Sean membawa motornya masuk kelingkungan apartemen tempat ia tinggal. Setelah memarkir sepeda motornya, ia berjalan menuju lift tanpa memikirkan keberadaan Anora.
"kita mau kemana Sean?". Tanya Anora bingung. Wajahnya tampak lelah dengan keringat yang masih memenuhi keningnya.
Sean tidak menjawab. Ia tetap berjalan santai menuju lift.
"Sean, kau mendengarku". Ucap Anora sambil menahan langkah Sean.
"kau tau, sepanjang jalan aku bertanya, kau mau aku antar pulang kemana! Tetapi kau hanya diam. Kau pikir aku bisa telepati dan tau lokasi tempat tinggalmu dengan sendirinya". Balas Sean membentak.
Anora terdiam. Ia tidak yakin kalau di sepanjang jalan tadi Sean menanyainya.
"tapi aku ingin pulang". Ucap Anora dengan nada sedih.
Huft….
Sean menghela nafasnya. "baik. Aku akan mengantarmu. Tetapi singgah sebentar di apartemenku. Kau bersihkan tubuhmu, kau sangat kotor". Ucap Sean sambil berjalan mendahului Anora setelah sebelumnya menggenggam pergelangan tangan Anora untuk ikut dengannya.
Ruangan itu tertata rapi. Ruangan minimalis modern ala anak lelaki.
Sean adalah sosok lelaki yang menyukai design simple dan sederhana. Terlihat dari tatanan ruang dan design kamar apartemennya.
"kau sudah selesai mandi". Ucap Sean setelah mendengar pintu kamarnya terbuka.
"i..iya". ucap Anora gugup.
"duduklah…kita makan sebentar. Setelah itu aku akan mengantarmu pulang". Ucap sean tanpa mengalihkan wajahnya dari meja makan karena sibuk menaruh nasi kedalam piring.
Anora diam. Ia tidak segera duduk. Ia masih berdiri di tempat ia sebelumnya.
"kenapa kau masih berdiri disitu?". Tanya Sean berbalik sambil melipat tangan di dada.
Anora tampak diam. Namun dari gerakan tubuhnya tampak kalau ia merasa rishi dengan pakaiannya. Ia memakai kemeja putih milik Sean. Kemeja itu kelonggaran, namun membuat Anora tampak seksi. Dengan rambut yang digulung sedikit berserak.
"jangan berpikir aku akan tergoda dengan tampilanmu yang seperti ini. Aku telah menemukan 1000 wanita yang lebih baik dari itu. Jadi duduklah". Ucap Sean lalu mendahului gadis itu untuk duduk.
"ya…karna kau telah menemukan 1000 gadis itu, aku jadi takut kau tidak tau cara menghargai seorang gadis". Balas Anora.
Sean tampak menghentikan aktifitasnya menaruh lauk di piringnya.
"bisakah kau segera duduk dan makan. Kau tau baru ini aku menemukan orang yang tidak taun terimakasih". Ucap Sean marah.
Anora hanya diam lalu menuruti lelaki itu untuk bergabung dengannya di meja makan.
Suasana di meja makan itu tampak sangat kaku. Anora makan sangat lambat, karena ia masih merasa takut dengan kejadian ia bertemu dengan Rafael.
"kalungmu bagus. Beli dimana?". Tanya Sean dengan mata tajam yang menatap Anora.
Anora terperanjat dengan tatapan yang siap menelanjanginya itu.
"bisakah kau memandangku dengan biasa saja. Tatapanmu membuatku teringat dengan kejadian di gedung kosong tadi". Ucap Anora menunduk.
"boleh kau beritahu tentang kalungmu?". Tanya Sean lagi sambil mengalihkan pandangannya dari Anora.
***
" Anora, ini hadish ulang tahun dari kakek. Kau jangan menangis lagi ya". Ucap kakek padaku. Ku usap air mataku, kemudian menyentuh bandul bulat mainan kalung itu.
"cantik sekali kek. Dari mana kakek dapatkan ini?". Tanyaku pada kakek.
"itu adalah kalung yang berasal dari kasih saying kakek yang besar buat gadis cantik kakek". Ucap kakek sambil mengusap rambut hitamku.
"terima kasih kakek. Anora tidak akan sedih lagi". Ucapku.
"dengar nak, kalung ini akan menemanimu untuk menjalani hidupmu. Jadi jangan sia-siakan hidupmu". Ucap kakek sendu.
"kakek… temani aku terus ya… jangan seperti ayah dan ibu. Kakek tau, aku bahkan tidak hapal bagaimana wajah mereka". Kakuk tampak sedih mendengar penuturanku.
Tetapi itu adalah kenyataan dari hiduku.
Ya..aku terlahir dari keluarga yang kaya raya. Ya… aku hidup berkecukupan dan bisa dibilang mewah. Tetapi kebahagiannku tidak lengkap.
Kebahagiaan seorang anak adalah ketika ia bisa merajut masa kecil yang indah bersama ayah ibunya. Tetapi tidak dengan ku. Aku melewati masa kecilku di rumah besar yang sangat sunyi.
Hanya ada asisten rumah tanggaku, suster yang merawat kakek, kak yura perawatku , dan ya aku.
Ayah dan ibu selalu sibuk dengan bisnis dan kepentingan pribadi mereka. Hingga tidak punya waktu denganku anak tunggallnya.
Di ulang tahunku yang ke-8 Tahun, aku menangis sendiri di kamar. Aku mengurung diri dan tidak makan seharian. Aku menunggu kejutan dari ibu dan ayah. Tetapi percuma, hingga jam 12:01 malam, hingga ulang Tahunku terlewat, aku tidak mendapatkan apa-apa. Hanya sebuah duka.
"Anora, buka pintunya. Ini kakek". Ucap kakek. Dan aku menurut.
Malam itu, ulang tahunku sudah terlewat. Dan luka itu sudah terlanjur aku dapatkan.
Tetapi kakek berhasil mengobati lukaku dengan hadiah kecilnya.
Aku bahagia sekali, meski yang aku dapatkan hanya kejutan kecil. Tak terbayang besarnya kebahagiaanku saat itu.
Seperti kata orang-orang, sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Aku tidak tau, apa kebahagiaan yang aku rasakan saat itu adalah hal yang berlebihan. Tetapi tidak lama setelah itu, kakek sakit keras dan akhirnya ia meninggal.
***
"dan sejak itu, kalung ini tidak pernah aku lepaskan". Ucap Anora sambil menggenggam cangkir kramik berwarna biru muda yang berisi coklat panas buatan Sean.
Sean tampak antusias mendengar cerita gadis itu. Gadis itu masih tenggelam dalam sendu ceritanya. Ia masih diam sambil melamun dan sesekali menyesap coklat panasnya yang sudah hampir kandas.
"ehh…". Keningnya yang mulus tiba-tiba mengerut. Ia memijit-mijit batang hidungnya sambil sesekali mengerang. Sementara Sean masih beku dengan pandangan dinginnya, menikmati adegan Anora yang merengkik karena mengamali pusing yang berat secara tiba-tiba.
10 Menit kemudian, gadis itu telah kehilangan kesadarannya.
Sean mendekat lalu duduk di samping gadis itu. Menatap wajah yang tidak sadarkan diri itu dengan tatapan yang tak dapat di jelaskan.
"aku tau, cepat atau lambat aku akan menemukanmu. Aku tau, sekuat aku menghindari, kau akan tetap menemuiku. Aku tidak tau apa kau bisa mengingat sesuatu yang kau alami di tempat, alam, dan waktu yang berbeda. Tetapi untuk saat ini, cukup sampai disini. Selama aku bisa mengulur waktu untuk membuang perasaanku. Kau akan tetap aman". Ucapnya sambil mengusap lembut pipi chabi milik Anora.
***
"Hei…bangun…". Untuk kesekian kalinya Velly meneriaki tubuh gemulai yang masih bergulat dengan selimut itu.
"ehh…", "bangun bodoh…kita ada jam kuliah siang ini. Kau mau kita terlambat". Ucap Velly kesal.
"aku dimana?". Ucap Anora sedikit linglung.
"hah…lucu sekali nona. Kau ada di Nirwana. Bersama seorang bidadari surge yang segera akan menyirammu dengan air jika kau tidak bangun".
"kenapa aku disini?". Tanyanya lagi.
"huft….bocah ini. Kau benar-benar ya", "velly aku serius!!". Ucap Anora sambil menarik sepupunya itu untuk duduk di sampingnya.
"aku bingung kenapa sekarang aku ada disini". Ucapnya.
"hah?? Kau baik-baik saja kan? Ini kamarmu. Kenapa kau disini! Ya jawabnnya sama. Karena ini apartemenmu. Dan memang seharusnya disini".
"gak Vell, harusnya aku gak disini". Bantah Anora yang membuat Velly kebingungan.
"kau membuatku bingung Anora. Kau tau sepulang dari party, aku langsung kekamar ini karena aku khawatir kau tidak sampai ke apartemen. Tetapi yang aku temukan, kau ada disini. Sedang tidur. Lalu kenapa kau berkata seperti itu?!".
Anora tidak menjawab, ia tampak kebingungan.
"hah…ok!! Kesimpulannya adalah mungkin kau bermimpi. Dan akhirnya membuatmu bingung. Sekarang kau mandi, dan segera ke apartemenku, aku akan siapkan salad buatmu. Ok…". Ucap Velly lalu meninggalkan kamar Anora.
Anora asih bingung dengan keadaannya. Mungkinkah yang ia lewati semalam hanya mimpi? Tapi rasanya itu semua nyata.
"tunggu….bajuku". pikir Anora saat tersadar ia sedang memakai piama bertemakan panda. Matanya terbelalak, dan segera ia turun dari ranjang, berlari menuju ruang cuci, dan mendapati gaunnya telah menyatu di dalam mesin cuci yang sedang beroperasi.
"ok…aku tau, ini pasti Velly. Tetapi apa benar ini hanya mimpi? Sean? Rafael? Apa itu semua mimpi?". Pikir Anora.
*menurut kalian itu mimpi gak sih???*