Chereads / Back 2 You / Chapter 22 - Need Help

Chapter 22 - Need Help

Leon bangkit dari kursinya yg empuk, mengabaikan panggilan dari gadis cantik yg sejak tadi ada di sampingnya. Bahkan saat tangan gadis itu berusaha menggapai tangannya, dengan jelas ia menampiknya.

"Leon!"

Suara yang terdengar cukup keras hingga membuat beberapa orang menengok ke arah mereka. Meski begitu Leon tidak repot-repot untuk berbalik dan kembali ke tempat duduknya yang semula.

Iya tak membawa apapun kecuali tas ransel yang berisi laptop miliknya, minuman dan kue yang belum habis itu ia tinggalkan begitu saja di atas meja bersama dengan wanita itu.

Leon bisa melihat wanita yang ya cari ada di luar, terlihat begitu jelas. Namun sayangnya ia lagi-lagi bersama lelaki jelek itu. Memuakkan.

Meski tak terlihat terlalu jauh tapi ia tetap harus melewati tiga sofa pendek untuk sampai ke pintu keluar. Ia tak bisa berbohong jantungnya berdebar entah karena marah ataukah karena jatuh cinta.

Bella sepertinya tak berencana untuk menurunkan semua makanannya, terlalu sayang. Jika tadi ia bingung untuk memesan makanan, sekarang ia bingung untuk memilih makanan apa yang akan ia makan pertama kali.

Bella bilang itu sebenarnya tak banyak tak sesuai dengan apa yang diinginkannya, entah karena bakinya yang tidak cukup atau karena uang yang ia bawa pas-pasan. Dibakinya hanya ada beberapa makanan seperti spaghetti, pizza, burger, ayam goreng, friench fries, salad dan beberapa minuman seperti coca-cola dan gelato rasa mint.

"Kau yakin akan menghabiskan semuanya?"

Tony menggigit burger kedua miliknya dengan isi ekstra daging. Dengan dua burger miliknya saja Tony sudah merasa kenyang, belum minuman yg ia habiskan. Ia sendiri bingung dengan tetangganya ini yg makan siang seperti ingin merekam acara mukbang.

"Bukankah kau akan membantuku menghabiskannya?"

Bella sudah mulai mencicil makan siangnya, tangan kanannya sudah meraih pizza yg tak jauh dari hadapannya.

Tony mendelik mendengar jawaban yg seperti pertanyaan itu, kemudian ia melihat semua makanan di depan Bella baik-baik.

"Aku menolaknya"

Tatapan mata Bella menjadi sedih hingga mulai berair. Ia tak tega jika harus membuang makanan yg tidak jadi ia makan, ia tak bisa. Setidaknya makanan itu harus masuk ke perut seseorang. Itu tekadnya.

"Aku bisa membantu"

Bagai disiram air dingin di gurun sahara Bella merasakan kelegaan yg luar biasa mendengar bantun tak terduga itu.

Tony menghentikan pergerakan tangannya yang sedang mengarahkan burger ke mulutnya. Dengan mulut yang terbuka lebar ia melihat kea rah sosok orang yang menawarkan diri untuk membantu itu.

Meski Tony adalah tipikal orang yang mudah lupa, ia tak mungkin semudah itu melupakan seseorang yang meninggalkan kesan kuat di hari pertama mereka pergi ke kampus kemarin. Belum lagi wajah tampan dan tubuh proporsionalnya itu membuatnya tampak seperti seorang bangsawan.

"Wah! Silahkan duduk. Kau benar-benar telah menolongku!"

Tony mengedipkan matanya dengan cepat. Gadis di depannya ini terlalu pintar atau terlalu bodoh? Bagaimana bisa ia tidak menyadari siapa lelaki di sebelahnya ini.

"Tony! Kenapa kau melamun?"

Untuk beberapa saat Tony kehilangan selera makannya. Ia akhirnya menyerah dan meletakkan burger tadi ke atas meja dan menatap Bella yang ada di depannya dengan tatapan prihatin.

Leon yang kini sudah berhasil untuk duduk di samping gadis yang ia incar tersenyum penuh kemenangan. Ia tak menyangka bahwa akan semudah ini carany untuk bisa mendekati gadis itu lagi. Ia sadar, mungkin kemarin ia terlalu agresif.

"Kau boleh makan apapun yang ada di atas meja ini, asal jangan kau habiskan semuanya. Meskipun tindakanmu yang kemarin benar-benar menyebalkan, tapi aku akan memaafkanmu kali ini karena kau menolongku"

Tunggu.

Tunggu sebentar!

Bella dengan santainya mengambil salad yang berada di tengah baki, mengabaikan dua lelaki yang sama-sama shock dengan pernyataan Bella barusan. Bukan tentang makanannya tapi tentang siapa lelaki yang tiba-tiba datang itu.

Leon mencoba utnuk membuka suara, memecah keheningan yang tiba-tiba terjadi. "Ehm.. Kau mengenaliku?"

Dan Tony mulai melanjutkan makannya lagi, bersyukur karena Bella ternyata masih mengenal orang itu dan menerimanya disini karena memang keadaan yang mendesak.

Beberapa kursi yang semula kosong di sekitar mereka kini mulai terisi dan angina bertiup lebih kencang dari yang tadi meski tidak sampai merusak.

"Tentu saja aku mengenalmu. Bagaimana bisa aku lupa dengan orang yang tidak dikenal tiba-tiba mengajak berpacaran. Bukannya kau orang aneh?"

Leon tak bisa berkomentar apa-apa. Perilaku yang ia tunjukkan saat itu terjadi karena kebiasaannya sejak dulu. Ia tak munafik, ia sangat menyadari bahwa dirinya tampan dan diincar oleh banyak wanita. Jangan salahkan ia yang terlalu percaya diri.

Tak ada percakapan di antara mereka selama beberapa menit. Mereka semua lebih fokus pada makanan yang ada. Untuk Tony yang sudah selesai lebih awal ia memilih untuk memeriksa lagi rekaman suara ssaat pelajaran tadi.

"Ah… akhirnya selesai…"

Meski makanan yang dimakan adalah makanan cepat saji tapi Leon tampak memakannya dengan elegan. Dengan postur tubuh yang tegap dan memakan dengan pelan.

"Apakah kau adalah seorang bangsawan?"

Pertanyaan Tony yang tiba-tiba membuat kening Leon berkerut. "Aku bukan bangsawan, hanya orang biasa sepertimu. Ah! Kita belum berkenalan sebelumnya, namaku Leon. Semua orang memanggilku dengan nama itu"

Tony mengangguk dan menyambut uluran tangan Leon yang mengajaknya berkenalan, "Aku Tony, dan dia Bella"

Bella merapikan tempat makan mereka dan membersihkannya dengan tisu yang selalu ia sediakan di dalam tasnya. "Kau. Kenapa kemarin tiba-tiba menyatakan tiba padaku?"

Leon menghembuskan nafasnya dengan berat, tiba-tiba ia merasa lelah karena pertanyan dari Bella. "Kau masih ingin membahas itu rupanya. Baiklah, kau bisa sebut itu sebagai kebiasaan burukku. Karena kau cantik, aku jadi tertarik denganmu dan ingin mendekatimu, itu saja.

Tony menunggu reaksi selanjutnya dari Bella dan ia mendapati jika Bella hanya berkedip seperti memproses sesuatu.

"Baiklah. tapi jangan lagi membuatku tak nyaman dengan hal tiba-tiba seperti itu"

Bella langsung berdiri begitu mengucapkan kalimat yang dipendamnya sejak awal tadi. Ia mengambil baki dari atas meja dan mengembalikannya ke kantin, meninggalkan Leon dan Tony sendiri di meja yang sama.

Mereka saling menatap selama beberapa detik, mencoba menganalisa ataupun menilai orang di depan mereka. "Kau pasti hanya sahabatnya, kan?"

Pertanyaan yang cenderung tidak sopan mengingat mereka adalah orang yang baru saja saling mengenal. Sebenarnya yang tidak sopan adalah karena Tony sangat memahami maksud tersembunyi dari kalimat yang dilontarkan Leon.

"Tak ada hubungannya denganmu"

Tanpa menunggu Bella kembali ke kursi mereka Tony berdiri dari tempat duduknya dan memilih untuk menyusul Bella dan mengajaknya pulang.

Berada bersama Leon dan membicarakan tentang Bella membuatnya tak nyaman.

***

Bersambung