"Len, gue yakin kalo lo itu kuat. Lo pasti bisa ngelewatin semua ini," lirih Kevan dengan mengelus lembut pipi Alena. Kevan melihat jam dinding yang menunjukkan pukul dua dini hari, itu artinya Alena pingsan cukup lama. Apa Kevan harus membawanya ke rumah sakit?
Awalnya Kevan ingin melihat keadaannya Alena. Namun, Kevan sangat terkejut melihat tubuh Alena yang tergeletak di lantai dekat kasur dengan darah yang keluar dari hidungnya. Kedua kalinya ia melihat adiknya mimisan.
Kevan beranjak dari duduknya karena ia harus menyelesaikan pekerjaannya agar besok ia bisa cuti, dan membolos kuliah untuk menjaga Alena.
Saat hendak melangkah tangannya di tahan oleh adiknya yang lemah itu, Kevan terkejut dan langsung membalikkan tubuhnya. Ia tersenyum melihat adiknya yang sudah tersadar dari pingsannya.
"Len, ada yang sakit? Masih pusing?" tanya Kevan dengan khawatir.