"Eh, gue mau nanya deh," ucap Alena yang memecahkan keheningan. Dion menoleh sekilas, dan kembali menatap lurus ke depan.
"Tanya apaan?"
"Rei itu … sakit apa?" tanya Alena yang sedikit ragu untuk menanyakan hal ini. Dion menghela napas berat, dan memperlambat langkahnya.
"Paru-paru basah," jawab Dion dengan lirih.
Alena terkejut mendengar itu, dia menatap tubuh jangkung itu yang terlihat sedikit lemas. Langkahnya terhenti. Ia juga terlihat khawatir pada adiknya itu. Alena tahu itu. Alena tersenyum dengan menepuk punggung Dion.
"Gue nggak sanggup di tinggal sama dia."
"Jangan pernah tunjukkin rasa sedih lo di depan dia, doakan aja kalau Rei bakal sembuh."
Dion mengangguk pelan, "Gue berusaha selalu ada buat dia."
"Ya udah, ayo!"
Mereka kembali melangkahkan kakinya menuju ruangan Rei, Alena pun disambut hangat oleh Rei. Anak kecil itu langsung meminta Alena untuk memeluknya.
Alena tertawa kecil, dan langsung memeluk Rei dengan kasih sayang. Gadis itu sendiri sudah menganggap Rei adiknya, dan Dion sudah ia anggap sebagai kakaknya.
"Apa kabar, Na?" tanya Ratna.
Alena melepas pelukan itu lembut, ia menoleh Ratna sambil mencium tangan wanita paruh baya itu, "Baik, Tan."
"Jangan panggil tante, tapi mama saja ya, seperti Dion, juga Rei."
Alena hanya mengangguk, matanya terus berusaha menahan air mata. Dia benar-benar sangat merindukan sosok ibu di hidupnya. Dion sendiri menatap Alena dengan miris, cowok itu belum sempat bertanya tentang apa yang dia lihat tadi malam.
Ratna sendiri menaikkan alisnya melihat perban yang melingkar di kepalanya, "Itu kenapa, Na?" tanya Ratna menunjuk dahi Alena.
Alena hanya tersenyum tipis, "Jatuh, Tan—eh, Ma."
"Sampai seperti itu?"
Alena hanya mengangguk ragu, "I-iya."
Tak lama, pria paruh baya dengan jas putih itu masuk ke dalam ruangan Rei. Alena tersenyum ketika melihat Ryota yang juga tersenyum padanya. Alena melirik ke Ratna yang langsung terdiam, juga Dion yang mengepalkan tangannya.
"Dokter! Aku boleh pulang kan?"
Satu pertanyaan yang selalu terlontar begitu saja ketika dokter datang, Alena sendiri tersenyum tipis melihat keakraban Rei dengan Ryota. Andai saja Rei tau kalau dokter itu adalah papanya.
"Eeehh? Sudah tidak betah disini?" tanya Ryota dengan berjongkok menyamakan tinggi Rei.
Rei hanya menggeleng, "Aku ingin sekolah!"
"Kamu harus sembuh dulu kalau ingin sekolah."
"Kapan?"
"Secepatnya!" seru Ryota dengan tersenyum lebar dan mengelus ujung kepala anak itu. Rei hanya mengangguk.
"Dokter periksa dulu ya," ucap Ryota dengan mengambil stetoskopnya di kantong jas itu.
Ryota memeriksa tubuh Rei dengan menatap Alena yang juga menatapnya, seolah-olah Alena merasakan hangatnya keluarga ini. Ryota melihat kening Alena yang terbalut perban dengan sedikit darah yang sedikit tembus dari perban itu.
"Rei kenal sama kakak itu?" tanya Ryota dengan melirik Alena sekilas, lalukembali melihat ke arah Rei.
Rei mengangguk, "Kak Len sudah aku anggap kakak aku sendiri, dia baik banget, Dok!" seru Rei dengan bersemangat. Alena sendiri tertawa kecil mendengar jawabannya.
"Seperti malaikat ya?" tanya Ryota diakhiri tertawa kecil.
Selesai memeriksa, Ryota melepas stetoskopnya. Dia mengelus ujung kepalanya, "Semangat ya! Pasti cepat sembuh!"
Anak itu hanya mengangguk. Ryota melihat ke arah Ratna, dia tersenyum tipis, "Besok akan melakukan pemeriksaan CT scan."
Ratna hanya mengangguk. "Baik."
Alena sendiri bisa melihat tatapan wanita itu yang penuh kerinduan dengan Ryota, Alena tahu itu. Bisa di lihat dari tatapan Ratna yang lekat melihat Ryota.
"Baik, saya permisi dulu," ucap Ryota seraya berjalan keluar ruangan Rei. Namun, langkahnya terhenti, ia membalikkan tubuhnya dengan menatap Alena.
"Na, nanti ke ruangan saya. Jangan terlambat," ujar Ryota. Alena hanya mengangguk pelan denga tersenyum tipis.
Ryota kembali berjalan. Dion sendiri bingung melihat Alena yang sepertinya akrab dengan Ryota, apa hubungan di keduanya? Pikir Dion.
"Ma, Rei mau tidur. Ngantuk," ucap Rei dengan terbatuk-batuk. Ratna menghampiri Rei dengan mengelus dadanya untuk meredakan batuknya.
Beberapa menit kemudian, mata Rei sudah terpejam. Anak itu sudah benar-benar terlelap dalam tidurnya, Ratna tersenyum pada Rei sambil mengecup keningnya pelan.
"Sayang, boleh Mama tanya sesuatu?" tanya Ratna lembut dengan menatap Alena.
Gadis itu hanya mengangguk setuju, "Di kantin rumah sakit saja, sekalian makan. Belum makan kan pasti?" tebak Ratna yang berjalan keluar ruangan terlebih dahulu. Sedangkan Alena dan Dion berjalan mengikuti di belakang.
Sesampai di kantin, mereka memesan makanan terlebih dahulu, dan langsung duduk di tempat yang kosong.
"Mau tanya apa, ma?" tanya Alena.
"Kamu dekat dengan dokter Ryota?" tanya Ratna yang melihat Alena.
Alena hanya tersenyum, sudah dia duga kalau Ratna akan bertanya seperti itu.
Ratna sendiri sebenarnya masih sangat mencintai mantan suaminya itu, dia bahkan merindukan dia. Tapi apa boleh buat? Tak ada lagi yang bisa dia lakukan.
"Mama kangen sama dokter Ryota?" tanya Alena dengan halus.
"Kamu tahu kalau …."
Alena mengangguk. "Alena tahu semuanya, dokter Ryota sendiri yang menceritakan itu sama Alena."
Ratna bungkam, dia tak menyangka kalau Alena sudah mengetahui itu semua. Apa Alena ini anak dokter Ryota? Pikir Ratna.
"Apa kamu anak Ryota?" tanya Ratna dengan menatap Alena lekat.
Alena hanya tertawa kecil, dia tak menyangka kalau wanita di hadapannya itu berpikiran seperti itu. "Bukan, ma. Aku hanya pasien yang kebetulan dekat dengan dokter Ryota."
"Sebenarnya selama ini mama sudah salah paham," ucap Alena langsung to the point, Alena sendiri sebenarnya tidak enak mencampuri urusan keluarga mereka. Namun, Alena ingin menyatukan keluarga hangat itu.
"Maksud lo salah paham? Len, lo itu orang asing. Jangan ikut campur urusan keluarga gue!" ketus Dion yang menatap Alena tajam.
"Dion! Tidak boleh seperti itu!" peringat Ratna dengan mata sedikit melotot. Dion mendengus pelan dengan tersenyum miring.
"Ma! Alena pasti mengada-ada! Mama jangan percaya sama dia! Salah paham? Apanya yang salah paham?! Jelas-jelas orang itu tidak datang ke acara Dion, dia malah pergi menikah tanpa sepengetahuan mama! Bahkan saat operasi pun dia pakai baju pengantin itu! Mama ingatkan?!
Alena hanya tersenyum tipis, dia membungkamkan mulutnya, dan menghela napas panjang. Dia rasa ini saatnya untuk membantu dokternya itu.
"Maaf, aku bukannya ingin mencampuri masalah keluarga kalian. Aku hanya ingin meluruskan biar tidak ada kesalahan diantara kalian, karena dokter Ryota masih sangat menyayangi kalian, dia diam-diam menanyakan kondisi kalian ke aku."
"Bukankah itu tandanya dia masih peduli dengan keluarga ini? Dia selalu menanyakan kabar Dion dan Rei. Dia juga berusaha untuk menyembuhkan penyakit Rei. Dia diam-diam pernah menangis ketika melihat foto keluarga yang ada di ruangannya."
Deg!