Chereads / Gong Eun Ra : Contested Woman / Chapter 41 - 41. Tuan Kotoran.

Chapter 41 - 41. Tuan Kotoran.

"Apa kau tidak penasaran tuan, soal tuan Gwang itu? Bukankah sangat terihat jika dia bisa saja berkhianat pada tuannya sendiri hanya untuk mengetahui siapa yang dia cari sejak lama?" tanya Woo Sik yang sedang asik mengemudi melihat pada Ji Kang yang sedang mengistirahatkan matanya dengan menutup kedua matanya tanpa tidur seperti saat ini.

"Aku tahu dia siapa, Woo Sik." Ji Kang begitu santai menjawabnya, alis Woo Sik menyatu bingung dan memilih menanyakan hal lain lagi. "Kau ingin makan siang, tuan?" tanya Woo Sik mengalihkannya, Ji Kang menggelengkan kepalanya pelan memilih diam namun Woo Sik begitu tahu apa keinginannya.

"Aku akan menaikan kecepatannya," jawab Woo Sik membuat Ji Kang tidak keberatan, dia sepertinya benar-benar kelelahan. Memilih diam sampai tertidur hingga mendengkur. Woo Sik tidak mengalihkan tatapannya dari jalan, dia begitu bersyukur mendapat kepercayaan mengemudi mobil dan menjadi supir Ji Kang sudah hampir tiga hari dalam tiga hati ini.

Sebab, sebagian pria dewasa yang bekerja pada Tae Jung dan juga Ji Kang, selalu tidak bisa mendapatkan posisi seperti Go Hyung. Sebab dia lebih dewasa, tahu semua seluk beluk keluarga Min jauh dari siapapun mengenalnya.

Woo Sik tidak mengelabuhi siapapun, dia memilih untuk terus menjaga kepercayaan tuannya. Dia ingin menjadi Kang Hyun, dimana dia hanya mesin, dan merasa sangat begitu bersyukur karena sudah dibeli dari tempat pelelangan yang membuatnya hampir gila.

Kang Hyun adalah satu pria yang diselamatkan oleh Ji Kang, dia dibeli dengan uang yang sangat banyak, melebihi Tae Jung membeli Eun Ra. Oleh sebab itu Kang Hyun akan selalu mengatakan yang sejujurnya pada Ji Kang ataupun Tae Jung.

Kenapa Tae Jung harus? Sejujurnya keduanya sudaj bersumpah jika salah satu dari mereka tidak akan saling mengkhianati. Siapa?

Pria hampir dewasa Kim Tae Jung dan pria dewasa yang mengetahui segalanya Park Ji Kang.

"Tuan, sudah sampai." Woo Sik sedikit berbisik karena dia sangat takut membangunkan Ji Kang, selain Ji Kang bukan pria yang suka disentuh dan orang-orang mengusiknya, Woo Sik hanya takut dia mati cepat.

Ji Kang bukan pria yang memberi kesempatan pada siapapun, saat dia marah, tahu segalanya, maka dia akan membunuh orang itu.

Kesempatan tidak terlahur untuk Ji Kang setahu Woo Sik.

"Istirahatlah, dan kau harus ikut denganku ke pelabuhan selanjutnya." Woo Sik berjalan keluar meninggalkan Ji Kang, tidak membawa kunci milik tuannya lalu pergi ke kantin mansion.

Seseorang mengenal Woo Sik sekarang, sebab Ji Kang selalu membawa Woo Sik ke tiga mansion terlelu sering. Woo Sik hanya pernah pergi ke mansion dua saja sat itu. Hanya saja sekarang, dia sudah pernah datang ke tempat ini satu kali kemarin dan mansion tiga adalah hari ini.

Canggung, semua tahu justru mengenalnya tanpa mengucilkan.

"Apa limabelas ribu?" tanya pada satu orang kepercayaan dan mendapat pekerjaan untuk selalu menghitung setiap pemasukan barang, segala jenisnya barangnya lalu pengeluarannya.

Pria lebih dewasa itu menganggukkan kepalanya pelan. "Aku sudah menghitungnya, ada lebih limabelas ribu. Mungkin karena pembelian pertama, beberapa botol ada yang rusak, jadi jika dihitung barang tanpa kecacatan semua nominal sama dengan pemesanan."

Ji Kang menganggukkan kepalanya pelan, dia memberi sedikit perintah agar menjauh darinya, dari Ji Kang.

"Istirahatlah, kau perlu banyak konsentrasi untuk menghitungnya. Aku harus pergi ke dua pelabuhan terdekat lagi," titah Ji Kangembuat pria tersebut menganggukkan kepalanya. "Tuan Tae Jung perlu berbicara denganmu, tuan," ucapnya memberi pesan singkat dari Tae Jung.

Ji Kang berjalan masuk menuju ruangan pertemuan antara Tae Jung dan Ji Kang. Benar saja, saat Ji Kang masuk, ada Tae Jung yang menunggunya.

"Untuk apa sekarang?" tanya Ji Kang pada sepupunya membuat Tae Jung menatap tajam dan sinis. Kali ini dia lebih serius membicarakannya.

"Haruskah kita bersaing dengan sehat, Kak Ji Kang?" tanya Tae Jung langsung membuat Ji Kang bingung, dia menaikan alisnya meminta alasan.

"Apa masalah ini soal pembagian perusahaan?" tanya Ji Kang balik karena sejak kemarin ibunya selalu membicarakan pembagian perusahaan milik kakek mereka.

"Bukan," jawab Tae Jung pelan dan menaikan satu alisnya pelan pada kakaknya.

"Bisa kau berhenti mencari perhatian pada Eun Ra?"

○○○

Perdebatan sengit antara Tae Jung dan Ji Kang terus berlanjut, hanya saja kali ini tid0ak afa yang berhasil menengahi pertengkaran antara Tae Jung dengan Ji Kang.

Sulit membuat mereka mengalahkan ego mereka sendiri, sulit menangani pertengkatan antara Ji Kang dengan Tae Jung.

Terlebih hanya karena wanita jalang bernama Eun Ra. Sejujurnya Go Hyung juga sedikit geram. Dia merasa sangat gerah dan ingin membunuh Eun ra sama dengan cara anaknya.

Hanya saja, dia tidak memiliki hak, dendamnya tidak ada dan Go Hyung hanya kesal saja.

Sekarang Tae Jung sedang sibuk dengan pekerjaannya di perusahaan satu. Dia tidak begitu sadar dan perduli kenapa Tae Jung bisa membuat suasana dan mood nya menjadi air.

Pertengkaran hebat dengan Ji Kang tirak mengubah konsentrasi dan fokusnya untuk pekerjaan. Go Hyung berjalan menjauh meninggalkan Tae Jung untuk ke kantin.

Sejak tadi pagi dia tidak makan apapun, sekarang sepertinya waktu istirahat yang Tae Jung berikan padanya.

Baru saja akan menekan turun lift ke bawah suasana menjadi canggung, lift tersebut memang turun, hanya saja satu pria dewasa membuat Go Hyung terlihat begitu tidak bisa melakukan apapun saat orang yang satu lift dengannya membawanya naik ke lantai paling atas dan membawanya ke beberapa lantai beberapa kali untuk berbicara.

Ada yang ingin tahu?

Park Woo Sik. Ayah dari Park Ji Kang.

Go Hyung menelan ludahnya sukar begitu melihat jika Woo Sik ada di depan wajahnya. Satu tahun yang lalu adalah waktu yang sulit bagi Go Hyung dan dia mendapatkan boom yang sama dimana dia harus menyelesaikan masalahnya dengan Woo sik? Yang benar saja!

"Senang bertemu denganmu, Kak Go Hyung." Woo Sik terlihat menyapa orang itu dengan hati-hati dan senang, dia menaikan satu alisnya sedikit menyeringai.

"Tolong senanglah bertemu denganku," ucap Woo Sik kembali membuat Go Hyung menelan ludahnya sukar sendirian saja. "Ada apa kau datang ke sini?" tanya Go Hyung sangat tidak bersahabat. Dia benar-benar bukan pria yang baik ternyata, selain pria di depan Woo Sik tidak tahu diri, dia juga berani.

Adakah pekerja yang bekerja pada ayah mertuanya menanyakan pertanyaan tidak sopan pada menantu keluarga dimana dia sedang bekerja dengan pertanyaan busuk seperti ini?

"Ingat posisimu tuan Go Hyung," cibir Woo Sik begitu menyadari banyak perubahan yang ada pada diri Go Hyung melalui Yoon Gi yang mengatakan banyak hal padanya.

"Kau pekerja, kau pesuruh, tempatmu dibawah, jangan meninggi-ninggikan keberadaanmu jika pada kenyataannya kau tidak tinggi akan status, derajat, kehormatan dan adabmu." Woo Sik melirik Go Hyung sebelum keluar dari lift dimana lantai yang dia tuju adalah tempat keponakannya.

"Perbaiki sikapmu terhadapku dan kak Yoon Gi atau kau tahu akibat dari penyalahgunaan kepercayan anak kami terhadapmu, tuan kotoran Go Hyung!" Woo Sik pergi menjauh, dia berjalan langsung masuk ke ruangan dimana biasanya ayah mertuanya bekerja di sana.

Matanya melihat Tae Jung sedang sibuk, Woo Sik tahu jelas jika anaknya akan menjadi sepertinya. Terlalu menggila pada pistol yang sempat dia ajarkan saat Woo Sik menjadi anggota FBI.

"Kau memegang sendiri, Kim Tae Jung?" tanya Woo Sik langsung masuk ke ruangan tersebut mengagetkan Tae Jung yang sedang sibuk-sibuknya bekerja.

"Ah, paman!" Tae Jung hampir jatuh karena keterkajutannya. Bahkan tangannya sampai meremas dadanya begitu mendengar suara mengintrupsi untuknya. "Apa kabar, Tae Jung?" tanya Woo Sik membuat Tae Jung tersenyum tipis.

"Aku baik paman. Bagaimana kabar paman? Dan bibi Ji So juga, apa kalian berdua selalu sehat?" tanya Tae Jung dengan berdiri untuk memeluk tubuh pamannya senbagai sambutan hangat.

"Kami baik," jawabnya pelan, Woo Sik sesekali melihat pada sudut-sudut ruangan milik Tae Jung dan anaknya bekerja. "Masih sama, tidakkah kalian bosan menggunakan ruangan dengan sisi yang tidak berubah sejak dulu sekali?" Tae Jung menggelengkan kepalanya dengan tegas. "Kami tidak memiliki waktu mengubahnya," jawan jujur Tae Jung, Woo Sik terlihat percaya dan menganggukkan kepalanya pelan.

"Soal kedatanganku ke sini, bisakah kau meluangkan waktu untuk paman sebentar?" Tae Jung menelan ludahnya sukar, dia cukup takut akan sesuatu yang dia pikirkan sendiri.

Park Woo Sik tidak akan datang jika tidak ada masalah atau sesuatu yang perlu diluruskan, dan saat pamannya datang, Tae Jung akan merasa sangat khawatir.

"Aku akan memulangkan semua karyawan dan beberapa orang untuk berjaga di luar perusahaan tanpa ada yang di dalam perusahaan ini paman," jawab Tae Jung menyetujuinya dengan memekan beberapa tombol untuk menghubungi seseorang.

"SEMUANYA. Kau tahu semuanya kan?" Setelahnya Tae Jung mulai duduk bersama dengan Park Woo Sik, paman yang datang dengan tiba-tiba.

"Jadi, apa yang akan paman bicarakan denganku hari ini?"