Chereads / Back 2 You / Chapter 28 - Pulang

Chapter 28 - Pulang

Bis langsung berhenti tepat di depan rumah Pak Benu saat Deva melambaikan tangannya. Pak Benu dan istrinya mengantar ia sampai Deva sudah masuk ke dalam bis dan duduk di kursinya dekat jendela.

Pak Benu dan istrinya melambaikan tangan pada Deva, begitu pula dengan Deva yang rasanya begitu berat meninggalkan orang yang begitu baik dan ramah padanya, mereka juga mengurusnya selama ia berada di rumah mereka.

Langit sudah gelap saat ia berpamitan tadi dan bintang tak nampak, mungkin sebentar lagi akan turun hujan. Perjalanan ke rumah membutuhkan waktu lama hingga beberapa jam, itu memberikannya waktu untuk tidur lebih lama.

Meski Deva termasuk orang yang cepat tertidur, ia juga orang yang cepat bangun kalau sudah ada alarm yang dipasang. Karena itu ia langsung memasang alarm di ponsel begitu ia sudah berniat tidur.

Tempat duduknya yang berada tepat di tengah membuatnya nyaman, setidaknya semua barangnya ada bersamanya.

Tidak seperti saat ia berangkat dan berada di kursi bagian belakang, dimana banyak barang dari penumpang di letakkan di belakangnya. Jadi setiap kali mereka akan turun mereka akan mengambil barang mereka yang ada di belakang Deva, ia jadi tak bisa istirahat.

Belum sempat ia menyandarkan kepalanya, ponselnya bergetar menandakan ada telefon masuk. Dengan mata yang sudah sedikit sayu ia mengangkat panggilan telfonnya.

"Halo?"

"Bisa kau jauhkan ponsel dari telingamu? Kenapa semuanya jadi gelap begini?"

Deva menjauhkan ponsel dari telinganya sesuai yang diminta dan benar saja ia bisa melihat wajah Tony di seberang panggilan telefon. Ia tak sadar jika tadi sebenarnya adalah panggilan video.

"Oh, sorry bro, ngantuk banget ini"

Deva mendekatkan matanya ke kamera dan lokasi ia sekarang, serta jendela yang mulai dipenuhi rintikan air hujan. Dan melihat hujan diluar membuatnya mengantuk luar biasa.

"Wah, udah mau pulang nih. Maaf ya baru bisa hubungi sekarang, tadi lumayan sibuk soalnya. Oh iya, gimana sama ujiannya? Kisi-kisi dan soal yang kemarin aku bantu belajar ada keluar nggak?"

Rasa kantuk yang awalnya terasa kini sedikit berkurang karena Tony. Ia mengingat dengan jelas semua soal ujian yang persis seperti yang dibuat oleh Tony, hanya berbeda di angkanya saja.

Rintik hujan yang membasahi jendela membuat pandangan keluar menjadi buram. Tapi Deva dapat melihat banyaknya kendaraan dari lampu yang terpantul di air yang ada di jendela. Begitu ramai dan pastinya akan membuat macet.

"Tentu saja banyak sekali yang keluar, aku sangat bersyukur karena kau meluangkan waktu untuk mengajariku. Kalu tidak, aku pasti akan sangat bingung dan yang paling menakutkan adalah aku mungkin saja gagal"

Tony terlihat sangat rapi meski ia sedang bersantai di dalam kamarnya. Maksud rapi disini adalah kaus lengan pendek, celana lengan pendek dan rambut yang masih tertata rapi.

"Baguslah. Semoga saja nanti kau bisa lolos ujian dan berkuliah di tempat itu. Melihat dari ekspresimu sekarang sepertinya sesuatu yang baik sedang terjadi. Kau tak bisa menyembunyikan raut bahagiamu itu dariku, jadi ceritakan. Aku juga ingin mendengar cerita bahagia itu"

Deva memang benar tak bisa menyembunyinya senyum bahagianya. Tony benar-benar sudah begitu mengenalnya, karena biasanya mereka akan bercerita panjang lebar tentang hari yang mereka lalui sambil makan cemilan ataupun menonton film.

Melupakan semua rasa kantuk, Deva bercerita panjang lebar tentang perjalanannya dan pertemuannya dengan keluarga Pak Benu dan Bagas. Tentu saja agar tidak mengganggu penumpang yang lain ia langsung menggunakan earphone.

Panggilan video dari Tony yang juga memamerkan game barunya berakhir setelah satu jam. Dan lebih banyak waktu mereka digunakan untuk bermain game online.

Rasa kantuk yang tadi ada kini kembali lagi begitu panggilan telefon berakhir. Sebelum matanya tertutup, Deva langsung memasang alarm di ponselnya dan kemudian menyimpannya di saku jaketnya yang memiliki kancing.

Bukan tak mungkin pencurian terjadi saat tidur di bis, pencuri pasti akan mencari kesempatan saat ia sudah benar-benar lengah. Karena itu sebelum berangkat kemarin ia langsung memilih jaket berkancing yang ia miliki.

Setidaknya ia akan langsung sadar jika ada yang menyentuhnya dengan sengaja.

***

Alarm berbunyi pelan dan bergetar di dadanya. Meski tau bahwa meletakkan ponsel dengan dengan tubuh adalah buruk untuk kesehatan tapi ia tak punya pilihan lain. Ia harus bangun tepat waktu kalau tak ingin terlewat.

Bis belum sampai ke tujuan begitu ia membuka mata, masih ada kemacetan yang panjang. Deva mengambil ponselnya untuk melihat apakah ia sudah berada di daerah yang berbeda.

Ia sudah sampai di daerah yang dituju, hanya saja ia belum sampai ke terminal pemberhentian bis. Untuk menghabiskan waktunya, meski hanya sebentar ia gunakan untuk bermain game online.

Untung saja sebelum ia pergi dari rumah Pak Benu ia sudah mengisi baterai ponselnya penuh. Masih ada sisa enam puluh persen daya baterai di ponselnya, ia bisa menggunakannya untuk bermain game sesuka hati.

Tak terasa bis sudah sampai di tujuan karena kemacetan yang langsung terurai begitu polisi datang. Semua penumpang sudah berdiri berdesakan di pintu menunggu gilirannya agar bisa turun.

Deva tak suka berdesakan karena tau mau dia berada di awal atau akhir ia tetap akan turun. Lagipula ia tak memiliki barang yang harus di ambil di bagasi. Dua kardus berisi makanan pemberian Pak Benu ia letakkan di bawah kursinya, jadi ia tak perlu repot mengantri.

Begitu turun, karena ada begitu banyak orang di terminal ia agak kerepotan untuk menemukan ayahnya. Sebelum turun tadi ia sudah bertanya pada ayahnya tentang baju apa yang dipakai dan dimana beliau menunggu.

Karena itu sekarang Deva mencari ke arah gerbang depan dekat pohon besar, seseorang berbadan tinggi yang memakai jaket kulit hitam dan celana jeans dengan helm berwarna putih hiu.

Deva salut pada ayahnya yang memberikan info sedetail itu, mungkin saja karena beliau tau bahwa Deva sangat sulit dalam mencari sesuatu. Selain itu karena sang ayah tau kalau Deva pasti kelaparan beliau sudah membelikan pentol untuk cemilan saat di motor.

Berhubung bis yang dinaiki oleh Deva datang saat tengah malam jadi pemandangan pastinya gelap, karena itu Deva langsung mencari tempat terang di luar gerbang yang sesuai dengan penjelasan ayahnya.

Ayah Deva melambai begitu melihat Deva yang agak kepayahan karena membawa dua kardus. Meski begitu Deva tampak santai dan segar karena sudah tidur saat di perjalanan, selain itu ia juga menyegarkan otaknya dengan permainan online tadi.

"Ayah!"

Deva melambaikan tangannya yang memegang tali rafia di kardus. Meski ini malam yang gelap dan baru saja hujan, ayahnya tetap tampil keren dengan baju kebanggaannya.

"Kardus apa yang kamu bawa itu?"

Deva menjelaskan bahwa itu adalah pemberian orang baik yang menumpanginya menginap. Dan karena ayahnya tak tau jika Deva akan membawa barang banyak ia membawa motor ninja kebanggaannya.

"Aku bawa di belakang saja, yah. Ini tidak berat"

Deva sudah ingin menaiki motor tapi ayahnya menahannya, ia memberikan pentol yang tadi sudah ia bawa dan meminta Deva untuk meletakkan dulu kardusnya dan memakan jajannya.

"Hm..Terimakasih, ayah"

***

Bersambung