"Ibu, ada apa?" tanya Tae Jung saat sambungan telefon dari ibunya begitu jelas terlihat, Tae Jung baru saja akan memasukkan ponselnya asal saku kanan bajunya, hanya saja dering telefon terdengar nyaring.
"Hanya merindukan anak ibu," jawab ibu nya, Tae Jung terkekeh kecil, dia memilih meletakkan beberapa berkas yang sudah siap dia bawa. Melihat ibu nya menelfon Tae Jung mengurungkan niatnya.
Pukul berapa sekarang? Dan kenapa ibu nya sudah bangun? Tae Jung melirik arlojinya untuk memperjelas.
"Ibu bangun pagi?" tanya Tae Jung menyadarinya, hanya saja Su Ri menolak menjawabnya.
"Tidak, ibu hanya ingin berbicara serius denganmu, dan ibu rasa kamu perlu sekali tahu." Tae Jung menganggukkan kepalanya siap menerima, dia mengambil duduk di sofa samping meja kecil samping ranjang tidurnya.
"Ada apa ibu? Ceritakan padaku semuanya saja, jangan ditahan dan jangan ditekan, bukankah ibu merasa sangat tidak nyaman jika seperti ini?"
"Aku hanya ingin ibu selalu bahagia," sambung Tae Jung mempertegasnya, Su Ri terkekeh, dia melirik samping ranjangnya. Jujur memang dia baru saja bangun saat ini, pukul tiga terlalu cepat untuk bangun dan bekerja.
Hanya saja suaminya selalu pergi pukul dua pagi dan pulang pukul tujuh malam. Ini terlalu sulit dijelaskan, ada begitu banyak celah dan dinding satu sama lain, Su Ri merasa begitu tidak nyaman sekarang.
Sangat tidak hidup.
"Apa ayah membuat masalah lagi?" tanya Tae Jung menanyakannya dengan hati-hati, Su Ri terkekeh mendengarnya. "Tidak ada seorang suami menyakiti istrinya, Tae Jung." Ibu Tae Jung menjawabnya begitu santai, sangat buruk dan menyebalkan menjelaskannya. Hanya saja ini keterlaluan kelewatan, berumah tangga hampir tigapuluh satu tahun itu bukan waktu yang sebentar.
Su Ri begitu banyak menelan kenyataan separah pil pahit berdosis tinggi setara dengan dosis suntik mati, mengerti?
"Tidak dengan keluargaku, ibu. Katakan saja, terus terang saja, ibu. Katakan padaku jika ibu sudah tidak tahan hidup dengan ayah dengan segala keegoisannya, jika aku membencinya aku bisa bertemu dengannya dan memarahinya sebagai orang asing, sayangnya aku anaknya. Aku menyayanginya, menginginkan ayah membalasnya, dan aku selalu gagal dengan perasaan jika itu ayah."
Su Ri menangis, satu matanya meneteskan air mata. Ini begitu menyakitkan, suaminya begitu kentara tidak adil pada kedua anaknya. Tae Jung, anak pertama mereka di tahun pernikahan ke lima, Tae Jung datang.
Su Ri sangat paham jika Tae Jung bukanlah anak yang begitu Yoon Gi inginkan, begitupun dengan Tae Hyun.
Mereka menikah dengan cinta, hanya saja satu sama lain terus fokus pada karir mereka, dan pada puncaknya juga ayah Su Ri (Tuan Min : Min Seo Joon) membuat keretakan keluarga karena keturunan.
Yoon Gi yang negitu tergangu mulai menciptakan Tae Jung, dan Tae Hyun bahkan hanya berselisih umur dua tahun saja. Percayalah, semenjak kelahiran Tae Hyun, api amarah Yoon Gi dengan Min Seo Joon semakin membara.
Keempatnya (Keluarga Kim : Kim Yoon Gi, Min Su Ri, Kim Tae Jung dan Kim Tae Hyun) pertama kali meninggalkan Rumah Keluarga Min (Mansion pertama dimana mansion tersebut hancur diledakkan).
"Dua bulan terakhir ini ayahmu mulai berangkat bekerja pukul dua pagi, ayahmu tidak sarapan dan pulang pukul tujuh pagi. Ibu selalu datang ke perusahaannya, tapi ayahmu sedang tidak bekerja di perusahaan, ibu pulang dan hanya mengantarkan makan siang untuk ayahmu."
"Dan saat ibu menanyakannya, ayahmu bilang dia memakannya." Alis Tae Jung menyatu bingung, lalu apa masalahnya? Bukankah itu bagus.
"Apa yang membuat ibu takut?"
"Kau, apa kau baik-baik saja?" tanya balik ibunya dengan suara sangat khawatir.
Apa maksudnya?
○○○
"Ayah selalu mengatakan hal ini, bahkan sebelum ayah egois dan aku malas bertemu ayah. Apa ayah tidak lelah?" Woo Sik terkekeh, dia memukul kecil bahu anaknya dan mulai duduk di atas meja kantor milik ayah mertuanya.
"Pikirkan sesuatu, Ji Kang." Woo Sik mengeluarkan satu kacamatanya, dia sedikit kehilangan penglihatannya akhir-akhir ini. Dia ingin melihat seberapa tampan anaknya tidak pernah bertemu dengannya. "Ayah berlebihan," komentar Ji Kang membuat Woo Sik terkekeh gemas.
"Kau sangat membenci ayah atau apa? Selalu sensitif membuat ayah sangat menyayangimu saja," gerutu Woo Sik membuat Ji Kang memutar bola matanya malas. Sial, karisma Woo Sik hilang begitu saja, mantan agen FBI dan juga sekarang sudah menjadi pengusaha karir makanan, sekarang dia sudah sangat disegani beberapa orang.
"Ada apa ayah datang? Ceritakan padaku," minta Ji Kang mengambil duduk di kursi yang sengaja dia mundurkan agar bisa santai berbicara. "Soal, si sialan itu." Woo Sik mulai membeei sedikit kode pembicaraan agar yang sengaja mendengarnya tidak tahu.
Ji Kang terkekeh, dia berjalan mengambil ponsel untuk sedikit merahasiakannya. CCTV dimatikan, tirai menutup segala sisi dan kedap suara dinyalakan. "Ceritakan, aku sengaja melakukan ini karena aku tidak percaya siapapun." Ji Kang memberi jalan pada ayahnya untuk menjelaskan segalanya, Woo Sik terkekeh.
Anaknya semakin dewasa, dia tidak memiliki teman, hanya rekan. Tapi Woo Sik tidak selalu mendesak anaknya untuk mendesak pertemanan juga.
Woo Sik membebaskan kehidupan Ji Kang negitu lepas, asal tidak bermain ONS dan membuat wanita hamil hasil spermanya. Itu saja, Woo Sik selalu meminta pada anaknya untuk melenyapkan barang bukti, dan Woo Sik selalu melakukannya.
Melakukan ONS dan membunuhnya, begitu terus sampai sekarang.
"Go Hyung berulah lagi, tidakkah kau benar-benar kecolongan, Ji Kang?" tanya ayahnya membuat Ji Kang menyatukan alisnya bingung. Apa ada yang hilang? Dan data base apa yang tercuri orang Go Hyung.
"Apa yang ayah katakan? Aku tidak paham," keluh Ji Kang dengan menyatukan alisnya meminta jawaban. "Dengarkan ayah." Ji Kang menatap tajam bibir ayahnya dan mata tajamnya menatap wajah ayahnya sebentar.
"Lihat ayahmu, Ji Kang!" Ji Kang membuang wajahnya malas, ayahmya terlalu bertele-tele, Ji Kang membencinya. Dia berjalan menjauh menuju lemari pendingin untuk mengambil colla.
"Katakan saja, aku sudah tidak tahan." Ji Kang mengatakan segalanya, Woo Sik terkekeh. "Pamanmu dan ayah memantau beberapa saham, uang yang tersimpan di bank dan beberapa asetnya. Ayah memeriksanya dengan teliti, pamanmu memperjelas segalanya dengan memberi arahan pada ayah."
Alis Ji Kang menyatu, dia bingung. Apa ada masalah? Lalu kenapa kedua orang tua ini terlalu serius dengan hasil keringatnya?
"Apa yang berusaha ayah katakan?"
"Uang di penyimpanan hilang duapuluh lima persen. Apa kau tidak tahu? Pamanmu menghubungi ayah, dia mengirimi beberapa peningkatan uang yang kau dapatkan lima tahun terakhir dan baru tiga hari belakangan ini uangnya menghilang." Ji Kang menelan ludahnya sukar, dia ingin mengecek menggunakan ponselnya namun Woo Sik mengambilnya cepat.
"Kembalikam ponselku? Aku ingin mengeceknya," protes Ji Kang pada ayahnya memarahi, namun Woo Sik melemparnya asal ke samping tempat duduknya. Dia mengeluarkan ponselnya, menunjukan isi pesan dengan Yoon Gi tiga hari yang lalu.
"Perhatikan waktu, hari, dan tanggalnya. Pastikan sama dengan yang kau cermati." Woo Sik memberikan akses anaknya untuk melihat dnegan jelas. Hanya saja Ji Kang melebarkan matanya sangat terkejut saat itu juga.
"Hah!!"
"Ini----"
"Ya." Woo Sik memotong ucapan yang berusaha anaknya sebutkan dari keterkejutannya. "Kau tidak percaya kan? Tentu saja, kami juga."
"Kami sangat terkejut melihatnya, kami tidak percaya sama sekali Ji Kang."
"691.567.907.675.543 won?" Woo Sik menganggukkan kepalanya, dia menyetujuinya. Memang dengan uang sebanyak itu apa yang akan dilakukan pencuri?
Bukan hacker sama sekali, melainkan orang yang sama.
"Apa ayah yakin jika orangnya adalah dia?" tanya Ji Kang meragukan sesuatu yang ada.
"Go Hyung. Ayah yakin pria itu yang melakukannya, karena hanya dia yang tahu apapun dari yang tidak kami ketahui, Ji Kang." Ada yang tidak beres sekarang.