Pembunuhan kembali terjadi. Tepatnya di daerah pinggiran kota yang sepi. Di sebuah bangunan tua kosong yang terbengkalai. Pembunuhan tak berjejak ini merupakan pembunuhan ke 33 kalinya yang terjadi tanpa meninggalakan bekas atau tanda dari pelaku, polisi sendiri bingung dengan pelaku yang di anggap misterius dan pintar.
" masih aja nonton berita itu, nanti malam malam malah ketakutan". Ucap gadis berambut gelombang itu.
"kamu berisik deh, kamu udah siap belum? Ini hari pertama kamu masuk kampus baru. Jangan telat. Belum apa-apa udah buat image buruk". Ucap velly pada sepupunya itu.
"bukan aku yang minta pindah kan? Lagian repot amat sih pake di pindahin keluar negeri gini. Udah ribet, satu apartemennya sama kamu". Balasnya sambil menata rambut indahnya.
"hello nona, tanpa bantuanku, kamu gak akan dapat apartemen menyenangkan kaya gini".
"oiya???....dan tanpa aku, kamu gak akan tau mau numpang di kamar siapa!! Dan kalau aku mau, aku bisa usir kamu dari kamar aku".
Brugh…
Velly melempar gadis itu dengan bantal sofa yang ada di tangannya, hingga menyebapkan rambut indahnya kembali berserakan.
Gadis itu tampak kesal.
Ia bangkit dari meja riasnya, lalu mendatangi velly dan mengacak-acak tatanan rambut velly yang sudah rapi.
"Anoraaaaaaa". Teriak velly kesal.
***
Hi…..
Kenalkan namaku Anora Quennsy.
Gadis berkulit putih, bibir merah, si hezel coklat yang menawan.
Itu semua adalah penilaian orang-orang yang telah mengenalku.
Mereka selalau menilai berlebihan setiap apa yang mereka lihat dari wujudku.
Kulit putih, bibir ku yang merah, senyuman ku, retina coklatku. Semua mereka anggap menarik.
Sementara aku hanya menyukai rambut hitam bergelombang milikku.
Entah kenapa, aku sangat menyukainya.
Aku adalah anak dari salah satu anggota pemerintahan yang mengabdi di Negara ini.
Tetapi ada hal yang lucu.
Meski aku tau ayahku adalah salah satu dari anggota pemerintah, aku merasa ia seperti orang asing.
Ia meninggalkan aku dan ibuku di Negara lain, untuk mengabdi pada Negara lainnya.
Haha….miris bukan?
Next, ibuku.
Dia wanita sosialita yang sombong. Dia tenggelam dalam kegiatannya sendiri tanpa mengingat keberadaanku. Ia hanya tau tentang teman-temannya, arisan , dan hal-hal lain yang membuatnya tampak seperti wanita modern.
Jika kalian bertanya, kenapa aku pindah ke negara ini?
Ya…ini adalah kampus kedua setelah aku membuat masalah di kampusku sebelumnya.
Mungkin ibuku sudah muak dengan tingkahku. Atau dia malu dengan masalah yang telah membuat namanya menghiasi surat kabar. F*ck….
aku tidak perduli.
"kalau aku jadi kau, aku akan bersikap baik pada ayah dan ibuku. Bukannya cari masalah seperti yang kau perbuat". Ucap velly sambil menyetir mobil menuju kampus baruku.
Oiya….kenalkan juga, sepupuku yang gila. Vellycia anggie. Sebenarnya dia baik. Aku lebih menyukai dia dari semua sepupuku. Hanya saja ia tidak tau kebenaran dari hidupku. Yang ia tau hanya aku adalah putri seorang politikus terkenal.
Dan aku tidak pernah berencana untuk memberitahunya tentang kehidupanku.
Cyittt….
Decit rem mobil velly tampak menarik perhatian beberapa manusia yang sedang nongkrong di dekat parkiran mobil.
"aku rasa ada yang salah pada orang yang meluluskan sim mu vel". Ucapku dengan nada mengejek.
"hmm…emang siapa yang ikut ujian sim". Ucapnya sepele lalu mendahuluiku keluar dari mobi.
Seriously,
"welcome to Oxford University". Ucap velly seakan menyambutku yang keluar dari dalam mobil.
Ya…aku terkagum.
Bangunan yang mewah dan megah.
Aku bagai melihat bangunan sebuah istana yang indah. Lapangan luas nan hijau.
Aku pikir butuh alat transportasi untuk bisa menginjakkan kaki dari area parkiran hingga ke lobby kampus.
"bagaimana? Terpesona?". Tanya velly meminta kesanku.
"emm….aku pikir aku harus bangun lebih awal untuk tidak terlambat masuk kampus". Ucapku setelah mengira jarak dari parkiran ke lobby kampus yang menelan 200m lebih.
"yups…tentu saja. Jangan berharap kau bisa berulah seperti perbuatanmu di kampus yang lama". Ucapnya sambil mendahuluiku melangkah.
Aku rasa aku bisa bebas dari suara bising ibu yang protes Sengan ulahku. Tapi tidak Sengan tuntutan velly. Aku menyerah.
"ayo…cepat. Aku akan mengantarmu ke ruangan Dekan psikologi". Oceh velly tanpa melihatku yang kelelahan mengimbangi langkah kakinya.
Harusnya aku tidak memakai hak tinggi tadi.
"bisakah kita berhenti sebentar, kakiku hampir patah velly". Ucapku kesal sambil menghentikan langkahku dan menyebapkan aku tertinggal beberapa langkah dari velly.
Akhirnya velly berbalik lalu mendatangiku.
"kau harus terbiasa berjalan cepat Anora. Kalau tidak, kau bisa ketinggalan setiap mata kuliahmu". Balasnya.
"ya…aku tau. Tetapi hari ini aku belum masuk kuliah bukan? Kau tidak harus menyiksaku Sengan berjalan seperti orang di kejar setan". Protesku.
"hmm….ok, sekarang kemarikan tanganmu. Dan ayo". Ucapnya sambil coba menarikku.
Ck..akh..
Aku menarik kembali tanganku dengan kuat hingga terlepas dari pegangan velly. Dan hal yang mengejutkan terjadi.
Brugh….
Tanganku mengenai seseorang yang mencoba lewat dari hadapanku sampai orang itu terjatuh.
"ya ampun, Anora". Ucap velly kaget. Aku terdiam saat lelaki itu terjatuh tepat di depanku.
"f*ck…". Teriaknya marah.
" aduh….maaf Se…sepupuku gak sengaja". Ucap Velly coba mendinginkan suasana dan membantu lelaki itu untuk bangkit.
"ck…lepaskan aku". Ucap lelaki itu kasar sambil menepis tangan Velly dan bangkit sendiri.
Aku merasa perlakuannya itu kasar. Aku tau aku salah, tetapi bukannya Velly sudah minta maaf?
Brugh…
Akh…
Aku kembali menendang kaki lelaki itu hingga ia terjatuh kembali.
"Anora!!! Apaan sih ?!". bentak Velly marah dan kembali mengulurkan tangan untuk membantu lelaki kasar itu.
"stop Vel". Ucapku menahan tangan Velly.
"kau gila hah !!!". bentak lelaki itu sambil berdiri dengan sekejap.
Matanya memerah penuh dengan kemarahan. Dapat kurasakan luapan emosinya dari pandangan kami yang saling bertemu.
Ada yang aneh, aku bagai terhanyut dalam pandangan lelaki itu. Rasa marah yang memenuhi hatiku menguap perlahan. Makian yang telah aku siapkan di kepalaku berganti menjadi memori ingatan yang aku tak tau apa.
Ada satu lagi yang aneh. Lelaki itu, ya…pandangannya perlahan meneduh. Nanar di matanya perlahan menghilang. Tak lagi kudapati aura marah dan emosi yang meledak-ledak darinya.
"Se..Sean, maafin dia ya, sepupuku ini sedikit gila dan bodoh. Maaf ya". Ucap Velly menghapus pandangan kami.
Hmm…ia menghela nafasnya.
" ajari dia adap di tempat ini". Ucap lelaki itu tajam, dan berlalu setelah memunguti barangnya yang jatuh berserakan.
"kurang ajar sekali orang itu". Ucapku kesal. "udahlah Anora, kamu yang salah juga". Bahas Velly. Aku pun diam lalu melempar pandanganku pada punggung lelaki itu yang perlahan menjauh.
ada hal yang tidak mampu aku jelaskan di dalam hatiku. ini bukan perasaan suka atau cinta.
aku merasa waktu perlahan membeku. Hanya pandanganku yang masih fokus pada punggung milik lelaki sombong itu. Aku tidak dapat menahan isi kepalaku untuk tidak lagi memikirkannya. tetapi sia-sia saja.
SEAN…!!!
siapa kau??!!