"Paman Go Hyung, bukankah Ti Ja juga mati tenggelan karena ledakannya? Kenapa adiknya meminta kita untuk bertemu?" tanya Tae Jung yang masih santai duduk di jok belakang mobilnya menunggu penjelasan.
Tangannya mengambil berkas cetak yang sudah dia print pukul tiga pagi. Dan Tae Jung pikir ini agak aneh, sebab Ti Ja sudah Tae Jung bunuh dengan peledakan dan penenggelaman kapal saat itu.
"Sejujurnya aku pun tidak tahu tuan, sebab jika alasannya adalah lain, seharusnya kita membawa beberapa orang penting dua kali lebih banyak dari biasanya," jelas Go Hyung sejujurnya sejak awal juga sudah mencurigai Ko Ji, nama samaran adik Ti Ja yang sudah banyak bekerja sama dengannya dan banyak menipu beberapa rekan bisnis kerja dari Tae Jung juga.
"Tidak perlu, aku bisa menyelesaikan semuanya paman. Jadi ku pikir, kau tidak perlu ikut terlalu jauh juga," jelas Tae Jung meminta Go Hyung bertahan pada posisi yang sama dimana dia ada di antara ketiga dari empat pria yang akan bertermu.
Mobil berhenti, mereka berdua sampai. "Pelabuhan pertama tuan Tae Jung, kau bisa turun, dan aku akan mengambil koper uang itu dengan tulisan satu di bagai mobil tuan." Tae Jung menganggukkan kepalanya percaya, dia tidak ingin banyak bicara dan banyak curiga juga.
Sebab segila dan senekat apapun Go Hyung untuk merugikan dirinya, akan ada Ji Kang yang tahu segalanya.
Hanya menunggu dua menit, Go Hyung sudah keluar menggunakan penutup wajah dan kepala, mengikuti Tae Jung dan membawa koper pertamanya.
"Aku sudah mengeceknya, kau tidak perlu khawatir," jelas Go Hyung membuat Tae Jung menganggukkan kepalanya bersiap-siap saja.
Keduanya berjalan, beberapa orang suruhan Tae Jung mulai memberi sedikit kode dengan tatapannya, tidak lain tidak bukan mereka mulai memberi petunjuk dimana tempat terjadinya pembelian dan peetukaran.
"Kau baru sampai, Van Tae?" tanya Ko Ji yang baru saja keluar saat mendengar beberapa orang memberi kabar padanya jika Van Tae sudah datang sejak tadi. "Ya."
"Beri aku barangnya, perlihatkan cara bekerjanya, lalu bicaralah apa yang ingin kau katakan," minta Tae Jung membuat Ko Ji yang sedang membuka topi kepalanya terkekeh.
"Tenanglah dulu, Van Tae. Kau harus minum beberapa wine yang sengaja ku beli untuk pertemuan kita. Jika cepat-cepat pergi seperti ini, semuanya menjadi tidak menyenangkan," jelas Ko Ji dengan menarik satu alisnya memberi seringai tajam untuknya.
"Dimana Jo Ka? Jika tidak kau, pasti Jo Ka yang akan datang. Dia sangat dingin dan menyeramkan, dia selalu melempar uangnya padaku, mengambil cepat barangnya lalu pergi."
"Mendengar kau yang datang aku menjadi sangat bersemangat, bukankah kau senang bertemu denganku juga. Van Tae yang manis?" Tae Jung memutar bola matanya malas begitu mendengar apa yang berusaha Ko Ji lakukan padanya.
"Hentikan omong kosongmu atau anak buahku akan membunuh semua anak buahmu dan membinasakan satu keluarga Ji, bukankah kau ingin mati semuanya?" kesal Tae Jung mengatakannya dengan cepat, dan mengeratkan giginya menahan marah.
"Astaga," keluh Ko Ji dan meminta orangnya untuk membeirkam akses masuk beberapa orang-orang yang Tae Jung bawa untuk membawa beberapa alat medis yang Tae Jung butuhkan beserta beberapa alkoholnya.
"Kau juga sangat mengerikan, Van Tae. Berhenti bergaul dengan Jo Ka atau kau akan semakin membosakankan," nasihat Ko Ji membjat Tae Jung terkekeh mendengarnya.
"Kau ingin mengajakku minum wine?"
"Berikan aku wine full botol, dengan begitu aku percaya seberapa kuat wine yang kau konsumsi. Jika aku tidak mendapatkan dua botol untuk mengetesnya, ku pikir kau benar-benar lemah. Ko Ji, yang buruk," ejek Tae Jung membuat Go Hyung yang sejak tadi memantau terus berpikir serius.
"Berikan pada Van Tae, Gwang. Dia orang kaya, jika kita bisa mendapat pemasukan dari wine yang kita buat, kita akan secepatnya kaya mendadak," suruh Ko Ji membuat Tae Gwang yang sejak tadi bekerja pada Ko Ji sebagaimana Go Hyung pada Tae Jung menganggukkan kepalanya patuh.
Ada yang mengingat siapa Gwang? Betul! Itu adalah pria yang sama.
"Baik, tuan."
○○○
"Kau ikut bersamaku," ucap Ji Kang begitu saja, saat melihat Eun Ra turun dari anak tanggga pukul empat pagi dini hari. "Aku?" tanya Eun Ra yang menunjuk dirinya sendiri. "Ya, kau."
"Ikut aku, Tae Jung pergi. Kau tanggung jawabku sekarang, kau harus mengikuti apa yang ku--"
"Hey? Bukankah yang membeliku adalah tuan Tae Jung? Kenapa aku harus mengikuti apa maumu dan perintahmu?" tanya Eun Ra yang cukup bingung dan terkejut. Eun Ra juga sebenarnya tidak begitu sadar jika yang sedang dia katakan menyakiti seseorang, karena di dalam kepala Eun Ra masih mengingat jika Tae Jung hanya meminta Eun Ra hanya miliknya.
Jangan katakan dan membantah lagi, lalu cepatlah lakukan apa saja yang ku katakan. Jika begitu, bukankah Eun Ra tidak salah mengatakan hal ini pada Ji Kang?
"Tae Jung yang memintaku, kau pikir aku selalu ingin kau repoti seperti ini?" Eun Ra mengehla nafasnya berat, dia melirik Ji Kang tajam dan tidak jauh dari itu Eun Ra kembali memikirkam sesuatu.
"Jadi, apa aku harus melakukan--"
"Ya, kau harus melakukan hal yang sama. Membantu beberapa dokter milik Tae Jung untuk mengambil beberapa organ dalam manusia, dan mengemasnya."
"Jika kau bosan, kau harus belajar mengulitinya agar kau tidak merasa terlalu bosan," saran Ji Kang yang saat itu membuat Eun Ra kesal setengah matu.
"Sialan, itu tidak akan mungkin," tanggap Eun Ra membuat Ji Kang terkekeh kecil mengingat seberapa Eun Ra sangat kecil dan manja pada Tae Jung.
"Tuanku hanya Tae Jung, dan jika aku tidak--"
"Aku sibuk," itu suara Tae Jung dari ponsel Ji Kang menjelaskan apa yang sedang dia bahas dengan seseorang.
"Aku akan pulang beberapa hari lagi, jadi ku pikir kau hanya perlu Ji Kang, sebab dia tahu segalanya." Eun Ra tidak begitu yakin dengan apa yang dia katakan sebab semuanya terasa begitu berat.
"Tapi kau bukan--"
"Aku mendapat perintah dari Tae Jung untuk melakukannya. Jadi tutup mulutmu dan mulailah berbicara dengan sopan saja," tegur orang itu membuat Tae Jung menghela nafasnya pelan dan senang.
"Bisakah aku meminta beberapa hal yang tidak perlu diperjelas sekarang?" tanya Ji Kang membuat Eun Ra berpikir krisis.
"Apa?" tanya Eun Ra membalik pertanyaan yang ada, Eun Ra terkekeh, dia berjalan mengembalikan tubuhnya pada wajah Ji Kang.
"Aku tidak--"
"Astaga, bukankah kau bahagia dan senang-snenag saja melakukannya?" tanya Ji Kang yang marah begitu menyadari seberapa kurang puas dirinya pada Eun Ra.
Kali ini Eun Ra terdiam dan tidak memilih mengatakan apapun.
"Baiklah." Ji Kang tersenyum miring mendapatkan perhatian dsri Eun Ra.
"Kau ingin seberapa fakta yang akan membuatmu tidak percaya padaku?" tanya Ji Kang memulai pembicaraan saat keduanya duduk di mobil hanya bertiga saja dengan supir.
"Ada apa?"
"Soal Ji Min, kau ingin tahu dia dimana kan?" tanya Ji Kang hati-hati membuat Eun Ra terdiam cukup memeikirkannya.
"Iya," jawan Eun Ra dengan sangat percaya diri, kali ini keduanya tidak begitu mendapatkan kenyamanan.
Namun Eun Ra juga tidak bisa menghilang-hilangkan jika Ji Kang melihat padanya.
"Tae Hyun dan Tae Jung tertengkar, Tae Hyun melakukan hal mengerikan pada Ji Min, dan dia dalam keadaan koma saat ini. Lebih mengherankan lagi---" Ji Kang benar-benar sulit diprediksi.
Eun Ra menganggukkan kepalanya pelan. "Apa?" Ji Kang menjawabnya dengan pelan karena sangat menyenangkan menggoda Eun Ra.
"Semua itu hanya karena wanita bodoh, sepertimu."