Chereads / Gong Eun Ra : Contested Woman / Chapter 30 - 30. Tutup Mulutmu Rapat-rapat.

Chapter 30 - 30. Tutup Mulutmu Rapat-rapat.

"Tae Hyun. Kau datang?" tanya Min Suri, ibu dari dua anak laki-lakinya. Kim Tae Hyun yang ditanya perihal kedatanagnnya sedikit marah, dia tidak begitu suka akan hal tersebut.

"Ibu membuatku semakin marah padamu, apakah anak ibu yang satu lagi (Tae Jung) benar-benar semenyebalkan ini? Aku jadi membencinya," adu Tae Hyun dengan memeluk tubuh ibunya yang kecil dan lebih pendek darinya.

"Ada apa dengan Kakakmu? Apa dia baik-baik saja? Siapa yang terluka, Tae Hyun?" tanya Su Ri yang terlihat cukup khawatir bahkan hanya saat Tae Hyun mengatakan dia merasa tidak baik.

Baik soal dirinya atau Tae Jung, di mata Tae Hyun ibunya sama sekali tidak membeda-bedakannya. Mungkin terkadang lebih pada Tae Jung, hanya saja Tae Hyun tidak begitu mempermasalah masalah ini karena dia tahu kekhawatiran ibunya disebabkan karena apa.

"Kak Tae Jung baik-baik saja, tapi dia engantarku pulang karena aku membuat masalah." Su Ri memutar bola matanya malas, dia mencubit keras perut putra keduanya itu karena kesal.

"Ingat umurmu, Tae Hyun." Ibunya menegurnya. "Jika kamu tidak ingin mendapat masalah dan hukuman dari kakakmu kamu seharusnya tahu dan paham apa kesalahanmu. Jangan mengganggu Tae Jung berlebihn Tae Hyun. Dia sudah dewasa dan serius dalam bekerjanya."

"Sekarang kau harusnya meniru kakakmu, karena umurmu sudah duapuluh lima tahun bukan hanya sebatas angka untuk bermain-main lagi, Tae Hyun." Tae Hyun yang mendapat beberapa nasihat dari ibunya terlihat begitu tidak perduli. Dia lebih memilih tidak mengatakan apapun dan diam pada satu waktu.

"Aku baik-baik saja." Tae Hyun menjelaskan jika dirinya tidak dalam pengaruh apapun, dia tidak dalam masalah yang serius hingga membuat dirinya merubah isi kepalanya.

"Aku tidak melakukan apapun, tapi memang Kak Tae Jung saja yang terlalu serius dalam menjalani hidupny. Kak Tae Jung itu monoton dalam hidup, ibu," ucap Tae Hyun dengan sepihak dalam mengeluarkan ketidak nyamanan dan kecemasannya.

"Jangan ikut campur hidup kakakmu, kau juga seharusnya memperbaiki dirimu sendiri untuk masa depanmu. Cepat naik, dan pergi ke kantor untuk mengurus beberapa masalah di sana. Ayahmu sedang di Rumah Sakit Dae Gu karena harus mengoperasi seseorang."

Tae Hyun memutar bola matanya malas, dia terlalu benci belajar. Lulus S1 saja bagi Tae Hyun sudah sangat membuatnya hampir mati untuk belajar. Walaupun nilai IPK nya hampir sempuran, itu membuat hidupnya yang hampir sempurna di tanahkan juga.

"Apa pasiennya dengan nama Song Ji Min?" tanya Tae Hyun mengingat dia juga dari sana beberapa jam yang lalu, Su Ri terlihat menganggukkan kepalanya mengingat namanya. "Ya, Song Ji Min." Su Ri menegaskan apa yang dia dengar tidak lama dari itu sama, Tae Hyun hanya terkekeh kecil saja mendengarnya.

"Aku marah, ibu," ucap Tae Hyun kembali angkat bicara pada ibunya, Su Ri yang selalu mendengar keluh kesah semua anaknya menjadi mengayomi. "Apa yang membuat Tae Jung memulangkanmu bahkan saat kamu saja belum satu bulan di sana? Kamu membuat masalah semacam apa sekarang? Ibh curiga padamu Tae Hyun."

Su Ri terlihat baik-baik berbicara pada anaknya, hanya saja baik bukan berarti buruk, dan buruk bukan berarti baik. Anak keduanya itu sulit ditebak, bisa saja Tae Hyun membuat Su Ri terlihat baik atau salah Tae Hyun atau Tae Jung Su Ri lebih takut pada anak keduanya.

"Song Ji Min anak dari Song Go Hyung ibu."

"Dan, aku yang membuatnya hampir mati, karena itu Kak Tae Jung mengantarku pulang, masalahnya masih yang sama. Kak Tae Jung tidak ingin aku mencintai Jeon Eun Ra juga, dia egois." Tae Hyun menjelaskan apa yang dia lakukan pada Su Ri dengan mendadak dan wajah yang sangat sedih, sejujurnya Su Ri tidak begitu yakin apakah anak laki-lakinya sengaja melakukannya atau tidak.

Yang membuat Tae Hyun terlihat kurang meyakinkan adalah bagaimana dia bisa mengatakan hal lain dengan ekspresi berbeda dari faktanya.

○○○

"Kau merasa senang dan menang sudah dibeli olehku, Eun Ra?" tanya Tae Jung yang duduk di tempat yang sama dimana Jeon Woo Sik, supir dan tangan kanan termuda dimana Ji Kang dan Tae Jung juga memberi kepercayaan padanya.

"Kenapa kau bertanya seperti itu tuan Tae Jung?" tanya balik Eun Ra yang bingung dengan pertanyaan yang berusaha Tae Jung berikan padanya.

"Karena aku bisa melihatnya," jawab Tae Jung dengan percaya diri, dia menatap datar jalanan yang lumayan ramai karena dua hari ini Tae Jung tidak pulang ke mansionnya.

Eun Ra menginap di mansion dua, dimana tempat itu hanya ada pembedahan dan beberapa tempat pengiriman barang untuk ke beberapa Rumah Sakit yang berani membelinya.

"Oh? Kau terlalu percaya diri memikirkannya, aku biasa saja. Di jual berhari-hari dengan terjualnya atau tidak aku percaya pada nasibku sendiri. Kau atau bukan, aku percaya diri jika aku terbeli atau tidak, pamanku akan mengambilku bagaimanapun ceritanya," jelas Eun ara dengan suara meremehkan balik Tae Jung, perasaannya melemah begitu mengingat seberapa menyebalkannya Tae Jung.

Kemarin Eun Ra tidak diberi kamar untuk tidur, beberapa mendapatkan, hanya saja Eun Ra benar-benar harus tidur di samping ranjang tempat dimana mayat-mayat dan beberapa orang yang meninggal mendapat penanganan dengan tubuh yang terbuka.

Bau anyir terus ada, mau seberapa kuat alkohol ditimpakan pada lantai dan beberapa tempat yang tidak berjamah pun rasanya percuma.

Terbayang tidur di ruang operasi benar-benar membuat mental Eun Ra seperti terasah dengan sangat tajam dalam satu malam.

"Kau lancang karena kau sudah tahu pekerjaanku? Ingat posisi awalmu, Eun Ra." Tae Jung kembali mengingatkan siapa Eun Ra bagi mension ini, terbeli atau tidaknya Eun Ra untuk Tae Jung, status keduamya masih sama.

Tuan dan pelayan. Apa yang seharusnya tidak dikeluarkan mulut Eun Ra adalah apa yang seharusnya Tae Jung ucapkan padanya. Apakah jelas sampai di sini?

"Ya, aku tahu jika bagimu aku hanya pelayan jalang. Aku tahu dengan jelas posisiku tuan Tae Jung." Tae Jung terlihat sangat puas begitu mendengar Eun Ra mengatakannya, Woo Sik yang melihat seberapa banyak bicaranya Tae Jung membuat dirinya sedikit berpikir-pikir.

Baru saja berniat, dia kembali tahu. Woo Sik memilih tidak mengatakan apapun karena sadar jika apa yang akan dia lakukan bukanlah baik dari apa yang dia lakukan.

Sampai dalam empatpuluh sembilan menit, Tae Jung dan Eun Ra langsung keluar, namun sesaat sebelum Tae Jung keluar dia mengatakan sesuatu pada Woo Sik.

"Isi bahan bakar semua mobilku Woo Sik, karena tidak akan ada yang tahu apa yang terjadi." Tae Jung mengatakan hal tersebut, dan setelahnya dia keluar membuat Woo Sik paham apa yang Tae Jung inginkan.

Langkah Eun Ra terhenti begitu menyadari sesuatu, Tae Jung juga mengimbanginya, dia ikut berhanti dengan melihat wajah bingung Eun Ra.

"Aku tidak melihat Kak Ji Min, dimana dia?" celetuk Eun Ra membuat Tae Jung berjalan santai meninggalkan Eun Ra melupakan apa yang baru saja dia dengar.

"Tuan Tae Jung, dimana Kak Ji Min?" Lagi, Eun Ra saat ini bertanya pada Tae Jung dengan menuju sesuatu yang serius.

"Aku tidak merasakan aura Kak Ji Min sejak tadi, apa dia dipindah kerjakan di mansion lain?" Eun Ra rewel, dia terlihat sangat mencari Ji Min. Walaupun Ji Min begitu jelas membencinya, Eun Ra masih bisa melihat tatapan dan arti dari apa yang berushaa Ji Min berikan padanya.

Seoalah-lah seperti mengatakan.

'Eun Ra, kaburlah kapan saja karena kau dalam bahaya.'

Walaupun yang Ji Min tunjukan seperti.

'Jalang, tidakkah kau merasa tahu diri jika kau tidak cocok berada di sini?'

Hanya maksud tersirat yang Eun Ra dapat dari Ji Min, Eun Ra mengatakan apa yang dia rasakan sejak lama. Hanya saja dia tidak begitu yakin dengan berpikir terlalu positif pada manusia adalah jalan terbaik.

"Apa pentingnya dia di sini bagimu Eun Ra, aku yang memberi segalanya untukmu, bukan Song Ji Min juga yang memberikan segalanya untukmu. Jadi, tutup mulutmu rapat-rapat." Tae Jung kembali menjelaskan seberapa pantas dirinya untuk ditanyakan.

"Jangan banyak bertanya atau kejadian mengerikan akan terjadi di depan wajahmu besok. Kau tidak ingin melihat siapapun yang kau kenal terbaring meninggal di ranjang itu, kan?" Eun Ra menggelengkan kepalanya dengan brutal.

"Pria buruk!"

"Kenapa kau menakut-nakutiku, tuan Tae Jung sialan!" teriak kesal Eun ra begitu Tae Jung berhasil membuatnya merasa sangat ketakutan walaupun sejujurnya itu hanya lelucon.

Lelucon terburuk di hidup Jeon Eun Ra.