Chereads / BROKEN PROMISE / Chapter 1 - 1. KUTUKAN CINTA

BROKEN PROMISE

Emi_NIRWANA
  • 221
    Completed
  • --
    NOT RATINGS
  • 55.9k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - 1. KUTUKAN CINTA

" Aku bersumpah pada seluruh alam semesta!!! Pada pemilik nafas dan pengatur hidup. Kau akan menggenggam deritamu… dengan telapakmu kau akan menuntun darah orang yang kau cintai. Kulit dan tulangmu akan haus dengan isakan derita. Kau akan menjalani penderitaan oleh karena cintamu". Teriak pemuda paruh baya itu di depan tubuh adik perempuannya yang sudah tidak bernyawa.

Disisi lain, tampak seorang pemuda tampan yang menangis tepat di depan tombak tajam yang menancap di dada gadis yang telah meninggal itu. Tampak raut penyesalan terpancar di wajahnya, penyesalan yang sia-sia ketika ia menangisi gadis yang ia cintai itu.

Gadis yang harus menerima kematiannya oleh karena amarah dan ego yang menguasai sang kekasih.

"maafkan aku kak….maafkan aku". Tangisnya lalu merangkak hendak mendekati tubuh kaku itu.

"berhenti disana Sean. Jangan lagi kau mendekati adikku". Ucap sang kakak murka.

Ia tersungkur, hatinya hancur, dan air mata tak hentinya membasahi pipinya.

Ia telah membunuh gadis yang ia cintai.

"aku tidak akan merestui hubungan kalian sampai kapanpun. Aku akan berdoa pada sang pencipta agar di kehidupan selanjutnya, kau tidak bias menyatu dengan adikku. Kematian adalah ganjaran atas perasaan kalian". Teriaknya sambil memeluk jenazah adiknya.

Sean hanya bisa menangis. Meratapi apa yang telah terjadi.

Harusnya ia mendengar saat gadis itu coba menghentikan tindakannya saat ingin menikam sang kakak. Harusnya ia lebih bisa mengendalikan diri saat sang gadis coba merebut tombak tajam itu.

Dan semua keharusan itu adalah hal sia-sia.

"biarkan aku memeluknya untuk terakhir kalinya kak.. aku mohon??!!.. maafkan aku". Tangisnya.

"ingatlah sumpahku ini Sean. Sumpah dari seorang kakak yang sangat mencintai adiknya. Aku bersumpah bahwa segala kehidupanmu adalah derita. Bahkan di kehidupan mu yang selanjutnya. Jika kematian ini adalah deritamu. Kematian ini akan berulang pada setiap pertemuan kalian. Aku bersumpah Sean!!!".

Akh….

Lelaki itu terbangun dari tidurnya. Ia mengusap frustasi wajah tampannya.

"hah…mimpi itu lagi."

Sean menghela nafasnya. Kemudian menoleh kearah jendela.

Pagi menyapa Sengan damainya.

Suara kendaraan menjadi ciri khas dari kota besar itu. Satu persatu embun yang singgah di ranting pohon depan apartemen Sean tampak menetes dan jatuh ketanah.

Sean tersenyum manis. Ia meraih benda kecil nan dingin yang ia letak tepat di meja samping ranjangnya.

Benda itu tampak mengkilat dengan warna hitam metaliknya. Sean memperhatikan benda itu Sengan seksama.

Sesekali ia menitinya Sengan serius. Hingga tetesan kental berwarna merah tampak menodai telapak tangan lelaki itu.

Ia memperhatikan tangannya yang kini ternodai oleh darah bekas korbannya tadi malam.

"hmm…hidup yang melelahkan." Ucapnya lalu segera meraih handuk untuk mandi, setelah mengembalikan pistol itu ke tempat semula.

Terang menjadi petunjuk Sean untuk menjalani hidupnya secara normal.

Sean Christoper Abigael, mahasiswa dari salah satu Universitas terkenal di USA. Sean dikenal sebagai lelaki yang tertutup, misterius, dan menawan. Tak sedikit gadis yang patah hati oleh perlakuannya.

Selain tertutup, Sean juga adalah mahasiswa yang dingin. Sikapnya yang cuek dan anti social membuatnya tidak memiliki teman.

Tidak ada yang tau apa pekerjaan Sean. Bagaimana keluarganya, apa hobby dan kebiasaan kesehariannya, begitu juga dengan asal-usul pastinya.

"Hei Sean, kita ada projek untuk tugas Mr.Lee besok. Apa kau ada waktu untuk kerja kelompok hari ini?". Tanya lona. Salah satu teman kelas Sean.

Sean menatap gadis berambut bob itu dengan pandangan mengintrogasi.

"tugas apa?". Tanyanya dingin.

"Projek pembuatan aplikasi. Kau harus turut dalam kerja kelompok ini. Jangan menghindar terus". Ucap lona sedikit kesal.

Sean berdiri dengan kakunya. Ia berjalan perlahan lalu berhenti tepat di hadapan lona.

"ini…, kau bebas pilih aplikasi mana yang ingin kau bawakan di persentase besok. Di dalam file ini ada 30 aplikasi baru yang aku buat sendiri, beserta penjelasannya. Jadi tutup mulut berisikmu dan jangan pernah ganggu aku lagi. Kau paham!!!".

Lona terdiam di hadapan lelaki tampan nan dingin itu.

Ya…hampir seluruh gadis di Universitas itu terlena dalam pesona seorang Sean. Hanya saja, tidak ada yang tau kenapa hati lelaki itu begitu keras. Seakan tidak ada yang mampu menahlukkan pesona si pangeran es batu itu.

" Sean…tunggu…". Panggil lona kembali mengejar Sean.

" ada apa lagi". Ucap lelaki itu kesal.

"kau harus ikut kerja kelompok. Kau pikir dengan hanya memberi aplikasi ini, semua selesai. Tidak semudah itu".

" kenapa kau bawel sekali. Kau pikir aku membutuhkan nilai kelompok ini? Kau tau, tanpa kalian aku bisa lulus daei mata kuliah ini". Gertak cowok itu tajam.

"mungkin kau tidak. Tapi kami butuh kau". Ucap lona merendah.

Sean terdiam.

"coba pikirkan, besok saat persentase kita akan kedepan. Menjelaskan teori dan cara pembuatan aplikasi ini. Sementara hanya kau yang tau cara pembuatan dan manfaatnya. Kami bisa di kenakan sangsi". Tambah lona.

Sean terdiam.

Kata-kata lona berhasil meluluhkan keangkuhannya.

Akhirnya Sean ikut dan mau bergabung Sengan kelompoknya untuk membahas tugas mereka.

Diatas rumput nan hijau, yang tumbuh bebas di halaman luas kampus menjadi tempat para mahasiswa untuk melepas penat setelah menyelesaikan mata kuliah mereka.

Di salah satu bagian dari taman itu, Sean tampak menjadi pembicara di tengah-tengah beberapa temannya termasuk Alona.

Alona adalah salah satu gadis yang cukup populer di kampus itu.

Tubuh langsing, mata bulat yang indah, rambut yang terurai panjang, dan kulitnya yang putih mulus menjadikannya sebagai salah satu primadona di kampus.

Alona tampak focus pada lelaki yang kini tengah berbicara layaknya dosen jenius di hadapannya. Tidak hanya Alona, beberapa gadis yang duduk tidak jauh dari tempat mereka duduk, diam-diam merekam moment itu.

"damn…". Maki Sean saat sadar dirinya tengah menjadi konsumsi gadis-gadis itu.

Lelaki itu menoleh kearah dua orang gadis yang sedang asyik tertawa sambil mengarahkan kamera ponselnya pada Sean.

"Se…Sean…mau kemana?". Panggil lona saat Sean tiba-tiba barjalan menjauhi tempat perkumpulan mereka.

Sean berdiri tepat di hadapan kedua gadis itu.

"apa yang kalian rekam?". Tanya Sean geram.

"eh…Se…Sean… kita gak rekam apa-apa kok". Ucap salah seorang dari mereka dan coba menyembunyikan ponselnya.

AKHH…..

PraNK….

Ponsel itu kini pecah berserakan di lantai.

Kedua gadis itu tampak syok dan kaget.

"jangan pernah coba melewati batas privasi orang lain". Ucap Sean sinis. Lalu pergi dari tempat itu tanpa memperdulikan teman kelompoknya.

"Sean….Sean…". teriak Alona. Namun percuma.

Sementara salah satu dari kedua gadis yang di gertak Sean tampak menangis terisak.

Ia kaget sekaligus merasa di lukai oleh Sean.

"akh…sial… susah banget sih ngelumpuhin otak batu cowok itu. Bisa-bisa aku bakal patah hati diluan". Gerutu Alona kesal lalu kembali ke kelompoknya.

"gimana donk?". Tanya El sahabat lona.

"gak tau deh… dia kaku banget tau". Ucapnya kesal.

"hmm…kalau Sean kayaknya gak aneh lagi Sih. Dia kan emang hobbynya kaya gitu". Balas El.

"pokoknya Sean harus bisa aku lumpuhin. Aku bakalan buat dia jatuh cinta padaku dan membuatnya menuruti semua kemauanku". Ucap Alona.

El menatap gadis yang diam-diam mengisi ruang hatinya itu.

"aku ada disini len…tidak bisakah kau melihat ku?". Ucap El dalam hati.