Chereads / SUAMI YANG KU RINDUKAN / Chapter 25 - MENCARI JALAN KELUAR

Chapter 25 - MENCARI JALAN KELUAR

"Aku sangat yakin Darno, karena Pak Wiryo mengatakan sendiri kalau ada dua Ustadz yang membawa Inayah pergi naik mobil. Dan itu Ustadz Ridwan dan Ustadz Yusuf." ucap Salimah setelah menghubungi Wiryo pemilik hotel yang juga di interogasi saat razia terjadi.

"Tapi aku tidak melihat keberadaan Inayah di dalam Salimah? apa yang harus aku lakukan?" tanya Darno menemui jalan buntu.

"Apa kamu tidak bisa mencari akal bodoh! pakai otak kamu untuk berpikir! bukan hanya makan saja!" ucap Salimah dengan kesal.

"Mereka bisa masuk ke dalam dengan membawa undangan Salimah! bagaimana aku bisa mendapatkannya?" tanya Darno dengan salah satu tangannya terkepal.

"Benar-benar bodoh! apa kamu tidak berpikir untuk membeli undangan milik orang lain dengan harga mahal? percuma saja aku memberimu uang kalau tidak kamu gunakan!" ucap Salimah semakin geram dengan kebodohan anak buahnya.

Darno menelan salivanya, sungguh dia tidak berpikir ke arah sana.

"Baiklah Salimah, akan aku coba." ucap Darno kemudian menutup panggilannya.

Segera Darno memberitahu dua anak buahnya segera bergerak untuk menawari setiap orang yang akan masuk dengan membeli undangan dengan harga mahal.

Tingkah laku Darno dan kedua anak buahnya itu tak lepas dari pengawasan tiga santrinya Ridwan.

"Kita harus memberitahu Ustadz Ridwan, sepertinya mereka sudah mendapat undangan untuk bisa masuk ke pondok pesantren." ucap salah satu santri kepercayaannya Ridwan.

"Ya sudah, tunggu apalagi cepat hubungi Ustadz Ridwan. Biar aku yang menghalangi mereka masuk." ucap salah satunya lagi.

Bergegas salah satu santri itu menghubungi Ridwan agar segera datang.

Melihat Yusuf dan yang lainnya sedang sibuk menemani para Kyai dan para ulama, Ridwan menemui santrinya sendirian.

Tiba di pintu masuk Ridwan melihat santrinya sedang berusaha menghalangi Darno dan anak buahnya.

"Assalamualaikum, ada apa ini? kenapa kalian terlihat bersitegang?" tanya Ridwan berusaha tenang.

"Waalaikumsallam Ustadz. Maaf Ustadz Ridwan, ketiga orang ini tetap memaksa masuk sebelum menemui kewajiban sebagai anggota pondok pesantren." ucap salah satu santri Ridwan dengan tenang.

"Kami bertiga sudah punya undangan, apalagi yang penting?" tanya Darno sudah tahu yang di hadapi adalah Ustadz Ridwan.

"Apa yang di katakan santri saya benar, kalian bertiga janganlah tersinggung. Sudah menjadi kewajiban untuk para undangan yang datang, selain menunjukkan undangan mereka berkesan juga membaca salah satu surat dalam Al Qur'an sebelum masuk kedalam." ucap Ridwan menahan senyum dalam hati dengan cara yang di ambil santrinya untuk mengusir ketiga anak buah Salimah.

Darno dan anak buahnya saling pandang tidak bisa melakukan apa yang di minta Ustadz Ridwan.

"Ustadz, tolong biarkan kita bertiga masuk. Kami benar-benar ingin mendengar ceramah para kyai yang ada di sini." ucap Darno berusaha merayu Ridwan.

"Maaf, kalian bertiga sangat salah kalau mengira acara ini untuk mendengarkan ceramah. Kita berkumpul di sini untuk membahas kemajuan tentang Pondok Pesantren yang tersebar di wilayah kita ini. Apa kalian bertiga tidak tahu tentang hal itu?" tanya Ustadz Ridwan dengan tatapan penuh.

Tubuh Darno dan anak buahnya sedikit berkeringat tidak tahu lagi harus menjawab apa. Kebohongan mereka sepertinya telah terbongkar.

"Tunggu, kalian bertiga dari Pondok Pesantren mana? biar aku panggilkan Ustadz kalian? atau kalian bertiga seorang Ustadz? tapi kenapa aku tidak mengenal kalian?" tanya Ridwan semakin membuat Darno semakin gugup dan salah tingkah.

"Ustadz, aku ke sini mencari Inayah. Di mana Ustadz menyembunyikan Inayah!" ucap Darno sudah terlanjur basah tidak ingin berbasa-basi lagi.

"Inayah? Inayah siapa? aku tidak mengenal seorang wanita yang bernama Inayah. Apa dia seorang Ustadzah?" tanya Ridwan sangat terkejut mendengar ucapan Darno langsung pada pokok masalahnya.

"Ustadz tidak perlu berbohong lagi! aku tahu yang membantu Inayah melarikan diri adalah Ustadz Ridwan dan Ustadz Yusuf. Kalian berdua telah bersandiwara menyamar sebagai preman. Aku sudah tahu semuanya dari Salimah. Aku akan mengawasi kalian berdua! ingat itu Ustadz!!" ucap Darno dengan suara penuh tekanan tanpa ada rasa ketakutan sedang berada di wilayah Pondok Pesantren.

"Aku tidak mengerti apa yang kalian katakan, sebaiknya kalian pergi sebelum aku memanggil polisi." ucap Ridwan berusaha tetap tenang.

Darno menatap tajam Ridwan dan pada ketiga santrinya yang bersiap penuh untuk melindungi Ridwan.

"Aku akan mencari Inayah sampai ketemu, di manapun Inayah berada." ucap Darno sebelum pergi meninggalkan Ridwan dan ketiga santrinya.

Ridwan mengambil nafas panjang setelah Darno dan anak buahnya pergi.

"Kalian bertiga tetaplah di sini untuk mengawasi mereka dan siapa saja yang datang. Aku yakin mereka pergi tidak jauh dari sini. Mereka masih mengawasi kita untuk mencari keberadaan Inayah." ucap Ridwan pada ketiga santrinya.

Ketiga santri itu menganggukkan kepalanya hampir bersamaan.

Bergegas Ridwan kembali ke tempatnya untuk bicara dengan Yusuf, namun kesempatan itu tidak ada sama sekali.

Kyai Zailani selalu berada di samping Yusuf, dan Yusuf sepertinya tidak berkutik di tempatnya selain hanya menatapnya dengan tatapan rumit.

Setelah beberapa jam di sibukkan dengan acara membahas semua masalah yang terjadi di Pondok Pesantren, juga kiat-kiat baru untuk bisa memajukan Pondok Pesantren dengan maksimal akhirnya Yusuf bisa bebas bicara dengan Ridwan dan yang lainnya.

"Ustadz, apa yang terjadi?" tanya Yusuf saat sudah berkumpul dengan Ridwan, Gibran dan Fajar.

"Darno dan Salimah ternyata sudah tahu kalau kita berdua yang telah menyelamatkan Inayah. Mereka mengancam akan mengawasi kita sampai bisa menemukan Inayah." ucap Ridwan dengan wajah terlihat serius.

"Memang Inayah kenapa? kenapa sampai di kejar Darno dan Salimah?" tanya Gibran masih belum tahu siapa Inayah.

"Benar, aku juga ingin tahu. Kenapa mereka mencari Inayah sampai seperti itu? apa Inayah lari dari rumahnya?" tanya Fajar tak mengerti sama halnya dengan Gibran.

Ridwan menelan salivanya sambil menatap Yusuf meminta persetujuan Yusuf untuk memberitahu yang sesungguhnya atau tidak.

Terpaksa Yusuf menganggukkan kepalanya tidak ingin menutupi siapa Inayah sebenarnya pada Gibran dan Fajar.

"Baiklah, aku akan menceritakan kejadian yang sebenarnya pada Ustadz." ucap Ridwan pada Gibran dan Fajar.

Tanpa ada yang di sembunyikan lagi, Ridwan menceritakan semuanya dari awal pertemuan Yusuf dengan Inayah sampai pada saat membebaskan Inayah dengan penyamaran mereka.

Raut wajah Gibran dan Fajar seketika berubah pucat. Satu hal dalam pikiran mereka berdua masalah besar akan ada di depan mata. Dan itu akan membawa dampak pada nama baik Pondok Pesantren kalau sampai tersebar kabar berita terjadinya insiden perkelahian antara seorang Ustadz dengan para preman demi seorang Inayah.

"Ini masalah sangat serius Ustadz. Mungkin kita bisa tutup telinga dengan pendapat orang lain. Tapi bagaimana dengan pendapat Kyai Zailani? apa Kyai Zailani bisa menerima ini kalau tahu apa yang telah terjadi?" tanya Gibran dengan tatapan serius.

Yusuf dan Ridwan menghela nafas panjang, hanya bisa terdiam dan berpikir untuk mencari jalan keluar.

"Menurut kalian apa yang harus aku lakukan? apa aku harus melepaskan Inayah agar jatuh kembali ke tangan mereka dan membiarkan Inayah terpuruk lagi di dunia gelapnya?" tanya Yusuf dengan perasaan sakit dan sedih.