Sofi dan Anti berada di depan ruang ICU. Sama sekali tak menampakkan ekspresi. Mata keduanya lalu tertuju pada sosok Cindy yang tengah berlarian.
"Jangan lari-lari," tegur Anti.
"Kak, bagaimana keadaan Ayah?" tanyanya sudah penuh rasa khawatir. "Aku ingin masuk dan menemui Ayah …." Suara Cindy bergetar sambil menahan isak tangis.
"Tidak bisa, dokter hanya mengizinkan satu pendamping di sana. Kamu di sini saja bersama kami. Sudah, tenanglah dulu."
"Ta-tapi …."
"Jangan membuatku kesal ya, Cin. Kamu tidak dengar yang dikatakan Sofi?" Suara Anti menegurnya dengan sangat tegas. Matanya juga melotot melihat gerak-gerik si adik bungsu. "Duduklah di situ, kalau tak bisa diam pulanglah saja!" Lagi, Anti mengatakannya dengan sangat tegas.
"Ssst! Kak Anti juga jangan berisik di sini."