Chereads / Cindy Bukan Cinderella / Chapter 17 - Masih Tanda Tanya

Chapter 17 - Masih Tanda Tanya

"Dasar munafik! Apa yang tidak kalian ketahui? Kalian bahkan sudah mengetahui untuk siapa berikan. Aku benci peri-peri yang berpura-pura bodoh seperti ini." Perli Lala melipat tangan di depan dada lalu turun dari singgasananya. Ia menuruni tangga dan mendekatkan diri pada para prajurit di dalam ruangan itu.

Suasana di dalam sana semakin tegang hingga bunga-bunga yang tumbuh di dalam ruang itu menjadi kering. Seorang prajurit yang menyadari hal itu sangat tahu bila saat ini perasaan Sang Ratu sangat tak baik. Ratu Lala bisa melakukan hal jahat lainnya.

Ratu Lala sudah berada di hadapan para prajurit dan mulai memandangi satu per satu wajah mereka. Mereka bisa merasakan kengerian dari pandangan yang tajam itu.

"Lihat mataku, apa aku terlihat sedang bercanda?! Aku tunggu jawaban kalian atas pertanyaanku tadi. Oke … aku tak akan memaksa kalian untuk menjawabnya sekarang. Aku tahu jiwa pengecut kalian sedang bangkit." Ratu Lala lalu mengayunkan tangannya. Beberapa lembar daun dan juga tinta terbang dari pohon aksara. "Lihat daun-daun itu? Kalian hanya perlu menuliskan hukuman bagi Peri Lili yang pantas untuknya. Ingat, yang pantas untuk seorang pemberontak." Ratu Lala menekankan kata pantas yangberarti hukuman yang berat.

"Baik, Ratu."

Satu per satu prajurit itu lalu mengambil daun dan tinta. Setelahnya mereka kembali ke barisan masing-masing.

"Aku beri kesempatan sampai besok pagi. Kalian bisa beristirahat setelah ini."

Ratu Lala lalu meninggalkan ruangan itu dan menuju tempat peristirahatannya di dalam kelopak bunga utama. Sementara itu, para prajurit semakin dibuat bingung olehnya. Bukan hal yang mudah untuk menentukan hukuman bagi Peri Lili. Mereka tahu ada yang tidak beres dengan penangkapan Peri Lili.

"Sekarang kita harus bagaimana? Apa menjatuhkan hukuman bagi peri yang sama sekali tak bersalah?" tanya salah seorang dari mereka.

"Aku pun tak tahu harus bagaimana. Jangan tanyakan padaku. Ini menambah beban pikiran saja. Aku pikir setelah ini kita bisa pulang dan beristirahat dengan tenang, nyatanya ...."

"Hah! Aku rasa aku tak bisa tidur malam ini."

Prajurit pengganti shift mereka sudah tiba di kastil bunga. Tentu saja pemandangan yang tak biasa itu mengundang tanda tanya bagi para prajurit yang baru saja menginjakkan kaki di sana.

"Oi, Pok. Apa yang sedang kamu pegang?" tanyanya sekalian menyapa kawan sesama prajurit. Ia juga menggantungkan tangannya di atas bahu Pok.

"Jauhkan tanganmu dariku!"

"Apa ini? Mengapa kamu memegang daun dan sangat serius? Oh iya …." Ia melihat keadaan sekitar lalu berbisik, "Apa Ratu Lala sudah kembali beristirahat?"

Pok hanya membalas dengan sebuah anggukan kepala. "Ratu sudah kembali beristirahat. Namun … ia meninggalkan pekerjaan lainnya untuk kami. Ah, tidak juga. Kamu juga akan segera menegtahuinya. Aku mau pulang sekarang dan beristirahat."

Luky menahan Pok yang baru saja hendak meninggalkan kastil. "Jelaskan dulu padaku apa yang sedang terjadi. Aku sangat penasaran," katanya.

Siapa pun yang melihat kejadian ini pasti akan bertanya-tanya. Selembar daun dan tinta serta wajah sang pemegang yang nampak kebingungan.

"Dengarkan aku baik-baik Luky … kita sedang dalam keadaan tak baik-baik saja. Hari ini kamu beruntung karena mendapat jaga malam. Kau mau tahu apa yang sudah aku alami sepanjang hari? Oh, ini adalah hari yang sangat berat. Jadi, aku harap kamu tak menambahkan lagi beban pikiranku dengan menanyaknnya, oke?" Pok sudah terlalu malas untuk meladeni.

"Padahal kamu hanya perlu pergi saja tanpa menjawab apa pun. Dasar aneh!" protes Luky.

"Oh ya? Aku bisa melakukannya? Huaha! Omong kosong. Aku sangat yakin kalau kamu akan mencegatku, ya … kurang lebih seperti yang sedang kamu lakukan sekarang," sindirnya.

"Oh, oke, oke … silakan Tuan Pok boleh meninggalkan ruangan ini dan kembali beristirahat di kelopak bunga militer, silakan … hamba memberi jalan."

"Berhentilah dengan tingkahmu. Ah, satu saja yang ingin aku sampaikan. Persiapkanlah mentalmu dengan sangat baik. Kalau kamu bisa melalui satu hari ini dengan bahagia, aku akui … kamu memang hebat." Pok seolah memberi kode dengan menganyunkan selembar daun itu di depan wajah Luky.

"Makanya katakan padaku apa yang sedang terjadi di sini? Hm … semakin membuatku penasaran saja!"

"Kamu akan segera mengetahuinya saat Ratu Lala terbangun dan duduk di atas singgasananya. Tidak akan lama lagi, tunggulah saja."

Satu per satu prajurit meninggalkan kastil bunga dan kembali untuk beristirahat. Tentu saja mereka bisa melakukannya setelah prajurit pengganti datang. Begitu pun Pok yang sudah bersiap juga.

Kepergian para prajurit itu masih menyisahkan tanda tanya besar bagi para prajurit pengganti.

"Aku jadi tak yakin bisa melalui hari ini."

"Apa yang sedang terjadi di sini? aku harap ada yang bisa memberi penjelasan padaku."

"Di mana para dayang dan peri pelayan? Mengapa ruangan ini hanya berisi prajurit?"

Itulah beberapa pertanyaan yang saling mereka lontarkan satu sama lain tanpa mengetahui jawaban dan tak ada satu pun yang bisa menjawabnya.

"Jawabannya akan kita tahu setelah Sang Ratu terbangun. Oh, ini mengerikan."