"Apa saja yang kau bicarakan dengan tuan Woo Sik, Tae Jung?" tanya Go Hyung pada Tae Jung begitu melihat Park Woo Sik pergi meninggalkan perusahaan ini. Go Hyung benar-benar iblis, dia begitu pintar mengatakan banyak hal dibelakang hal lain.
"Paman hanya menasihatiku untuk datang pada ayahku. Paman jangan berpikir terlalu jauh," tegur Tae Jung yang saat itu mampu membuat Go Hyung terdiam karena salah bertanya sesuatu.
"Aku hanya bertanya, tuan." Tae Jung tidak memperjelas apapun, dia memilih diam dan berjalan meninggalkan kantor yang sudah sepi sejak dua jam yang lalu. Go Hyung tertawa miris, dia terlihat begitu kesal akan kedatangan Woo Sik.
'Tidak bisakah keluarga Park itu tidak membuatku kesal? Tidak anak dan tidak ayahnya mereka sama saja merepotkannya!' Go Hyung berjalan di belakang Tae Jung dengan diam, dia tahu mood Tae Jung sedang tidak dalam keadaan baik-baik saja.
Setelah pagi tadi Tae Jung datang ke mansion dua untuk bertemu Eun Ra, Tae Jung dikejutkan dengan adanya fakta jika wanita yang dia sukai menyukai kakak sepupunya.
Dan lagi, Tae Jung menunggu Ji Kang pulang untuk berbicara kecil dengannya, namun pertengkaran hebat terjadi.
Woo Sik benar, Ji Kang terlalu banyak mengalah, hanya saja Tae Jung egois. Selesai dengan Ji Kang, Tae Jung mendapat kejutan atas kedatangan pamannnya. Dan Go Hyung pikir ini yang berhasil membuat Tae Jung tidak dalam mood yang baik.
Sampai di mobil untuk pulang, dalam keadaan hening dan sepi Tae Jung meminta putar balik ke mansion yang lain. "Dua paman," minta Tae Jung saat keduanya hampir saja sampai. "Tuan tidakkah--"
"Aku bisa melakukan apapun yang ku suka kan? Aku yang memberimu upah, dan ku pikir kau hanya bisa menuruti keinginanku saja, paman." Go Hyung terdiam, dia memilih terdiam, mengangguk dan mengambil jalan putar balik. "Baiklah, aku akan putar balik." Go Hyung melakukannya setelah mengatakannya.
Tae Jung melihat jalanan yang tidak begitu ramai membuat dirinya mulai tersenyum tipis mengingat apa yang dia bicarakan pada pamannya.
Tae Jung harus bicara dengan Ji Kang saat ini, dia tahu Ji Kang sedang di mansion dua, atau bahkan dia tidak akan pulang. Hanya saja Tae Jung merasa begitu bersalah dengan masalah yang ada.
Limabelas menit berjalan, keduanya sampai Go Hyung memilih tetap di mobil membuat Tae Jung berjalan tidak memperdulikannya. Tae Jung berjalan menuju lift dan lantai ruangannya dengan Ji Kang.
Setidaknya keduanya harus menyelesaikan masalah mereka dengan tuntas sekarang, sebab semuanya menjadi begitu kacau jka seperti ini. Tae Jung tahu jika Ji Kang tidak akan memperpanjang masalah ini.
Hanya saja perasaan bersalah menghantuinya. Tae Jung masuk, dia tidak mengatakan apapun dan memilih diam mencari fokusnya pada kakak sepupunya.
"Ada apa?" tanya Ji Kang melihat ke arah Tae Jung yang sedang mencari dirinya. Ji Kang menegur Tae Jung dari belakang karena Ji Kang sedang tidak di ruangannya.
"Kak."
"Ada apa?" tanya Ji Kang mengulangnya tanpa ekspresi, dia memilih diam dan tersenyum berat menyadarinya.
"Soal tadi, aku minta maaf," ucap Tae Jung menatap mata kakaknya dengan sedikit gusar, Ji Kang menatap tajam pada Tae Jung dan menganggukkan kepalanya dengan santau memaafkannya dnegan mudah. "Ya," jawabnya.
"Bisa aku--"
"Tidak bisakah kau lihat aku sedang sibuk?" tanya Ji Kang balik membuat Tae Jung menghela nafasnya berat. "Aku akan membantumu," sambung Tae Jung memilih mengambil sebagian berkas yang sedang Ji Kang tanda tangani sebab kedatangannya tidak akan membuang-buang waktu kakaknya.
"Soal tadi, aku benar-benar sangat menyesal, aku tahu ini berlebihan, hanya saja aku benci melihat orang lain yang ku lindungi mencintai orang lain," ucap Tae Jung kembali membahas masalah serius yang sama dimana Ji Kang sudah melupakannya dan tidak memikirkannya lagi.
"Lupakan, aku benar-benar tidak perduli pada siapapun." Ji Kang menjawabnya jujur, dia menaikan satu alisnya begitu selesai pada pekerjaannya. Tiga menit setelahnya Tae Jung selesai dengan pekerjaannya.
"Aku memiliki kabar untukmu," ucap Tae Jung kembali mengajak bicara pada kakak sepupunya untuk berbicara lebih serius dari sebelumnya. "Katakan saja," jawab Ji Kang tidak mempermasalahkannya dan memilih mendengarkannya dengan diam.
"Paman datang ke kantor tadi, dia mencarimu. Paman menitipkan salam dan menagih janjinya padamu." Tae Jung mengatakannya sama tidak melebih-lebihkan.
"Kau bercanda?"
"Tidak, paman benar-benar datang. Ayahmu akan datang dan akan mengurus perusahaan ini mulai besok. Dan kau harus menepati janjimu padanya. Paman mengatakan itu padaku," jawab Tae Jung dengan jujur membuat Ji Kang sedikit bimbang dan melemah. Dia menghela nafansya berat tidak serius.
"Aku akan membantumu jika kau--"
"Aku harus datang," jawab Ji Kang menolak bantuan dari Tae Jung. "Apa isi perjanjian itu, dan bukankah kalian--"
"Siapapun yang mendatangi satu sama lain dan mengalah, orang lainnya harus memaafkannya." Tae Jung terdiam, dia begitu merasakan perasaan ingin yang begitu dalam.
Tidakkah hubungan baik Woo Sik dan Ji Kang benar-benar sangat manis? Tae Jung juga ingin. Hanya saja.... Lupakan.
○○○
"Bagaimana keadaanmu?" tanya seorang ayah pada anak perempuannya. Pasien itu terlihat memutar bola matanya malas dan membuang wajahnya dari perhatian ayahnya. "Aku selamat dari mautku sendiri," jawab Ji Min mengatakan yang sebenarnya terjadi pads dirinya sendiri.
"Oh? Itu bagus, saat kau menyadari kesalahanmu sendiri," celetuk Go Hyung dengan meletakkan beberapa makanan yang sengaja dia beli untuk putrinya. Ada beberapa cemilan tidak keras, air buah-buahan dan persediaan makanan yang akan putri makan nanti.
Sekarang Ji Min sudah keluar dari Rumah Sakit, setidaknya sekarang di rawat di rumah dengan infus masih di tangannya akan membuat Ji Min sadar akan kesalahannya.
Ji Min memutar bola matanya malas, dia memilih diam dan melirik ayahnya sedikit sekali.
"Tidakkah ini keterlaluan, ayah? Ayah yang menyuruhku untuk pulang, aku dipulangkan secara paksa. Aku hampir mati juga karena ayah, bukankah ini semua ayah yang menginginkannya?"
"Ayah ingin aku menemui ibu di surga?" tanya Ji Min dengan tatapan sinis penuh kebencian, ayahnya brengsek, dia biadab. Mungkin saja ayahnya tidak tahu jika Tae Hyun akan datang dan melukainya. Hanya saja jika ayahnya tidak gegabah memulangkannya begitu saja, hal ini tidak akan pernah terjadi.
"Jika ayah menginginkannya, kau pikir ayah tidak bisa membunuhmu sendiri dengan tangan ayah?" Cih! Ayah yang sudah menyumbangkan sperma pada perut ibu Ji Min adalah orang brengsek yang pernah Ji Min lihat.
Tidak ada yang bisa melebihi kebrengsekannya di dunia ini kecuali ayahnya. Apa kalian bisa membacanya?
Ya, ayah Ji Min. Song Go Hyung.
"Berhenti mengatakan hal konyol padaku," minta Ji Min dengan membuang wajahnya dari ayahnya, Go Hyung terkekeh kecil dan mengelus puncak kepala Ji Min dengan lembut.
"Cepatlah sembuh, dan kau harus bekerja di sana lagi agar kau menyadari seberapa keras dan kejamnya keluarga tuan Min menyiksa ayah," ucapnya membuat Ji Min mengeratkan giginya dengan serius menyembunyikan hal semacam ini.
"Lalu?"
"Agar kau tidak banyak membenci ayahmu, anak sialan!"
"Kau banyak bicara, mengatakan lelucon yang menurutmu lucu dan menghakimi ayah. Bukankah kau seharusnya menyadari jika yang kau pikirkan ayah hanya melakukan hal licik untuk mendapatkan uang? Tidakjah isi kepalamu terlalu ringkas, Ji Min?" tanya Go Hyung pada anaknya membuat Ji Min menyatukan alisnya bingung, dia tidak paham.
Apa yang berusaha ayahnya katakan padanya benar-benar berbelit. "Apa maksud ayah?"
"Apa ayah menjual nyawa ayah pada--"
"Mafia sekaligus psikopat yang bisa melindungi nyawa ayah jika terancam." Go Hyung terlihat memotong ucapan anaknya dengan suara percaya diri.
"Permainan hidup di dunia ini tidak sebaik yang kau kira Ji Min."
"Jika kau tidak memiliki nyawa cadangan kau akan mati cepat."
"Jika kau tidak memiliki orang di belakangmu untuk melindungimu, kau juga akan mati mengenaskan dengan mudah."
"Ayah menjual nyawamu juga untuk keselamatanmu, ngomong-ngomong."
Shit!
Ayah benar-benar gila.