Choi In Seung.
"Tuan, apakah pria tadi bukan orang Korea asli? Wajahnya tidak begitu asing, tapi dia sangat kentara bukan orang Korea asli. Orang mana, pria tadi?" tanya Tae Gwang pada tuannya yang sudah bersedia memperkerjakannya hampir dua tahun terakhir ini.
"Maksudmu Van Tae itu?" tanya balik In Seung pada pria tua kepercayaannya yang kali itu benar-benar berteman baik dengannya. "Ya, pria dengan nama Van Tae itu. Siapa dia? Aku benar-benar merasa perlu tahu saja," gumam Tae Gwang yang tidak mempermasalahkannya.
Hanya saja, dua minggu sebelum hari ini Tae Gwang akan menjemput keponakannya di tempat pelelangan dimana dia akan membeli keponakannya lagi. Dan beberapa penduduk sekitar mengatakan jika tempat tersebut sudah roboh, terdengar ledakkan dan juga kebakaran yang sangat mengerikam terjadi satu bulan sebelumnya.
Perasaan Tae Gwang menjadi tidak nyaman, dia mengkhawatirkan keponakannya, kakaknya datang memintanya saat itu.
Pria dan wanita bodoh itu baru datang setelah duapuluh dua tahun Tae Gwang membesarkan anak perempuannya. Bukankah mereka benar-benar bodoh.
Mencarinya saja tidak bisa, bagaimana mau membesarkan bayi kecilnya itu. Sial, Tae Gwang bahkan sangat emosi mengingatnya.
Dua minggu sebelum kelahiran Jeon Eun Ra (Nama yang Tae Gwang berikan pada keponakannya, yang sudah dia anggap sebagai anaknya) Tae Gwang mendengar dengan jelas bagaimana kakaknya dengan kakak ipar perempuannya itu terus berdebat masalah kecil yang dibesar-besarkan.
Tae Gwang yang saat itu belum menikah benar-benar benci tinggal satu di rumahnya. Saat itu Tae Joon kakak Tae Jung memang sudah memiliki anak laki-laki sebelum Eun Ra dilahirkan.
Hanya saja dua minggu sebelumnya Tae Joon benar-benar marah pada istrinya, lalu memaki-maki kehamilannya dan hampir mengugurkan kandungan istrinya bahkan dikehamilan yang sudah besar.
Bodohnya lagi Na Ra yang saat itu menjadi ibu juga memikirkan hal yang sama. Sialan, Tae Gwang gereh, dia kesal dan marah.
Cara satu-satunya pergi dari rumah dan menyadarkan kakak dan kakak iparnya soal ini hanya dengan membawa anak yang tidak diinginkan oleh kedua calon orang tua lagi.
"Dia orang asli Korea, Tae Gwang. Bukan masalah kau mengatakan hal itu, hanya saja dia sangat buruk dalam memperlakukan siapapun. Wajahnya memang tidak bisa dilihat dengan jelas jika dia menggunakan penyamaran, tapi kau sudah menganggap dan menilainya familiar? Kau aneh," komentar In Seung yang membuat Tae Gwang terlihat terkekeh mendengarnya.
"Maafkan aku," jawab Tae Gwang sedikit canggung saat itu, Tae Gwang membungkkan badannya hampir sembilanpuluh derajat untuk meminta pengampunan.
"Aku kurang tahu dan kurang paham juga, hanya saja aku sedang mencari anakku yang telah ku jual saat itu untuk membangun bisnis yang membuatku kehilangannya selama-lamanya," lemah Tae Gwang membuat In Seung yang saat itu terkekeh hanya memukul bahu Tae Gwang pelan.
"Jangan mencurigai Van Tae soal itu, Tae Gwang. Kau tidak tahu dia siapa. Begitupun aku dan beberapa orang yang berhasil bekerja sama dengannya. Dia terlalu tertutup, terlebih Jo Ka. Mereka benar-benar bukan orang sembarangan, kau ingin tahu berapa banyak Van Tae membawa senapan yang tersipan di dalam jasnya?" tanya In Seung yang sedang memamerkan rekan bisnisnya dibagian medis itu.
"Hanya lima," jawab Tae Gwang menggunakan nalarnya saja, In Seung terlihat terkekeh begitu mendengar tebakan dari Tae Gwang.
"Lima belas. Kau ingin tahu Van Tae membawa orang suruhannya juga?" tanya balik In Seung yang kala itu membuat Tae Gwang menganggukkan kepalanya sedikir ragu. "Seribu." Tae Gwang menelan ludahnya sukar, dia benar-benar tidak percaya pada apa yang dia dengar hanya saja.
"Jadi pria itu bukan orang sembarang," gumam Tae Gwang yang membuat In Seung menggelengkan kepalanya pelan. "Jangan berurusan dengannya Tae Gwang, kau akan mati sengsara jika kau bermain darah dengannya." In Seung memberi sedikit peringatan pada Tae Gwang untuk tidam bermain-main dengan Van Tae.
Namun Tae Gwang menjawab dengan gelengan kepala yang tegas. "Aku sedang mencari anakku, dan kau tahu kan? Aku bukan orang yang baik jika berurusan dengannya. Dia yang satu-satunya ku miliki. Jika anakku ada padanya karena peledakan tempat pelelangan waktu itu." Tae Gwang menatap jauh dengan tatapan elang yang tajam.
"Aku tidak perduli dan tidak pandang bulu juga untuk membunuh orang, tuan."
○○○
"Berhenti melamun dan bantu Kang Hyun, Eun Ra." Ji Kang memberi peringatan hampir dua kali pada Eun Ra yang terus diam di samping Kang Hyun yang sedang membuka luka lebih lebar pada seseorang.
Eun Ra tersadar, dia memberikan gunting yang sudah disterilkan dan memberikannya pada Kang Hyun setelah Kang Hyun meminta cukup lama.
"Maafkan aku tuan Kang Hyun," ucap Eun Ra kembali mengembalikan fokusnya yang sejak tadi membuat Kang Hyung kesulitan. "Kau perlu istirahat, Eun Ra?" tanya nalik Kang Hyun membuat Eun Ra menggelengkan kepalanya pelan.
"Aku sedang memikirkan beberapa orang, jadi kau tidak perlu mengkhawatirkanku. Aku baik-baik saja," jawan Eun Ra membuat Kang Hyun kembali fokus pada pekerjaannya.
"Kang Hyun, selesaikan ini. Aku harus pergi ke perusahaan untuk meeting sampai pukul tujuh. Tolong urus Eun Ra sebentar," minta Ji Kang yang selesai mengambil beberapa potongan organ yang dia selesaikan tidak lama Kang Hyun melakukannya.
"Kau meninggalkanku?" tanya Eun Ra setelah memberikan pisau kecil yang tumpul lalu bertanya pada Ji Kang meminta jawaban jelas.
"Tae Jung akan pulang tengah malam nanti, kau tenang saja. Kau akan tetap pulang denganku," jawab Ji Kang membuat Eun Ra mengerucutkan bibirnya kesal.
"Kau tidak memberiku makan?" tanya Eun Ra dengan santai memintanya, Ji Kang terkekeh. Dia berjalan mendekatkan diri pada Eun Ra setelah bersih. "Kau lihat Kang Hyun yang sedang bekerja keras?" tanya balik Ji Kang meminta mata Eun Ra bekerja dengan baik.
"Dia belum makan sejak sarapan, kau pun sama. Pekerjaanmu sangat ringan, jadi kau akan makan di jam yang sama dimana Kang Hyun juga makan, mengerti?"
"Ajak Eun Ra nanti, Kang Hyun." Ji Kang meminta Kang Hyun mengurus Eun Ra lebih dulu, dia melirik jam dari arloginya.
"Dua jam lagi, istirahatlah." Ji Kang pergi menjauh ke pintu keluar, namun Eun Ra kembali memanggil Ji Kang untuk berhenti.
"Tuan Ji Kang." Eun Ra membuat Ji Kang menghentikan langkahnya untuk berhenti.
"Kenapa?"
"Aku tanggung jawabmu sekarang kan? Kau tidak akan--"
"Ya, tidak akan," jawab Ji Kang dengan cepat saat Eun Ra berusaha merayunya untuk membawa Eun Ra ikut padanya.
"Kau merepotkan, mengerti?" jawab Ji Kang menegaskan jika Ji Kang sangat membenci Eun Ra keterlaluan dan di luar batas wajarnya.
"Tidakah kau--"
"Tidak, aku tidak akan pernah mau membawa wanita merepotkan sepertimu." Ji Kang mengambil pintu dan langsung berjalan keluar meninggalkan Eun Ra yang dia tanggung jawabkan pada Kang Hyun.
"Eun Ra jangan membuatnya tertekan seperti itu, tuan Ji Kang tidak menyukaimu," ucap Kang Hyun membuat Eun Ra yang melihat nanar pintu ruang oprasi itu tertutup dengan cepat.
Namun ucapan Kang Hyung benar-benar membuat Eun Ra merasa sedikit canggung dan mengganjal. "Kau pikir aku menyukainya? Bagaimana bisa--"
"Aku bahkan bisa membedakan tatapan takut dan memuja milikmu pada tuan Tae Jung dan tuan Tae Hyun, hanya saja kali ini." Kang Hyung selesai mengambilnya, dia kembali melanjutkan bicaranya pada Eun Ra kala itu.
"Kau benar-benar menyukai tuan Ji Kang dengan sikap bencinya padamu. Bukan maksudku tidak sopan mengatakan ini Eun Ra. Kau perlu menjauhi tuan Tae Hyun demi Tae Jung, dan kau perlu menjauhi Ji Kang demi keselamatanmu sendiri, Eun Ra." Kang Hyun menjelaskan yang sebenarnya pada Eun Ra, hanya saja penjelasannya begitu memutar yang memuat orang dituju (Eun Ra) tidak akan pernah bisa paham.
"Apa makaudmu, Kang Hyun?"
"Bagaimana jika ada dua pria mencintai satu wanita, lalu wanita itu mencintai pria lain, dan pria lain itu tidak memiliki cinta yang sama pada wanita itu? Bukankah cinta yang sebenarnya manis menjadi terlihat sangat rumit, Eun Ra?" Eun Ra terdiam memikirkan sesuatu.
'Lalu, apa kau pikir aku bisa menjatuhkan perhatianku pada pria lain?'