Setelah meledakkan kapal besar milik Ti Ja rekan bisnisnya yang baru Tae Jung untung besar. Semua barangnya asli, walaupun sebagian darinya ada yang rusak setidaknya barang asli dan beberapa peluru cepat tembak adalah yang Tae Jung cari.
Kehilangan uang dan rekan bisnis bukan masalah besar, kentara Tae Jung paham pada cara bermain Ti Ja yang membuat sebagian rekan bisnisnya mengeluh jika Ti Ja selalu menjual barangnya dengan barang palsu namun dengan nilai uang yang besar Tae Jung tertarik melakukannya.
Dan memberantasnya juga tentu saja. Beberapa kali mendapat aduan dari rekan bisnis penjualan senjata miliknya juga beberapa voting berjadi. Delapanpuluh sembilan persen dari yang memilih menyetejui Tae Jung membasminya sampai mati semua.
Dan terjadi, kabar adanya kapal Ti Ja yang meledak diperairan membuat saham penjualan persenjataan milik Tae Jung naik pesat. Beberapa dari mereka ingin membeli barang milik Tae Jung dengan harga mahal walaupun itu hanya satu.
Tae Jung bahkan tidak henti-hentinya tersenyum tipis di perjalanan pulang kali ini. "Ada berapa yang mengikuti pengoprasian tadi," tanya Tae Jung pada Go Hyung yang mengurus perorangan.
"Tujuhratus sembilanbelas orang," jawab Go Hyung membuat Tae Jung menganggukan kepalanya pelan memikirkannya. Itu hitungan kecil, dan bagi Tae Jung tidak ada apa-apanya dari dimana markas besar dimana penjualan senjata itu ada.
"Naikan gaji mereka (ke tujuhratus sembilan belas orang) satu persen dari gajinya hanya dalam pengoperasian sekarang." Go hyung menganggukan kepalanya menyetujui dan akan hubungi Woo Sik nanti.
"Apa yang membuatmu senang?" tany Go Hyung pada Tae Jung yang sejak tadi tidak berhenti tersenyum, Tae Jung menggelengkan kepalanya pelan. "Yoon Sa wanita yang Kak Ji Kang beli benar-benar ditemukan mati?" tanya Tae Jung mengalihkan pertanyaan untuknya membuat Go Hyung menghela nafasnya berat. "Iya,"
"Wanita itu ditemukan dalam keadaan berdarah, kaki, tangannya terpotong dan kepalanya hampir putus. Mungkin Ji Kang masih ingin membiarkan tubuhnya tidak begitu mengenaskan kali ini, hanya jantungnya saja yang dikeluarkan," jelas Go Hyung karena beberapa dari penjaga yang bekerja pada Tae Jung untuk mengawasi Ji Kang melihat Ji Kang keluar dari kamar apartemennya dengan sedikit noda darah di kakinya.
"Ini semua salah kakek jika kakek tidak terlalu memihakku dengan keterlaluan Kak Ji Kang tidak akan menjadi pembunuh seperti ini," keluh Tae Jung membuat Go Hyung pun menghela nafasnya berat.
"Ada alasan dimana 'Tuan Min' melakukannya," ucap Go Hyung memutuskan pembicaraan ini lebih jauh membuat Tae Jung terdiam juga. "Aku ingin pulang ke rumah ayah tapi aku takut," ucap Tae Jung mengatakan semuanya pada Go Hyung pamannya.
"Sepertinya ayah masih marah padaku, terlebih Tae Hyun tidak serius membantu mengurus perusahaannya. Walaupun saham dan perusahaan ayah terlihat stabil-stabil saja, masalahnya adalah perusahaan kakek," keluh Tae Jung untuk lebih dalam lagi, Go Hyung terkekeh.
"Seharusnya Kim Yoon Gi yang mengalah, dia tidak ingin mengerti seberapa kerasnya kamu juga ingin memegang perushaan ayahmu karena itu tanggung jawabmu juga. Akan tetapi perkembangan perusahaan yang sedang kau pegang selalu naik meninggalkan perusahaan Kim Yoon Gi." Tae Jung menghela nafasnya berat, dia tidak bisa mengatakan apapun, matanya menuju ke arah jendelan.
Tae Jung adalah anak yang tidak berguna untuk ayahnya, ini adalah garis bawahnya. Andai saja perusahaan kakek boleh di pegang sepenuhnya oleh Ji Kang Tae Jung sangat bersyukur. Dengan begitu Tae Jung bisa fokus membantu perusahaan milik ayahnya.
Sayangnya semua itu tidak bisa, Tae Jung tidak berdaya sama sekali.
○○○
Jam satu pagi dini hari.
Tae Jung baru saja sampai di mansion miliknya. Lelah? Jangan ditanya, kemarin Tae Jung hanya istirahat hampir dua jam, dan untuk tadi pagi. Tae Jung membawa adiknya untuk ke perusahaan kantor pusat dengan Ji Kang satu jam setelah dia bekerja di perusahaan mengumpulkan semua berkas yang harus Ji Kang dan Tae Hyun kerjakan.
Belum perjalanan pulang dari pelabuhan, menuju markas, mengecek semua barang pembelian, pulang. Jika perjalanannya baik-baik saja. Akan tetapi jalan pulang tetap macat, ini masalah lain yang tidak bisa disalahkan lagi karena berurusan dengan negara.
Negaranya.
"Istirahatlah, akan aku minta anakku untuk mengantarkan makanan untukmu," titah Go Hyung membuat Tae Jung menganggukan kepalanya pelan. Dia berjalan menuju kamarnya sendiri, Go Hyung sepertinya juga lelah dia tidak melihatnya sampai lantai tiga.
Tae Jung kembali ke lantai dua untuk melihat seseorang. Eun Ra. Tidak ada tujuan lain selain wanita itu bagi Tae Jung.
Kakinya berjalan menuju nomor kamar Eun Ra dan membukanya pelan, benar saja Eun Ra sedang tertidur sangat pulas dengan selimut yang menutupi tubuhnya sebatas dada.
Posisi tidurnya miring dan wajahnya hampir tertutup semua oleh rambut pendek milik Eun Ra. Tangan Tae Jung mengelus puncak kepala Eun Ra pelan, dan dahinya.
Alis Tae Jung menyatu begitu melihat ada luka baru di dahi Eun Ra. 'Apa dia terluka?' batin Tae Jung bingung, tangannya menjauh dan memperlihatkan seberapa rapinya kamar Eun Ra sejak terakhir Tae Jung berantaki.
Baiklah tidak ada yang aneh, Tae Jung mengambil tempatnya sendiri. Dia berjalan mendekati Eun Ra dan sedikit mengirim kecupan pelan miliknya untuk Eun Ra.
Chuuu--
Kecupan mendarat di dahi Eun Ra pelan, Tae Jung tersenyum, tidak ada perasaan yang serius atau jantungnya berdetak sangat kencang karena kecupannya. Tidak ada perasaan apapun, Tae Jung tidak mencintai Eun Ra sama sekali.
"Hiduplah dengan nyaman di sini siapapun nanti kau di mansion ini," gumam Tae Jung pada Eun Ra dan berjalan keluar menuju kamar Eun Ra.
Saat baru saja Tae Jung keluar dari kamar Eun Ra seseorang menegurnya. "Kau menyukainya," ucap seseorang itu membuat Tae Jung menengang di tempat.
Tubuhnya membalik untuk melihat siapa yang menegurnya. "Kau menyukainya," tegasnya lagi membuat Tae Jung menghela nafasnya berat. "Aku tidak menyukai Eun Ra, paman," jawab Tae Jung begitu Go Hyung ada di depan wajahnya dengan sangat tiba-tiba.
"Kenapa kau masuk ke dalam kamarnya jika begitu?" tanya Go Hyung menanyakan penyebab kenapa Tae Jung datang ke kamar wanita itu.
"Aku hanya ingin melihatnya dia sudah tertidur atau belum, besok hari bekerjanya, dan aku yang akan memberi pekerjaannya. Dia pelayan pribadiku," jelas Tae Jung membuat Go Hyung terkekeh mendengarnya.
"Kau mengkhawatirkan Ji Min menyakitinya lagi?" tanya Go Hyung membuat Tae Jung menghela nafasnya berat. "Ada satu alasan yang tidak bisa aku jelaskan padamu, paman," jawab Tae Jung membuat Go Hyung menganggukan kepalanya pelan.
Tae Jung berpamitan ke kamarnya, tidak dilarang sedikitpun oleh Go Hyung, hanya saja.
"Jangan membuat wanita itu menjadi Soo Bin yang ke dua. Jangan memperebutkannya, memberikannya, mempertaruhkannya, dan bermaksud menyakitinya. Sepertinya Eun Ra orang yang baik," nasihat Go Hyung membuat Tae Jung tertawa canggung mendengarnya.
"Masalahnya bukan soal siapa yang orang baik paman, akan tetapi. Siapakah yang bisa bertahan untuk hidup lebih lama."