tersenyum lemah, sangat bahagia melihat wajah Shafiyah yang menatapnya cemas dan juga perhatian Shafiyah padanya.

"Sudah lebih baik di banding kemarin." ucap Ridwan sambil terbatuk.

"Uhukk... Uhukk... Uhukk"

"Ustadz kenapa? apa dada Ustadz merasa sakit?" tanya Shafiyah dengan wajah cemas.

"Aku tidak apa-apa Shafiyah, aku hanya flu dan sekarang tinggal batuknya." ucap Ridwan seraya tangannya mengambil air putih di atas meja, tapi Shafiyah menahan tangannya dengan tatapan cemas.

"Biar aku yang ambilkan Ustadz." ucap Shafiyah merasakan sakit dalam hatinya saat melihat Ridwan sakit.

"Kenapa wajahmu terlihat sedih Shafiyah?" tanya Ridwan sambil menerima segelas air putih dari Shafiyah.

Tanpa ada jawaban dari Shafiyah tiba-tiba terdengar suara tangis lirih Shafiyah.

"Shafiyah, ada apa denganmu Shafiyah? kenapa kamu menangis?" tanya Ridwan berusaha bangun dari tidurnya karena tidak bisa melihat Shafiyah menangis.

"Ustadz... Ustadz, jangan sakit lagi." ucap Shafiyah seraya mengusap air matanya merasa malu karena tidak bisa menahan perasaannya.

Ridwan merasa terharu, juga bahagia karena Shafiyah sangat perhatian padanya.

"Cukup Shafiyah, kamu jangan menangis lagi. Aku tidak apa-apa, aku hanya merasa lelah saja, karena beberapa hari ini pergi ke luar kota dengan Ustadz Yusuf." ucap Ridwan seraya memberi tisu pada Shafiyah.

Dengan perasaan malu, Shafiyah menerima tisu dari Ridwan dan mengusap airmatanya.

"Maafkan aku Ustadz, aku... tidak bisa menahan rasa sedih yang aku rasakan. Ustadz Ridwan sangat baik padaku. Dan pada semua orang." ucap Shafiyah memberi alasan agar Ridwan tidak mengetahui perasaan yang sesungguhnya dalam hatinya.

Ridwan tersenyum setelah mendengar alasan Shafiyah.

"Mungkin apa yang kamu katakan benar Shafiyah, tadi juga ada beberapa Ustadzah ke sini dan menangis saat mendengar aku sakit. Ternyata banyak juga yang merasa sedih di saat aku sakit aku." ucap Ridwan dengan sengaja membuat cerita tentang beberapa Ustadzah yang perhatian padanya. Ridwan ingin tahu reaksi Shafiyah saat mendengarnya.

"Benarkah itu Ustadz?" tanya Shafiyah dengan tatapan berkabut ternyata selain dirinya yang mengagumi Ridwan banyak Ustadzah yang juga perhatian pada Ridwan.

Ridwan menganggukkan kepalanya dengan pelan.

"Aku juga tidak tahu Shafiyah, kenapa mereka bisa menangis saat melihatku seperti ini. Apa mereka mempunyai perasaan yang lebih padaku? bagaimana menurutmu Shafiyah?" tanya Ridwan dengan wajah serius.

Untuk sesaat Shafiyah terdiam dan berpikir apa yang harus dia jawab dengan pertanyaan dari Ridwan yang secara tidak langsung menyindir dirinya yang juga menangis saat melihat Ridwan.

"Kalau menurutku, mungkin karena mereka sangat menyayangi Ustadz, karena Ustadz sangat sangat baik hati dan selalu penuh perhatian. Jadi wajar saja mereka menangis saat melihat Ustadz sakit." ucap Shafiyah sambil menggigit bibir bawahnya berharap alasannya kali ini tepat.

"Mungkin apa yang kamu katakan benar Shafiyah, mereka menyayangiku hanya sebatas teman baik saja. Padahal aku berharap salah satu dari mereka yang menangisi aku, menangis karena mencintaiku dan merasakan rasa sakitku ini." ucap Ridwan dengan tatapan yang di buat sedih.

"Ustadz Ridwan jangan bersedih seperti itu, Aku yakin diantara mereka pasti ada yang mencintai Ustadz Ridwan. Mungkin mereka semua juga mencintai Ustadz. Tapi aku tidak tahu apa yang ada di dalam hati mereka." ucap Shafiyah dengan menundukkan wajahnya.

"Sebenarnya aku mencintai salah satu dari mereka Shafiyah, tapi aku tidak berani mengatakannya. Karena aku tidak tahu, dia mencintaiku juga atau tidak." ucap Ridwan dengan tatapan sangat dalam menatap wajah Shafiyah yang tertunduk.

Shafiyah mengangkat wajahnya dengan pelan, sungguh kenapa hatinya merasa sedih saat Ridwan bilang telah mencintai wanita lain.

Dengan sebuah senyuman Shafiyah menutupi rasa kesedihannya.

"Kalau memang Ustadz mencintai wanita itu, kenapa Ustadz tidak mengatakannya saja. Agar Ustadz akan tahu bagaimana perasaan wanita itu pada Ustadz." ucap Shafiyah berusaha tersenyum walau hatinya menangis.

"Kamu benar juga Shafiyah, kenapa aku tidak berpikir seperti itu? untuk mengatakan perasaanku padanya. Agar aku juga tahu perasaan dia padaku. Tidak seperti sekarang, perasaan cintaku menggantung dan tersiksa. Aku selalu gelisah memikirkannya." ucap Ridwan dengan detak jantungnya berdegup sangat kencang saat melihat kedua mata Shafiyah berkaca-kaca.

"Seperti yang aku katakan Ustadz, sebaiknya Ustadz mengatakannya saja. Agar perasaan Ustadz tidak menggantung seperti saat ini, hingga Ustadz sakit karena hal itu." ucap Shafiyah berusaha menahan airmata kesedihannya agar tidak tumpah dihadapan Ridwan.

"Aku merasa lega setelah bicara denganmu Shafiyah. Terima kasih atas saranmu Shafiyah. Aku pasti akan mengatakan tentang perasaanku padanya disaat waktu yang tepat." ucap Ridwan merasa yakin Shafiyah juga punya perasaan yang sama padanya.

Shafiyah menganggukkan kepalanya dengan tersenyum walau dalam hatinya terluka sangat dalam.

"Mungkin Ustadz Ridwan bukanlah jodohku, karena dia telah mencintai wanita lain. Tapi kenapa hatiku merasa sedih dan terluka? apa aku cemburu dan tidak ikhlas mencintai Ustadz Ridwan?" ucap Shafiyah dalam hati dengan tatapan rumit.

"Shafiyah, apa kamu melamun?" tanya Ridwan dengan tersenyum bahagia.

"Maaf Ustadz, aku hanya memikirkan tentang acara pertemuan Jumat besok. Apa Ustadz punya saran tentang menu makanannya buat besok?" tanya Shafiyah dengan suara pelan merasa malu dengan dirinya sendiri karena telah berharap banyak pada Ridwan.

"Aku percaya padamu Shafiyah, Kamu pasti bisa mengurus semua itu. Apapun yang kamu siapkan, aku yakin menunya pasti sangat enak." ucap Ridwan masih dengan sebuah senyuman.

"Terima kasih Ustadz, dan satu lagi kalau aku boleh bertanya. Aku mau bertanya tentang Ustadz Yusuf." ucap Shafiyah dengan wajah serius.

Kening Ridwan mengkerut, sedikit ada rasa cemburu saat Shafiyah bertanya tentang Yusuf.

"Kamu tidak merindukan Ustadz Yusuf kan Shafiyah?" tanya Ridwan yang pada dasarnya sifatnya pencemburu.

Shafiyah menggelengkan kepalanya dengan cepat dan sedikit panik.

"Tentu saja tidak Ustadz, aku sangat menghormati Ustadz Yusuf sebagai kekasih Inayah. Aku bertanya pada Ustadz karena aku kasihan pada Inayah, belum mendapat kabar dari Ustadz Yusuf sampai sekarang." ucap Shafiyah dengan tatapan cemas kalau Ridwan mengira dia merindukan Yusuf.

Hati Ridwan merasa lega setelah Shafiyah menjelaskan alasannya.

"Saat aku kembali kesini Ustadz Yusuf masih ada di kota B, dan sampai sekarang aku tidak tahu di mana Ustadz Yusuf. Ponselnya tidak aktif saat aku menghubunginya." ucap Ridwan dengan jujur.

"Jadi ustad Ridwan juga tidak mendapat kabar dari Ustadz Yusuf?" tanya Shafiyah memastikan lagi dengan kabar yang di dengarnya.

"Ya Shafiyah, aku benar-benar tidak tahu di mana Ustadz Yusuf sekarang, masih di pondok pesantren kota B atau sudah kembali ke pondok pesantrennya sendiri. Aku tidak tahu." ucap Ridwan dengan wajah serius.