"Jadi kau tidak beristirahat sama sekali?" tanya Tae Jung yang sedang meintrogasi Eun Ra dengan wajah kelelahan dan sangat mengantuk. "Ya. Kak Ji Min tidak memperbolehkanku untuk tidur. Kemarin aku hanya mandi dan bersih-bersih, setelahnya aku bekerja sebagai pembantu bukankah tuan membeliku untuk itu?" tanya Eun Ra yang sadar akan posisinya membuat Tae Jung mengkerutkan keningnya sebal.
"Sejak kapan Ji Min memperlakukanmu sekasar ini? Aku yang membelimu, dan dia yang memainkanmu? Yang besar saja," marah Tae Jung sangat tidak terima saat Eun Ra justru diperbudak oleh Ji Min yang bahkan tidak tahu apa-apa.
Matanya menatap tajam Eun Ra yang menundukkan kepalanya takut, berkat Ji Min Eun Ra jadi tahu diri, dan Eun Ra sama sekali tidak keberatan untuk melakukan pekerjaan pembantu kalau sejujurnya Eun Ra juga bersyukur tidak lagi mendapat cambukan perih di punggung tubuhnya walaupun di sana memiliki jam tidur yang sangat bersahabat dengannya.
"Aku tidak tahu, tapi bukankah kau yang meminta Kak Ji Min mengurusku? Mungkin memang seperti itu cara Kak Ji Min mengurusku," jelas Eun Ra sama sekali tidak keberatan. Seperti lebih baik tidak mendapatkan apa yang Tae Jung berikan daripada jantung dan semua detaknya seolah-olah ingin keluar seperti ini karena takut Eun Ra lebih suka di perlakukan tidak baik saja jika boleh jujur.
"Pilih kamar lantai dua, aku yang akan mengurusmu mulai sekarang," ucap Tae Jung yang memberi kebebasan pada Eun Ra memilih kamar yang lebih baik dari sebelumnya. Setidaknya jika di lantai dua, Tae Jung bisa sedikit mengurusnya walaupun dari jauh.
Kamar Tae Jung lantai tiga, dan ada beberapa yang pentung di lantai dua. Tae Jung akan sering mengurusnya nanti.
"Apa ini tidak merepotkanmu tuan? Ah maksudku, kamar lantai satu saja itu sudah dari cukup. Dan Kak Ji Min bilang, kamarku yang paling bagus karena kau yang menginginkannya. Aku merasa tidak enak pada para pembantu di sini jika kau memperlakukanku seperti ini. Jangan tidak adil seperti ini, aku tidak nyaman," ucap Eun Ra mengeluarkan ketidak nyamanan miliknya pada Tae Jung karena dia tahu dan sadar betul walaupun Ji Min setiap saat ada di sampingnya Eun Ra juga sadar akan mata mereka melihat padanya.
"Kau merasa tidak nyaman?" tanya Tae Jung membuat Eun Ra menganggukan kepalanya cepat. "Iya," jawab Eun Ra sedikit lambat dari gerakan refleks tubuhnya.
"Kenapa?" tanya Tae Jung meminta alasannya, Eun Ra menelan ludahnya sukar. "Apa ini harus dijelaskan? Umurku duapuluh dua, walaupun kau yang membeliku, bukankah ini setidaknya aku memiliki sedikit privasi? Aku tidak ingin menceritakannya kalau kau tidak memaksanya tuan." Tae Jung memutar bola matanya malas.
Mata tajamnya menata ingin menembus kepala Eun Ra karena setidak berbicara dengan Eun Ra Tae Jung selalu merasakan sedikit penasaran, terus, terus dan sampai tidak ingin berhenti.
Seperti candu akan madu, tapi Eun Ra bukan madu yang perlu Tae Jung candukan.
"Aku yang membelimu, dan seharusnya kau hanya bekerja padaku. Berhubung aku memang memegang privasi, tapi kau menyalahi tugasmu dengan mengikuti apa yang Ji Min perintahkan. Aku rasa kau membuat kesalahan," ucap Tae Jung menjelaskan seberapa salahnya Eun Ra sejak pertama dia datang ke mansion miliknya dengan wajah senang.
"Anggap aku menghargai privasimu, hanya saja sebagai bayarannya dan permintaan maafmu padaku. Ceritakan ketidak nyamananmu padaku, kali ini saja karena kau telah membuat kesalahan," jelas Tae Jung membuat Eun Ra sedikit tertekan dan terdesak. Tidak bisa melakukan apapun bukan berarti tidak merasakan apapun juga.
"Katakan," minta Tae Jung membuat Eun Ra menghela nafasnya berat. "Tuan, tidak bisakah kau memberi pembantu jam istirahat? Jujur saja, walaupun kau membayar manusia atau setidaknya robot mereka (robot) pun ingin istirahat. Melihat seberapa kelelahannya pembantu yang lebih tua dari seperti itu membuatku merasa ini neraka bukan tempat pekerjaan."
"Aku mau-mau saja menjadi pembantu seperti mereka, asalkan kau memberikan beberapa jam istirahat untuk mereka karena tubuh mereka menginginkan tidur. Aku tidak memerintanmu tuan, hanya ini ketidak nyamananku sejak kemarin," jelas Eun Ra sesuai apa yang Tae Jung ingin keluarkan.
"Apa kau ingin menukarnya dengan sesuatu?" tanya Tae Jung memberi tawaran. "Apa?" tanya Eun Ra seakan-akan dia menanyakan 'Dengan apa?'
"Jauhi adikku."
○○○
Setelah Eun Ra mendapat pemindahan kamar ke lantai dua yang di urung oleh Go hyung, Eun Ra tidak diperkenankan keluar dari kamarnya sama sekali. Tae Jung memberi waktu istirahat pada Eun Ra dua hari penuh.
Bahkan beberapa pembantu memberinya makanan dan cemilan. Tidak sedikit dari mereka berbicara ramah padanya, Eun Ra sedikit bingung karena sejak tadi pagi Eun Ra bekerja di dapur tidak satupun dari mereka ingin berbicara padanya.
Yang lebih buruk lagi bahkan diantara ketiganya yang datang ke kamar Eun Ra sangat ramah dan berbicara sangat lembut padanya.
"Tapi bibi, aku merasa tidak nyaman di sini, seharusnya aku bekerja seperti bibi," ucap Eun Ra keberatan saat satu pembantu lebih tua darinya memberikan beberapa cemilan sayur dan buah padanya.
"Tidak apa-apa, nona kami memang sebenarnya harus melayani nona dengan baik. Hanya saja kami terlalu tidak berdaya pada Song Ji Min karena terlalu berkuasa di dapur," jelas pembantu itu membuat Eun Ra menyatukan alisnya bingung.
"Apa bibi takut pada Kak Ji Min aku pun sama bibi tidak ada yang lebih menakutkan di dunia ini selain tuan Tae Jung dan Kak Ji Min," terang Eun Ra membuat pembantu itu terkekeh sedikit dan mengelus pelan puncak kepala Eun Ra penuh kasih.
"Kau anak baik, Eun Ra," ucapnya membuat Eun Ra terdiam mendengarnya. "Jangan terlalu memperdulikan kami (para pembantu dan pekerja), kami terlalu terbiasa untuk ini. Kami mendapat pekerjaan dengan upah yang setimpal dengan apa yang kami lakukan, jangan mengasihani kami nanti," minta bibi itu membuat Eun Ra sedikit tidak yakin karena yang dia minta pada Tae Jung sampai bocor pada pembantu yang sedang berdiri di depan wajahnya sekarang.
"Bukankah bibi menginginkan tidur?" tanya Eun Ra yang tidak yakin dengan pertanyaannya. "Aku pamit dulu, nona." jawabnya berjalan keluar dari kamar Eun Ra membuat Eun Ra yang mendengarnya sedikit kikuk.
Kenapa tidak dijawab?
Hampir limabelas menit Eun Ra terdiam karena lamunannya. Apa yang dia minta pada Tae Jung tadi membuat para pembantu tidak nyaman?
Dan kenapa begitu?
Pintu kamar terketuk, beberapa kali sampai Eun Ra tersadar dari lamunannya. Eun Ra berjalan menuju pintu kamarnya untuk membuka.
Setelah sampai, Eun Ra sedikit terkejut karena yang dia lihat.
Kim Tae Hyun.
"Eun Ra, bisakah aku masuk ke kamarmu?" tanya Tae Hyun adik laki-laki Tae Jung yang baru saja Eun Ra lihat dan di bawa ke mansion ini.
"Tidak bisa," tolak Eun Ra dengan sedikit lembut menjelaskan jika dia tidak bisa memasukan pria siapapun ke kamarnya.
"Kenapa?"
"Kenapa tidak bisa?" tanya Tae Hyun yang berusaha masuk namun Eun Ra memberi gerak ingin menutup pintunya membuat Tae Hyun merasa sedikit kecewa. "Aku tidak biasa memasukan pria ke kamarku. Jika kau ingin bicara, bicaralah nanti di luar. Aku ingin tidur, tuan Tae Hyun," minta Eun Ra lebih sopan lagi agar Eun Ra tidak menyakiti harga diri adik dari orang yang telah membelinya dengan uang yang banyak dan harga yang mahal.
"Ahhh, kau belum tidur ternyata," celetuk Tae Hyun sedikit sedih mendengarnya, Tae Hyun menganggukkan kepalanya pelan. "Baiklah," jawab Tae Hyun itu sendiri.
"Datanglah ke taman belakang nanti sore, aku menunggumu, Eun Ra," minta Tae Hyun membuat Eun Ra menelan ludahnya sukar sekali.
"Kau serius tuan Tae Hyun?" tanya Eun Ra yang tidak yakin jika Eun Ra bisa. "Kenapa tidak? Hanya bertemu untuk berkenalan, bukan dalam artian lain."
"Kau tenang saja, Eun Ra."