Chereads / Gong Eun Ra : Contested Woman / Chapter 28 - 28. Bunuh Adikmu Woo Sik.

Chapter 28 - 28. Bunuh Adikmu Woo Sik.

"Aku datang karena Tae Jung yang memintamu," celetuk Ji Kang setelah apa yang Tae Jung katakan padanya dimana posisi Eun Ra.

"Aku banyak mual bahkan saat dua jam di sini," keluh Eun Ra pada Ji Kang, setidaknya satu pria yang dia kenal ada di sampingnya tanpa diam saja seperti patung.

"Kang Hyun, keluarlah. Aku yang akan menanganinya," titah Ji Kang membuat Eun Ra membulatkan matanya terkejut. "Kau akan membunuh--"

Ji Kang memutus pertanyaan Eun Ra dengan tatapannya saja bahkan saat Eun Ra menjadi semakin mual melihat tatapan Ji Kang padanya.

Limabelas orang keluar dari ruangan yang sama dengan Ji Kang dan Eun Ra. Sial, bau amis membuat Eun Ra hampir muntah yang sesungguhnya, Ji Kang yang melihatnya justru terkekeh.

Dia membersihkan dirinya sendiri, mensterilkan tangannya dan beberapa sisi, lalu mengambil alat medisnya.

Jiwanya tenang, mentalnya baik-baik saja, hanya saja Ji Kang ingin mengatakan sesuatu pada Eun Ra dengan bekerja. Tae Jung memberi kepercayaan padanya agar tidak membiarkan Tae Hyun keluar dari kamarnya di mansion ini, apa lagi jika bertemu dengan Eun Ra.

"Ambil ini," titah Ji Kang lagi, Eun Ra mengambilnya dengan cepat, langsung memasang masker medis itu pada area wajah, hidung dan mulutnya.

Ahh. Melegakan bisa menghirup udara yang tersaring jernih, Tae Jung benar-benar membuat Eun Ra ingin bunuh diri saja.

"Ini ruang operasi, kenapa kau tidak memakainya sejak tadi?" tanya Ji Kang yang terkekeh mendapati Eun Ra yang bingung dengan pertanyaan Ji Kang kepadanya. "Kau! Kenapa kau tidak menggunakan penutup hidungmu," koreksi Ji Kang lagi, kali ini Eun Ra membalasnya dengan menghela nafasnya berat.

"Tuan Tae Jung yang melarangku, beberapa kali tuan Kang Hyun berusaha memberiku. Hanya saja tuan Tae Jung melarangku, aku hanya takut saja." Ji Kang menggelengkan kepalanya pelan, dia memelirik pria yang sudah bermandikan darah di ranjang yang sama dimana Tae Jung mengambil beberapa organ tubuhnya.

"Apa saja yang sudah Kang Hyun dan Tae Jung ambil?" tanya Ji Kang yang penasaran karena tubuhnya seperti sudah lumayan membengkak. "Jantung, dan hatinya," jawab Eun Ra meletakkan peralatannya di samping Ji Kang membiarkan Ji Kang melakukannya sendiri.

"Bantu aku," minta Ji Kang saat melihat beberapa peralatan ada di sampinf kanannya. "Ku pikir kau bisa--"

"Walaupun tubuhnya sudah mati, kau pikir mengambilnya dengan lama membuatku bisa mengeluarkannya sepenuhnya? Bantu aku agar kau tidak dalam masalah Tae Jung lagi." Ji Kang menjelaskan pada Eun Ra jika dirinya bisa memberi bantuan untuk berlindung di belakang tubuh Ji Kang saat ada masalah dengan Tae Jung.

"Tidak perlu," tolak Eun Ra mengambil kembali beberapa pisau kecil, gunting dan peralatan pendukung lainnya.

"Aku hampir mati tadi, dan kau justru yang menaruhku di tempat dimana aku akan mati," jelas Eun Ra cukup kesal sebaran Ji Kang benar-benar meminta Tae Jung membawanya ke tempat mengerikan milik tuannya.

"Kau manja dan terlihat sangat lemah Eun Ra. Bagaimana bisa aku terus mengatakan kebaikan dan menyarankanmu yang baik-baik saat mentalmu saja lemah? Aku berusaha melatihmu dengan Tae Jung di sini," jawab Ji Kang pada kemarahan Eun Ra jika dirinya bermaksud untuk memperbaiki mental dan pola pikir Eun Ra.

"Kau ingin kuliah lagi?" tanya Ji Kang meminta jawaban pada Eun Ra dimana saat Ji Kang hampir membakar tempat pelelangan itu, telinganya mendengar seseorang berbicara jika Eun Ra merupakan wanita dewasa yang sedang kuliah.

Anehnya Eun Ra melihat Ji Kang menanyakan hal serius semacam ini namun dengan mata dan tangan yang kontrak berbeda dengan apa yang mereka bahas.

Tangan Ji Kang sibuk membuat luka pada tubuh tidak bergerak pria itu, namun pertanyaan yang Ji Kang berikan pada Eun Ra terlihat sangat serius.

"Tahu darimana kau jika aku dulunya kuliah, tuan Ji Kang?" Ji Kang terkekeh, dia mengambil satu ginjal kecil bagian kanan milik pria tadi dengan cepat lalu menaruhnya ke beberapa tempat yang biasa Ji Kang letakkan.

"Informasi pelelangan, kau tahu aku mengambil Yoon Sa dulu, kan? Aku melihat beberapa informasi milikmu. Maaf membunuh Yoon Sa, ku pikir kalian akan berteman baik saat itu. Sayangnya dia berisik," jelas Ji Kang pada Eun Ra, Eun Ra yang mendengarnya terlihat bingung.

"Ada apa dengan Yoon Sa? Dimana dia?" tanya Eun Ra yang sibuk melihat ke beberapa tempat, sisi dan sudut ruang operasi tersebut. "Aku membunuhnya satu hari setelahnya," jawab Ji Kang cepat, lagi-lagi Ji Kang berhasil mengeluarkan satu ginjalnya yang lain.

"Banyak yang rusak, aku tidak bisa menyelesaikannya," keluh Ji Kang membuat Eun Ra menelan ludahnya sendiri. "Kau sangat cepat tuan Ji Kang, bahkan tuan Tae Jung terlihat sangat lambat dari kau dan tuan Kang Hyun. Bukankah ini aneh? Kau lulusan ilmu kedokteran?" tanya Eun Ra yang penasaran dengan bakat Ji Kang mengoperasi seseorang.

"Seharusnya Tae Jung yang memiliki bakat ini Eun Ra! Sepertinya bakat ayah Tae Jung justru menurun padaku. Aku menyukai bidang dimana aku tidak mempelajari apapun." Alis Eun Ra menyatu bingung, lalu?

Apa Ji Kang otodidak? Membunuh dan mengambil organ manusia dengan naluri begitu?

Aneh sekali.

○○○

"Oh? Paman?" Tae Jung menjawab telfon dari Go Hyung bahkan saat dirinya baru saja menempelkan pantatnya di kursi perusahaan pusat milik kakeknya.

"Sepertinya aku tidak datang ke tempat tuan sekarang berada," ucap Go Hyung menjelaskan jika dia harus pergi saat ini juga. "Kenapa? Ada apa paman?" tanya Tae Jung yang ikut berpura-pura aktif untuk khawatir sebagaimana Go Hyung juga sangat terburu-buru saat berbicara padanya kali ini.

"Aku harus pulang tuan, aku harus ke Dae Gu tempat dimana istriku dimakamkan, dan aku banyak-banyak meminta maaf padamu tuan," ucapnya lagi, jujur saja Tae Jung hampir tertawa mendengar seberapa khawatirnya seorang ayah pada anaknya.

"Ada apa paman? Bukankah tidak ada masalah apapun denganmu paman? Adakah masalah serius yang membuatmu harus datang ke pemakaman istrimu? Apakah ada hal serius? Pemakamannya digusur?" Go Hyung terdengar tidak mengatakan apapun, tidak menjawab apapun dan memilih Tae Jung menunggu jawabnya lama.

"Ada apa paman? Kau aneh." Tae Jung menghela nafasnya berat dengan mengambil bolpoint miliknya untuk menyoret laporan salah ketik dari beberapa laporan keuangan yang tercetak.

"Maaf tuan, anakku sedang tidak baik-baik saja di Dae Gu. Aku harus pulang untuk mengurusnya karena ada kecelakaan yang menimpanya." Akhirnya Go Hyung menjelaskan untuk apa dia meminta hari libur dan juga beberapa izin dari Tae Jung untuk menjauh darinya.

"Oh? Bukankah anakmu berada di mansion paman?" Sialan. Sepertinya Tae Jung benar-benar berniat untuk mempermainkan semua orang. yang bekerja padanya.

Tidak hanya Go Hyung saja, Ji Kang dan Eun Ra juga mendapat imbasnya. "Maaf aku berbohong padamu tuan, tadi pagi aku mengatar anakku pulang ke Dae Gu, aku berbohong mengatakan aku mengantar tuan Ji Kang."

"Dan soal keadaan Ji Min aku--"

"Tidak perlu diperjelas paman, aku memberimu libur dua hari. Manfaatkan dengan baik," potong Tae Jung saat Go Hyung hampir saja hampir tersedak ludahnya sendiri.

"Aku akan memanfaatkannya dengan baik tuan." Sambungan telefon terputus, baiklah ayo perjelas kenapa dan bagaimana Go Hyung mendapatkan pesan dari seseorang.

Saat Tae Jung meminta Go Hyung untuk pulang dan beristirahat, Go Hyung tidak benar-benar pulang. Dia berjalan-jalan sebentar dengan waktu hampir satu jam, setelahnya Go Hyung benar-benar pulang ke mansion dan beristirahat.

Saat Go Hyung hampir tertidur telefon mengagetkan Gi Hyung sangat tiba-tiba.

●Flashback●

'Maaf tuan Go Hyung, ada seseorang yang melukai anakmu. Saya tidak tahu siapa, satu mobil terbakar di depan rumah, dan saya melihat banyak darah di ranjang nona Song.'

'Maaf mengganggu waktumu Go Hyung. Duapuluh menit yang lalu aku mendapat telefon dari pihak Rumah Sakit jika Song Ji Min ditemukan terluka cukup parah di samping Rumah Sakit besar di Dae Gu.'

'Go Hyung, kenapa kau tidak membaca pesan dariku!'

Sekiranya spam ini tertulis limabelas menit sebelum Go Hyung mendapat telefon tiba-tiba dari pria yang dia tugaskan mengurus rumah istri dan dirinya sesaat sebelum ketiganya berpindah ke Seoul.

"Baca pesan dariku brengsek! Anakmu sekarat!" teriak kesal pria dewasa yang bekerja pada Go Hyung, menaikan nada tinggi pada bosnya sendiri.

"Ada apa? Bukankah baru tadi pagi-pagi buta aku mengantarnya? Ada apa?" tanya bingung Go Hyung yang linglung, namun pria tadi tidak mengatakannya dan memilih memutuskan sambungan telefonnya.

Saat itu juga Go Hyung membaca pesan yang dikirimkan padanya, lalu menelfon Tae Jung.

●Flashback●

"Woo Sik, tidakkah kau mendengarnya?" tanya Tae Jung yang terkekeh begitu mendapati Go Hyung memutuskan sambungan telefon padanya.

"Ya, aku mendengarnya Kak," Tae Jung tertawa cukup sinis, kali ini Woo Sik hanya melihatnya dengan menghela nafasnya berat.

"Kau harus berhati-hati pada adikmu Woo Sik, jika dia mencintaiku atau salah satu dariku dan Tae Hyun, lebih baik kau membunuhnya sendiri. Kau tahu maksudku kan?" tanya Tae Jung memberi peringatan tegas pada Woo Sik untuk menahan adiknya agar tidak menjadi korban selanjutnya setelah Ji Min.

"Karena aku tidak akan bisa meminta pada tuan Ji Kang lagi untuk menanganinya Woo Sik. Kau paham tahu kan separah apa Ji Kang?" Woo Sik menganggukkkan kepalanya pelan.

"Ya, aku paham, Kak."

"Aku sudah memberi peringatan pada adikku, dan aku sudah mengatakan apa yang akan terjadi jika dia mencintaimu dengan lancang dan tidak hormat menyukai tuan Tae Jung."

"Hanya saja, dia tidak ingin menutup keputusan," sambung Woo Sik memberi penjelasan seberapa egois adiknya sendiri.

"Bunuh adikmu Woo Sik, haruskah aku yang membunuhnya sebelum adikku yang membunuh adikmu?"