"Sekarang aku sudah mengerti Ustadz, aku akan berusaha untuk mencari jalan menuju ke ruang hati Ustadz di mana hati Ustadz sedang menungguku." ucap Inayah melupakan tentang siapa dirinya, selain hatinya tertuju pada hati Yusuf.
"Alhamdulillah kalau kamu sudah mengerti, sekarang kamu sudah tidak sedih lagi kan?" tanya Yusuf dengan tatapan penuh.
Inayah menggelengkan kepalanya dengan malu-malu.
"Maafkan aku Ustadz, telah merepotkan Ustadz dengan sikapku yang tidak dewasa sama sekali." ucap Inayah sambil menundukkan wajahnya yang sudah merah padam.
"Tidak apa-apa Inayah, kamu masih membutuhkan proses yang cukup panjang untuk bisa lebih baik lagi. Aku harap kamu jangan pernah putus asa." ucap Yusuf dengan tersenyum menatap wajah Inayah yang malu-malu.
"Terima kasih Ustadz telah memberikan aku kesempatan untuk berusaha menjadi wanita yang lebih baik." ucap Inayah dengan suara lirih. Hatinya benar-benar meleleh dengan sikap Yusuf yang begitu baik padanya.
"Karena hatimu sudah tenang, apa kamu mau membantu Shafiyah dan Ustadzah yang lain sekarang? kamu harus berbaur dengan mereka agar pencapaianmu lebih sempurna." ucap Yusuf dengan penuh kesabaran.
Inayah menganggukkan kepalanya dengan pelan.
"Utlstadz, sebaiknya Ustadz silahkan ke sana dulu. Aku mau ke kamar kecil sebentar." ucap Inayah selalu merasakan perutnya mulas tiap kali gugup atau ketakutan.
"Baiklah Inayah, aku tunggu di sana ya." ucap Yusuf dengan hati masih berdebar-debar.
Inayah menganggukkan kepala, kemudian bergegas pergi ke kamar kecil.
Yusuf menatap kepergian Inayah dengan perasaan yang mendalam sekaligus kecamasan yang luar biasa.
Ucapan Ayahnya masih tertanam di dalam pikirannya.
"Aku tidak tahu Inayah jalan keluar apa yang harus aku lakukan untuk mempertahankanmu Inayah. Tapi kamu harus percaya, apapun akan kulakukan untuk mempertahankanmu, walau aku harus mengorbankan nyawaku demi kamu." ucap Yusuf dengan tatapan rumit saat dalam penglihatannya dia harus mengorbankan dirinya demi Inayah.
Dengan langkah panjang Yusuf kembali ke halaman depan dan membantu sahabat-sahabatnya menerima para tamu.
"Dari mana Ustadz, Shafiyah tadi mencari Inayah. Tapi Inayah dan Ustadz tidak ada, apa ada sesuatu yang terjadi?" tanya Ridwan sambil berbisik di telinga Yusuf yang berada di sampingnya.
"Belum terjadi sesuatu Ustadz, belum waktunya." ucap Yusuf sambil tersenyum pada para tamu yang datang. Dan melihat ke arah pintu luar. Kedua matanya tiba-tiba tertuju pada tiga orang yang berdiri di samping pintu halaman luar.
"Ustadz, di mana Inayah sekarang?" tanya Ridwan lagi semakin penasaran berbisik di telinga Yusuf.
"Ustadz... jangan pikirkan hal itu sekarang. Lihat tiga orang laki-laki yang berada di luar pintu pagar tepat di sebelah kiri. Ustadz masih mengingat orang itu kan?" ucap Yusuf tak melepas pandangannya ke arah Darno anak buah Salimah.
"Astaghfirullah, itu kan Darno anak buah Salimah? bagaimana mereka ada di sini?" tanya Ridwan dengan wajah terkejut.
"Ustadz, cepat beritahu Shafiyah untuk menahan Inayah di dalam saja. Jangan sampai Darno mengetahui keberadaan Inayah." ucap Yusuf berusaha untuk tenang.
"Tapi, bagaimana mereka bisa tahu kalau Inayah bersama kita?" tanya Ridwan dengan tatapan tak mengerti.
"Jangan pikirkan hal itu dulu Ustadz, Ustadz beritahu Shafiyah sekarang sebelum Inayah kemari. Inayah pergi ke kamar kecil." ucap Yusuf kemudian mendekati Gibran dan Fajar.
"Ustadz, bisa membantuku?" tanya Yusuf sambil menutup wajahnya dengan sorbannya.
"Pasti Ustadz, perlu bantuan apa?" tanya Ustadz Gibran mendekatkan wajahnya saat Yusuf memeluk bahunya juga bahu Fajar.
"Ustadz tetap saja melihatku saat ini, di luar pagar tepat di sebelah kiri ada tiga orang yang punya niat tidak baik sedang mengancam keselamatan Inayah. Aku mohon pada Ustadz berdua untuk mengawasi mereka jangan sampai masuk ke sini." ucap Yusuf menatap kedua wajah sahabatnya secara bergantian.
"Aku dan Ustadz Ridwan akan menangani acara ini, sepuluh menit lagi acara akan di mulai." ucap Yusuf sambil menepuk bahu keduanya kemudian pergi mendekati Ridwan yang sedang berjalan ke arahnya.
"Aku sudah memberitahu Shafiyah untuk mengajak Inayah ke dapur saja." ucap Ridwan setelah di dekat Yusuf.
"Terima kasih Ustadz, sebaiknya kita bersikap biasa seolah-olah tidak tahu kalau kita tahu mereka." ucap Yusuf sambil memeluk bahu Ridwan dan mengajaknya duduk di samping panggung.
"Tapi Ustadz, bagaimana kalau mereka masuk kemari?" tanya Ridwan sambil melihat ke arah Darno.
"Tenanglah Ustadz, aku sudah minta tolong Ustadz Gibran dan Ustadz Fajar untuk mengawasi mereka." ucap Yusuf berusaha tenang duduk di tempatnya.
"Tapi Ustadz, Ustadz Gibran dan Ustadz Fajar tidak bisa di sana terus. Beliau berdua harus di sini bersama kita." ucap Ridwan merasa tidak enak kalau Kyai Zailani atau Kyai Sidiq mencari mereka.
Yusuf terdiam sesaat sambil melihat ke arah Ustadz Gibran dan Ustadz Fajar.
"Biar aku minta tolong pada santriku untuk menggantikan tugas beliau berdua." ucap Ridwan segera mencari tiga santri kepercayaannya untuk mengantikan tugas Ustadz Gibran dan Ustadz Fajar.
Yusuf menganggukkan kepalanya kemudian mengusap wajahnya berpikir keras darimana Darno tahu kalau Inayah bersamanya.
"Aku yakin mereka telah mencari keberadaan Inayah dan menyelidiki aku dan Ustadz Ridwan saat pergi ke sana dengan menyamar sebagai preman untuk menyelamatkan Inayah." ucap Yusuf dalam hati dengan menundukkan kepalanya sambil meremas kedua tangannya.
"Tapi bagaimana mereka tahu kalau aku dan Ustadz Ridwan yang menyamar menjadi preman." tanya Yusuf masih dalam hati mengingat kesalahan apa yang telah membuat mereka tahu kalau dia yang menolong Inayah.
"Astaghfirullah!! aku tahu... Mungkin saat aku dan Ustadz Ridwan saling memanggil dengan panggilan Ustadz jadi mereka berpikir seperti itu. Tapi bagaimana mengira kalau aku dan Ustadz Ridwan? kenapa bukan Ustadz yang lain? Ya Allah, ini semakin rumit." ucap Yusuf sambil melihat Ridwan sedang memanggil Gibran dan Fajar.
***
Di luar pagar....
Darno sedang menghubungi Salimah dengan perasaan gelisah.
"Hallo Salimah, aku sudah berada di depan Pondok Pesantren Al Ikhlas. Tidak ada keberadaan Inayah. Aku hanya melihat kedua Ustadz itu sedang sibuk mengatur acara yang sudah mulai." ucap Darno sambil mengawasi Yusuf dan Ridwan.
"Kenapa kalian tidak masuk saja? bukankah kalian sudah berpakaian sopan?" ucap Salimah sudah meminta pada Darno dan kedua anak buahnya untuk berpakaian sopan agar tidak di curigai.
"Pengamanan sangat ketat Salimah, setiap orang masuk harus membawa undangan." ucap Darno dengan tatapan rumit.
"Lalu apa yang kalian perbuat kalau kalian tidak bisa mencari Inayah bodoh!!" ucap Salimah dengan marah.
"Aku rasa Inayah tidak mungkin berada di pondok pesantren Salimah. Dan apa kamu yakin kalau kedua preman itu Ustadz Yusuf dan Ustadz Ridwan? aku tidak melihat jelas wajah Ustadz yang mengantar Inayah pulang' karena gelap." ucap Darno merasa ragu mencari Inayah di Pondok Pesantren.
"Aku sangat yakin Darno, karena Pak Wiryo mengatakan sendiri kalau ada dua Ustadz yang membawa Inayah pergi naik mobil. Dan itu Ustadz Ridwan dan Ustadz Yusuf." ucap Salimah setelah menghubungi Wiryo pemilik hotel yang juga di interogasi saat razia terjadi.