"jangan berlagak sok pintar jika kau tidak tau apa yang kau ucapkan". Ucap Sean dingin lalu mengembalikan fokusnya pada buku di meja.
"apa? Kau pikir kau siapa? Kenapa kau merasa berat dengan ide ku? Apa itu mengganggumu!! Atau…kau ada hubungannya dengan pembunuhan berantai iti?". Ucap Anora sembarang. Namun kalimat itu sukses membuat Sean terbelalak.
"Hentikan ocehanmu!!!". Bentak Sean keras hingga membuat seisi kelas terkejut termasuk mr.Diego. Sean dan Anora tampak kikuk saat satu kelas memandang mereka.
"maafkan aku". Ucap Sean lalu kembali duduk.
"jadi sedari tadi kalian tidak mendengarkan penjelasanku". Ucap mr. Diego.
Baik Sean atau Anora, mereka hanya diam.
"Sean, aku pikir kau sudah tau apa konsekuensi yang akan diterima jika ada mahasiwa yang tidak serius di kelasku".
"maaf mr. dia menggangguku". Ucap Sean membela diri.
"Aku mengganggumu. Apa aku tidak salah? Bukannya kau yang merasa keberatan dengan ideku". Ucap Anora memanas. Sementara Sean mengepal tangannya sambil menggigit bibir bawahnya.
"Cukup nona Anora. Aku tidak perduli siapa diantara kalian yang memulai. Tetapi aku paling tidak terima jika ada mahasiswa yang tidak focus pada jam pelajaranku. Oleh karena itu aku akan memberi kalian berdua tugas."
"tugas?". Ucap Anora.
"ya… kalian harus mengumpulkan setiap teori yang berhubungan dengan pembunuhn berantai ini. Dan aku ingin ada alas an mengapa polisi berargumen bahwa tidak ada tanda maupun sidik jari pelaku. Dan aku ingin semua itu berdasarkan teori dan fakta yang ada". Ucap mr.Diego.
"itu sama saja mengirim kami kedalam lubang singa bukan ?". ucap Sean.
"ya…dan akan lebih mengerikan jika kau masih mencoba untuk membantahku tuan Sean". Ucap mr. Diego yang dengan seketika membuat Sean terdiam.
Sean memandang gadis di sampingnya. Wajah gadis itu penuh dengan rasa cemas. Sesekali gadis itu mengulum bibir merahnya dengan kelopak matanya yang sesekali mengerling.
"huft…".
Sean mendesah.
Di sudut lain, ada Alona yang terbakar api kemarahan.
"bukankah aku yang mendambakan kesempatan itu. Berdua dengan Sean dan menghabiskan waktu bersamanya. Tetapi kenapa malah anak baru itu". Ucapnya kesal dalam hati.
Cafétarian itu tampak sesak dengan mahasiwa yang sedang antri untuk mendapatkan makan siang.
"kupikir kita akan kehabisan makan siang Vel". Ucap Anora sambil meremas jemarinya yang lemtik.
"kau terlalu mengkhawatirkan hal-hal yang tidak perlu Anora. Ayo duduk". Ucap Velly menarik Anora untuk duduk di salah satu meja Cafetarian. "kenapa kita harus duduk disini? Kita kan tidak makan". Ucap Anora.
Tiba-tiba,
" makanan datang nona-nona". Ucap jhon. Lelaki yang menyeleweng tempat duduk Anora di kelas Mr. Diego.
"kau". Ucap Anora.
"ouh…hei…kau gadis yang di kelas tadi kan. Anora bukan?". Ucap lelaki itu lalu duduk di sebelah Velly.
"ya…dan kau?".
"aku jhon. Pacar Velly".
Wajah Anora tampak kaget. Pacar? Tapi bukannya pacar Velly adalah George?
"dan aku kagum denganmu. Cara mu sungguh unik untuk di kenal di kampus ini".
"maksudmu?".
"ya…semua mahasiswa yang masuk kelas mr.Diego akan selalu mengingat nama Anora dan Sean."
"aku tidak paham apa yang kau maksud". Ucap Anora bingung.
Lelaki itu tersenyum sambil mengantar stick kentang goreng untuk masuk ke dalam mulutnya.
"kamu tau, Mr. Diego adalah salah satu dosen paling killer di kampus ini". Ucap Velly.
"killer? Tapi dia kelihatan baik dan ramah kok".
"ya..itu karena tidak ada mahasiswa yang membuat onar saat ia sedang menjelaskan materi. Dan percayalah kau akan menyesali perbuatanmu hari ini".
"kenapa?". Tanya Anora.
"hmm…hukuman yang di buat oleh Mr. Diego, akan berlaku sampai kau bisa lulus dari universitas ini. Apa kau tidak merasa aneh dengan tugas yang beliau berikan padamu?". Tanya Velly.
Anora terdiam.
Benar saja. Mr. Diego memintanya dan Sean untuk memberikan teori yang menyangkut pada pembunuhan itu. Dan alasan mengapa polisi berargumen kalau tidak di temukan jejak dari pelaku. Bukankah itu butuh observasi langsung ke lokasi kejadian. Dan untuk itu, ia dan Sean membutuhkan ijin bukan?
Hari ini rasanya begitu panjang. Selesai mata kuliah, aku masih harus berkeliling kampus untuk menemukan si lelaki menyebalkan itu. Velly tidak bisa menemaniku karena ia sudah ada janji jalan dengan pacar-pacarnya.
Aku bingung bagaimana Velly bisa menyesuaikan waktunya untuk bisa berhubungan dengan banyak lelaki sekali gus seperti itu.
"maaf…apa kalian mengenal Sean?". Tanyaku pada beberapa gadis yang baru saja keluar dari salah satu kelas di fakultas computer itu.
"ouh…Sean, dia masih ada di dalam kelas. Kau siapanya Sean?". Tanya salah satu dari mereka.
"emm…bukan siapa-siapanya. Aku hanya sedang ada projek bersama dengan dia".
"akh….kau beruntung sekali…aku ingin menjadi dirimu". Ucap mereka.
What??...yang benar saja.
Aku sendiri berharap untuk tidak satu projek dengan dia.
"baiklah…kalau begitu aku masuk ya. Soalnya aku tidak punya banyak waktu". Ucapku pada mereka.
"ya…semangat ya". Balas mereka dengan ramah.
Aku hanya tersenyum lalu masuk kedalam kelas itu.
Aku tidak menyangka masih ada orang yang cukup welcome di kampus ini.
Didalam kelas itu aku menemukan Sean sedang duduk bersama beberapa orang lelaki dan 2 orang gadis.
"Sean". Panggilku. Lelaki itu menatapku dingin. Rasanya aku seperti sedang bertatapan dengan seorang yang ingin menerkamku. Teman-temannya pun ikut menatapku dengan isi kepala masing-masing.
"ada waktu sebentar?aku ingin bicara empat mata denganmu". Ucapku dengan sopan.
Ia dan teman-temannya masih menatapku dengan diam. Dan aku tidak nyaman di perlakukan seperti itu. Rasanya seperti aku telah melakukan sesuatu yang salah.
Ia bangkit dari tempat duduknya. Berjalan melewatiku tanpa berucap sepatah katapun.
Dan akhirnya aku mengikutinya keluar kelas.
"ada perlu apa?". Ucapnya demikian dingin setelah sesaat sampai di depan pintu kelas itu.
"kapan kita kerjakan tugas dari Mr. Diego?". Tanyaku to the point.
"kita?? Aku pikir tugas itu hanya di bebankan padamu".
"jangan bercanda tuan. Tugas itu adalah hukuman atas ucapanmu yang menyakitkan". Balasku.
"aku tidak pernah menyakiti siapapun". Balas Sean tegas.
Aku hanya terdiam melihat sikap dingin lelaki itu.
"Ini… Ponsel ini berisi buku-buku teori yang lengkap. Aku mengoleksi semua buku dalam bentuk ebook di dalamnya. Aku pinjamkan ini untukmu dan selesaikan tugas itu". Ucapnya menaruh ponsel itu di telapakku dan hendak melangkah kembali kedalam kelas.
Demi apa? Aku merasa harga diriku dilukai sebagai perempuan. Dia pikir dia siapa?
Prang….
Kubanting ponsel itu kelantai hingga hancur berserakan.
Ia tampak kaget setelah berbalik dan menemukan ponselnya sudah tidak utuh.
"kau gila!!". Bentaknya.
Suara gaduh itu mengundang teman-temannya yang di dalam kelas untuk keluar dan melihat apa yang sedang terjadi. Serta menarik perhatian mahasiswa yang berada di sekitar tempat itu.
"Hukuman ini di berikan untuk kita berdua. Dan itu akan selesai jika di kerjakan oleh kita berdua. Jangan harap kau akan lepas dariku jika kau masih bersikukuh untuk lari dari hukuman ini. Ingat!! Jika bukan karna ocehan murahanmu, kita tidak akan terlibat masalah dengan Mr. Diego. Aku tunggu kau malam ini di perpustakaan. Jika kau tidak datang, aku akan mengejarmu. Meski ke depan pintu neraka sekalipun". Ucapku lepas kendali.
Aku berjalan dengan mantap, di iringi pandangan kaget sekaligus kagum dari beberapa mahasiswa yang menoleh ke kami.
Sumpah demi apapun, tidak ada orang yang aku perlakukan sekasar perlakuanku pada Sean tadi. Hanya ia lelaki yang menyebalkan. Aku ingin sekali memberinya pelajaran. Dan aku harap pelajarn ini cukup untuk membuatnya berfikir untuk sekedar menghargai orang lain.