Chereads / Gong Eun Ra : Contested Woman / Chapter 42 - 42. Tidak Akan Pernah.

Chapter 42 - 42. Tidak Akan Pernah.

"Aku sengaja datang," ucap Ji Kang pada Eun Ra yang melihatnya cukup terkejut saat itu juga, Kang Hyun berdeham meminta tuannya membawa masalahnya keluar.

Ya. Yang Kang Hyun maksud adalah Eun Ra. Jika Eun Ra adalah masalah baginya hari ini, setidaknya Ji Kang harus membawanya dengan cepat agar selesai.

"Keluarlah tuan, kalian menggangguku," ucap Kang Hyun membuat Ji Kang menatap tajam ke arah Eun Ra lebih dalam dan kejam. Ji Kang tidak mengatakan apapun, Eun Ra memilih menganggukkan kepalanya begitu melihat instrupsi dari Ji Kang untuk keluar menggunakan tatapan matanya.

Ji Kang keluar dengan cepat, berniat Eun Ra mengikutinya sampai di ruangannya nanti. Eun Ra menghela nafasnya berat. "Apa seperti ini kesulitannya menjadi orang cantik?" keluh Eun Ra ingin mencarikan suasana antara dirinya dengan Kang Hyun, tampaknya pria itu tidak dalam moodnya dan memilih diam saja.

Eun Ra tidak tinggal diam, dia memilih mengambil kesempatan untuk bebricara lagi. "Katakan padaku sesuatu, tuan Kang Hyun."

"Ajari aku cara berbicara pada tuan Ji Kang karena aku angat takut sekarang," mohon Eun Ra pada Kang Hyun yang saat itu sedang sibuk bekerja, Kang Hyun melepas masker wajahnya dan memilih menatap tajam balik mata Eun Ra yang memelas.

"Kau bisa menceramahiku dengan sok suci dan baik, tapi saat kau dihadapkan dengan tuan Ji Kang, kau sebodoh ini?" tanya Kang Hyun tidak habis pikir dengan pola pikir Eun Ra sama sekali.

Eun Ra menatap memelas pada Kang Hyun untuk mendapatkan sedikit kelegaan sebelum dirinya merasa kalah dan memilih menjadi pengecut.

"Ikuti saja, aku tidak begitu yakin dengan ini, dan aku tidak begitu tahu apa yang harus ku katakan padamu dan harus kau lakukan di depan tuan Ji Kang. Aku lemah, dan tidak bisa melakukan apapun," jelas Kang Hyun pada Eun Ra jika dirinya juga tidak bisa melakukan apapun di depan Ji Kang karena sikap dan karismanya.

"Beritahu aku sesuatu yang membuatku percaya diri," minta Eun Ra membalik pertanyaan sebelumnya. "Tuan Ji Kang tidak akan pernah mau menyukaimu, bahkan mencintaimu."

Eun Ra menatap tajam Kang Hyun dengan malas. "Kau benar-benar brengsek." Eun Ra berjalan keluar mengambil beberapa barang steril agar dia cepat pergi menuju Ji Kang.

"Yang harus kau pikirkan hanya satu, Eun Ra." Kang Hyun mulai berbicara serius sekarang, sebelum Kang Hyun menutup mulutnya rapat-rapat dengan masker wajah, Kang Hyun berbicara.

"Berdoa saja tuan Ji Kang tidak tahu, atau setidaknya tuan Tae Jung tidak mengatakan pada tuan Ji Kang soal perasaanmu." Eun Ra menghentakkan kakinya kesal memilih meninggalkan pria sedikit bicara namun selalu membuat dirinya menjadi bijak akhir-akhir ini.

Eun Ra berjalan cukup cepat mencari ruangan yang sama dimana tadi pagi dirinya juga bertemu dengan Tae Jung di tempat yang sama. Jantungnya lebih tidak karuan sekarang, bukan karena takut, melainkan Eun Ra tidak siap bertemu dengan Ji Kang karena Kang Hyun sudah mengatakan isi hatinya pada Tae Jung.

Sejujurnya lucu, hanya sama mereka semua tidak ada yang bisa dipercaya sejak lama. Eun Ra masuk dengan cepat, dan memulainya lebih dulu dengan bertanya. "Tuan Ji Kang, ada apa memanggilku? Bukankah pekerjaanku--"

"Berhenti mengatakan omong kosong dan langsung katakan saja," minta Ji Kang pada Eun Ra membuat dirinya menghela nafasnya berat. Dia tidak paham bagaimana mengatakannya, dia tidak bisa melakukan apapun sekarang. Semuanya mati rasa.

"Yang tuan Tae Jung katakan memang benar, aku mencintaimu." Sial. Wanita jalang ini benar-benar berani dalam pikiran liarnya sendiri, dia berani mencintai pria dingin seperti Ji Kang dan mengatakannya pada Kang Hyun, melapor sampai Tae Jung dan sampai pad atelinga Ji Kang itu sendiri.

"Kau senang bisa mencintaiku?" tanya balik Ji Kang yang masih menggunakan wajah santai tidak mempermasalahkan apapun sama sekali. Dia tidak terkejut dan memilih bertanya pada Eun Ra mengenai perasaannya.

"Haruskah aku mengatakannya dengan jujur?" tanya balik Eun Ra membuat Ji Kang terkekeh lucu. "Kau ingin mendengar responku?" tanya balik Ji Kang yang saat itu membuat Eun Ra mengangukkan kepalanya pelan sangat bersemangat.

Apakah Eun Ra akan mendapatkan balasannya? Biasanya pria yang diam-diam suka perhatian seperti Ji Kang juga bisa menyimpan perasaanya diam-diam juga. Setidaknya jika--

"Tidak bisakah kau tidak merepotkanku? Kau menyukai Tae Hyun dan Tae Jung saja aku tidak memberimu izin, dan kau lancang mencintaiku?" Eun Ra menelan ludanya sukar, ini pahit sekali. Tidak sakit, hanya saja terasa begitu pahit.

"Aku hanya ingin mendengar jawaban kau mencintaiku."

○○○

"Paman masih--"

"Sampai paman bisa melihatnya mati mengenaskan dan membiarkan paman dan ayahmu hidup tenang dengan keluarga kami, paman tidak akan membencinya sampai saat ini," jawab Woo Sik membuat Tae Jung terlihat tertekan sendiri dengan pertanyaannya. Woo Sik terkekeh melihatnya, dia memilih terkekeh dan mengambil beberapa berkas yang sedang Tae Jung kerjakan.

"Kau melakukannya dengan baik, Tae Jung." Woo Sik terlihat memuji keponakannya dengan baik, Tae Jung sedikit tersenyum. Dia tidak bisa mengatakan apapun, dia bingung dan terlalu cepat baginya mendapat kejutan dari pamannya.

"Paman, ada apa paman datang? Aku bukannya lancang menanyakannya paman, tapi--" Woo Sik menaikan satu alisnya pelan, dia mengetuk beberapa kali jam tangan yang berada di tangan kanannya.

"Waktu," jawab Woo Sik terlihat senang memberi begitu banyak teka-teki yang dia berikan pada keponakannya. "Sudah waktunya paman datang dan membantu kalian," koreksi Woo Sik membuat Tae Jung menghela nafasnya berat.

"Aku menunggu beberapa orang datang membantuku, termasuk ayah," jawab Tae Jung mengatakan yang sebenarmya terjadi saja. Namun dia terkekeh kecil begitu mendengarnya. "Hanya saja ayah terlalu membenciku," sambung Tae Jung membuat Woo Sik menghela nafasnya berat.

"Semua menjadi sulit, Tae Jung."

"Ada beberapa orang yang berusaha menguasai perusahaan kakek kalian, dan paman mohon kalian untuk jangan mempercayakan sesuatu pada siapapun. Apakah kau tidak bisa hanya percaya pada anakku? Ji Kang saja," ucap Woo Sik membuat Tae Jung terdiam tidak mengatakan apapun, dia melirik pamannya pelan dan senyum paksa sedikit.

"Aku tidak bisa melakukan apapun, paman. Aku tidak mengerti dan--"

"Paman mengatakan apa tadi? Mintalah pada Ji Kang, dia tahu segalanya." Woo Sik terlihat begitu kesal dan geram pada keponakannya karena dia lebih mengutamakan pengkhianat seperti Go Hyung daripada anaknya, Ji Kang.

Bukan cemburu, tapi mereka butuh akur berdua saja jika Tae Hyun memang tidak bisa mengendalikan dirinya seperti Ji Kang.

Jika hanya keluarga saja yang tahu, si brengsek Go Hyung tidak akan memiliki cepat sejak dulu. Bukankah sudah cukup sejak Ji kang berumur limabelas tahun saja Kim Yoon Gi dan Park Woo Sik mengalah pada pekerjaan dan karirnya untuk membantu perusahaan ayah mertuanya.

Baiklah, lupakan masalalu untuk hari ini. Hanya saja Woo sik begitu keji dan muak melihat semua kekacauan ini.

Tae Jung menghela nafasnya berat, dia menggelengkan kepalanya pelan dan tidak berbicara. Alis Woo Sik menyatu bingung, dia tidak mengatakan apapun dan memilih terus menelisik. "Ada masalah apa kau dengan Ji Kang? Dia banyak mengalah, apa yang membuat kalian berdua bertengkar?" tanya Woo Sik pada keponakannya agar sedikit terbuka padanya, namun Tae Jung memilih diam tidak mengatakannya.

"Apa Kak Ji Kang tahu paman datang?" Woo Sik menganggukkan kepalanya pelan, pada kenyataannya keduanya tidak sering bertemu selain peetengkaran ego keduanya.

"Hampir enam bulan ini kami tidak bertemu," jawab Woo Wik memperjelas hubungan antara dirinya dan anaknya tidak begitu baik-baik saja.

"Aku dengan ayah hampir limabelas tahun tidak bertemu," gumam lirih Tae Jung dengan mengatakan hal lebih menyeramkan dari satu fakta yang baru saja dia dengar dengan telinganya.

"Haruskah paman membantumu?" tanya Woo Sik menawarkan bantuan, sayangnya Tae Jung memilih menggelengkan kepalanya dengan tegas jika dia tidak menginginkannya.

"Aku belum siap bertemu dengan ayah, aku bukan anak yang bisa membantu ayah sedikit saja. Aku sangat iri melihat perhatian paman pada Kak Ji Kang. Kalian berdua saling membenci dan menyayangi, aku masih melihat walpaper ponsel Kak Ji Kang dan satu foto di dalam dompetnya jika Kak Ji Kang menyimpan foto paman dan bibi." Woo Sik terkekeh, jujur dia juga tahu, dia mengetahuinya cukup lama.

Bahkan kemarin istrinya juga mengatakannya. Hanya saja permusuhan ayah dan anak masih belum selesai pada satu waktu saja.

"Saran paman, mengalahlah satu kali saja. Menyesal setiap detik tidak akan membuat ayahmu paham dan mengerti jika yang kau harapkan adalah maaf darinya. Minta maaflah sebelum hal buruk terjadi lagi, Tae Jung." Yang mendapat nasihat hanya terdiam tidak bergerak sedikitpun.

"Aku akan memikirkannya lagi, paman."