"Paman," panggi Tae Jung pada Go Hyung nya yang sedang mengendarai mobil yang sedang Tae Jung tumpangi dalam keadaan selamat. "Ya, tuan," jawabnya masih menggunakan bahasa yang formal.
"Aku lelah, bisa lebih cepat? Aku ingin segera tidur, tidak tahu kenapa tubuhku menjadi seperti ini," adu Tae Jung membuat Go Hyung selaku pekerjanya menaikan kecepatan mobil yang sedang dia kendarai, jika Tae Jung meminta cepat maka Go Hyung akan melakukannya.
Waktu empatpuluh menit perjalanan Go Hyung membawanya hanya dalam duapuluh sembilan menit. Sangat cepat sebenarnya, tidak ada yang bisa mengalahkan Go Hyung untuk urusan mengendarai mobil.
Karena sebelum Go Hyung menjadi pekerja keluarga 'Min' Go Hyung adalah pembalap. Di kursi belakang Tae Jung terus-terusan menguap karena kelelahan, meetingnya terlalu padat, makan siangnya terus terlambat dan belum lembur di rumah untuk mengurus penjualan senjata milik kakeknya.
Sejujurnya Tae Jung sangat lelah, selain Ji Kang sepupunya tidak bisa diandalkan, adiknya masih terlalu menginginkan kesenangannya sampai-sampai Tae Jung rasa yang hidup sepertinya (serius) hanya dirinya sendiri.
"Sudah sampai tuan," ucap Go Hyung membuat Tae Jung menganggukan kepalanya pelan, mobil belum dimatikan, Go Hyung membukakan pintu mobipnya dan membiarkan mobil itu diurus yang lain. Tae Jung masuk ke mansionnya.
"Urus bahan bakarnya Woo Sik," titah Go Hyung membuat Woo Sik menganggukan kepalanya menurut dan mulai pergi untuk mengisinya. Go Hyung mengikuti Tae Jung dari belakang.
Jika Go Hyung menjelaskan seberapa pekerja kerasnya seorang Tae Jung, Go Hyung dan Min Su Ri (Nama ibu Tae Jung) lah yang tahu segalanya. Ayah Tae Jung tidak perduli pada Tae Jung karena kakeknya terlalu percaya pada Tae Jung.
Sangat berat mendapat masalah bertubi-tubi, terlebih dari pihak kakek Tae Jung, appa Tae Jung, keluarga Park (Kaluarga Ji Kang) dan masih banyak lagi.
Tae Jung mengurus dan mengambil andil semua yang kakeknya lakukan dari umur duapuluh lima tahu. Dua tahun sebelumnya, walaupun masih dua tahun Tae Jung memegangnya tidak sedikit yang memuji keterampilan dan sikap tanggung jawab Tae Jung. Termasuk semua pekerja di sana.
Tae Jung memegang perusahaan kakeknya sejak umur duapuluh lima tahun, tapi Tae Jung mendapat masalah dari umurnya yang masih muda. Limabelas tahu Tae Jung diasuh oleh kakeknya, karenanya itulah yang membuat Tae Jung mendapatkan kebencian.
Dari ayahnya karena Kim Yoon Gi (Nama ayah Tae Jung) menginginkan anak pertamanya yang memegang perusahaannya, namun ayah mertuanya tidak ingin mengalah.
Su Ri sebagai istri tidak bsia mengatasi perang dingin antara ayah dan suaminya sampai ayahnya meninggal. Jujur saja.
Baru saja Go Hyung sampai di belakang Tae Jung yang sedang marah Go Hyung mencepatkan langkahnya. "Ada apa?" tanya Go Hyung pada Tae Jung, namun yang ditanya berjalan menjauh menuju taman belakang. "Ada apa?" tanya Go Hyung menanyakan pada pekerja yang lain.
"Tuan Tae Jung menanyakan kakak (perempuan) Eun Ra, kakak (perempuan) sedang di taman belakang bersama adik Tuan Tae Jung. Tuan Tae Hyun." Go Hyung menelan ludahnya sukar.
Kakinya berlari dengan cepat agar tidak terjadi keributan.
"Kau keluar dari kamarmu, wanita jalangku?" (Potongan chapter sebelumnya).
Eun Ra berdiri di tempatnya, membantu begitu membalikkan tubuhnya melihat Tae Jung yang berdiri dengan menatap tajam karahnya. "Kau pulang?" tanya Tae Hyun yang tidak menganggapnya penting sama sekali berjalan mendekati kakaknya.
"Aku baru saja berkenalan dengan Eun Ra," jelas Tae Hyun pada kakaknya agar tidak salah paham.
Tae Hyun mendorong tubuh adiknya sampai terpental jatuh ke tanah dengan tidak baik sedikitpun, Tae Hyun terkejut mendapatkannya. Eun Ra yang melihat bahkan hanya bisa menutup mulutnya menggunakan tangannya agar tidak berteriak.
Tangannya berjalan mendekati Tae Jung dengan memegang tangan tuannya. "Tuan, maafkan aku," ucap Eun Ra meminta Tae Jung untuk tidak melakukan satu hal yang lebih buruk lagi pada adiknya.
"Masuk ke kamarmu!" titahnya tanpa ampun, Eun Ra menghela nafasnya berat. 'Astaga, dia salah lagi.'
○○○
Mereka tidak kembar, namun Go Hyung bisa melihat dimana mata keduanya saling membara begitu Eun Ra masuk ke dalam mansion dengan wajah sangat bersalah karena sudah mengingkari janjinya dengan Tae Jung.
"Jangan tidak tahu diri Tae Hyun," tegur Tae Jung pada adiknya dengan panggilan sayang untuknya. "Jangan membuatku kehilangan kesabaranku untuk melindungimu dari amukan ayah lagi," sambung Tae Jung lagi membuat adiknya menatap malas sedikit marah dan tersinggung.
"Aku berusaha menceramahiku karena apa? Karena berhasil membeli Eun Ra dengan uang jumlah mahal? Dengan semua harta kakek yang diwariskan padamu tujuhpuluh lima persen tanpaku? Atau karena kau berhasil mendapatkan semuanya tidak ingat jika aku adikmu dan kakek ingin bahagia sendiri saja?" tanya Tae Hyun membuat kemarahan Tae Jung hampir meningkat.
Tekanan pertama, seorang adik yang merasa tidak pernah dianggap oleh kakeknya menekan kakaknya karena kakaknya berhasil tidak dengan dirinya. "Tutup mulutmu!" marah Tae Jung berjalan menjauh meninggalkan adiknya sebelum kemarahan menyelimuti perasaan Tae Jung.
"Kau selalu pergi saat aku menyuarakan perasaanku, kakak (laki-laki) mengakui kesalahan kakak (laki-laki) kan? Ayo bertukar tempat, kakak (laki-laki) pikir hidup sepertiku menyenangkan?" Tae Jung mengepalkan tangannya, dia berjalan tanpa bicara. Memberi kode menggunakan tatapannya sendiri pada Go Hyung.
Go Hyung yang paham berjalan mendekati Tae Hyun adik dari tuannya yang sekarang. "Ayo ikut paman, Tae Hyun."
Tae Jung marah, entahlah. Tidak ada yang lebih menyeramkan dari itu, kelelahannya tidak dihargai, kebaikannya dilupakan, kesibukannya dianggap serakah, apa yang dia dapatlan dianggap lelucon karena pilih kasih, semuanya. Dunia menertawakan bagaimana Tae Jung memperjuangkan segalanya untuk kehidupannya, tidak ada yang perduli.
Tae Jung masuk ke lantai dua, dimana dia harus pergi menuju kamar Eun Ra untuk memberinya pelanjaran. Baru saja Tae Jung membuka pintunya, matanya melihat Eun Ra yang sedang berdiri menunggu kedatangannya dengan menundukan kepalanya merasa bersalah.
"Maafkan aku tuan," ucap Eun Ra langsung pada intinya dimana dia membuat kesalahan, Tae Jung melempar tas di tangannya ke ranjang Eun Ra dengan cepat. "Kau yang meminta pekerjaan, saat aku mempermudahnya justru kamu melanggarnya dengan sangat mudah, heh?" tanya Tae Jung yang melihat wajah Eun Ra yang menunduk takut.
"Harusku apakan kau agar kau menurut padaku? Bagaimana aku harus mengatakan dengan tegas jika pekerjaanmu sangat mudah? Kau mau diperkosa dengan sangat keji oleh adikku? Haruskan aku menjelaskan jika Tae Hyun adalah pria yang sangat gila 'bermain'? Apakah aku harus membelimu untuk dihancurkan oleh adikku begitu?" Mendengar kepedulian Tae Jung Eun Ra menangis, hati dan perasaannya teriris sekarang, tidak ada yang lebih serius dan berbahaya dari ini.
Eun Ra lemah.
"Kau mau mati di tangan ayahku seperti wanita yang dimainkan Tae Hyung?" tanya Tae Jung menegaskan seberapa Tae Jung berusaha menjaga Eun Ra untuk dirinya sendiri.
"Maafkan aku," ucap Eun Ra membuat Tae Jung memutar bola matanya malas. "Lupakan, mungkin saja kau memang dibeli olehku untuk mati di tangan ayahku saja," celetuk Tae Jung membuat Eun Ra menangis keras dan berjalan mendekati Tae Jung.
"Maafkan aku," lirihnya lagi, Tae Jung memutar bola matanya malas. "Berhenti menangis dasar cengeng," ejek Tae Jung membuat tangisan Eun Ra semakin keras, Eun Ra tidak bisa mengatakan apapun selain memegang tangan Tae Jung dengan maksud merengek.
"Aku tidak ingin dibeli untuk tidak berguna, aku tidak ingin kau membuat uang yang sudah kau gunakan untuk membebaskanku tuan. Tolong beri aku kesempatan, aku akan melakukan apapun untuk menebus kesalahanku." Tae Jung terkekeh mendengarnya, dia mengambil ujung rambut Eun Ra unduk mengangkat kepalanya melihat ke arahnya dengan terangkat ke atas secara tajam.
"Cium," ucap Tae Jung memintanya pada Eun Ra dengan maksud menakut-nakutinya. Eun Ra melebarkan matanya sangat terkejut bahkan tangisannya menghilang.
"Cium aku, maka aku akan melupakan kesalahan fatal milikmu hari ini."