Tahun 2039
Felicia tengah duduk di sebuah cafe yang sepi hanya ada beberapa pengunjung yang datang, tatapannya tidak sabaran menunggu seseorang terlihat bagaimana sikapnya yang sangat gelisah melihat pintu masuk cafe berkali-kali.
"Nona kamu ingin menambah minuman?" tanya salah seorang waiter menawarkan segelas minuman kepadanya
Felicia menggeleng pelan dia menolaknya dengan sopan, "Tidak terima kasih"
Dia melirik jam yang tergantung di cafe tersebut lalu menghembuskan napas kasar
"Ini sudah lewat satu jam, apa dia tidak datang?" gumamnya seorang diri
Ting..
Suara bel dari arah pintu masuk memberi tanda jika ada seorang pelanggan yang masuk atau pun keluar, jika beberapa menit yang lalu Felicia dengan cepat mengangkat tangannya untuk melihat apakah orang yang ditunggu telah tiba kali ini dia tidak segera mengangkatnya berpikir jika itu pasti bukan orang yang ditunggunya
"Nona Felicia?" sapa seorang tepat di depannya
Seorang lelaki dengan wajah tampan dengan kacamata yang bertengger di wajahnya, Felicia pernah melihat lelaki itu dia adalah asisten pribadi Rich, Yohan, tapi kenapa lelaki ini yang datang bukannya Rich
"Di mana Rich? Kenapa kamu yang datang?" tanya Felicia dia berdiri mencari keberadaan Rich
"Pak Rich ada di dalam mobil"
Mendengar itu buru-buru Felicia hendak menghampiri mobil hitam yang berada terparkir di depan cafe ini
"Rich tidak ingin bertemu dengan anda" ucap Yohan membuat Felicia menghentikan langkahnya.
"Dia memintaku untuk menemui anda" ucapnya lagi, Yohan menyerahkan sebuah amplop cokelat di atas meja cafe, "dia juga meminta ku untuk memberikan ini"
"Apa yang terjadi, aku ingin bicara langsung dengannya" kekeh Felicia melangkah maju tanpa melihat amplop yang diberikan
"Nona Yuki!"
Felicia mendadak berhenti dia menoleh cepat melihat asisten pribadi tersebut, wajahnya terlihat terkejut saat Yohan memanggilnya dengan nama itu
"Haruskah saya memanggilmu dengan nama Yuki?"
"Apa maksudmu?" tanya Felicia bibirnya bergetar
Yohan melirik amplop yang dia letakkan di atas meja, "Sebaiknya anda melihat isi amplop ini terlebih dahulu"
Yohan mengambil amplop tersebut lalu menyerahkannya ke tangan Felicia, "Temui dia jika anda sudah memiliki alasan yang bagus"
Setelah mengatakan itu Yohan pamit pergi meninggalkan Felicia sendiri di cafe, para pelanggan cafe juga sudah pergi salah seorang pelayan memberi tahu jika cafe sudah masuk jam tutup toko namun Felicia masih bergeming di tempatnya.
Dilihatnya amplop cokelat yang dipegangnya mendengar panggilan yang Yohan sebut Felicia tidak perlu lagi melihat isinya dia sudah tahu hanya satu pertanyaannya saat ini, siapa yang memberi tahu Rich mendahului dirinya.
"Alfa!" ujar Felicia dia menggertakkan giginya
***
Tahun 2012
Jam istirahat telah tiba semua murid berhamburan keluar kelas menghirup udara bebas setelah tiga jam mereka berada di dalam kelas bersama dengan beban pelajaran masing-masing, Elsa bangkit berdiri saat guru mata pelajaran sejarah menyampaikan kalimat terakhirnya.
"Oke anak-anak jangan lupa kerjakan tugas kalian" ucap guru tersebut sebelum melangkah keluar kelas
"Lo gak keluar?" tanya Elsa saat melihat Yuki yang masih duduk di tempatnya
Elsa mendekat dia melambaikan tangan di depan wajah sahabatnya itu yang masih terdiam tidak menyahut.
"Woi"
Yuki sempat kaget dia menoleh ke arah Elsa dan tersenyum canggung
"Apa sih ngagetin aja" ucap Yuki mengalihkan rasa terkejutnya
"Lagian lo bengong aja, kenapa sih?"
Yuki melambaikan tangan, "Gak penting, yuk ke kantin" ajak Yuki kemudian menarik tangan Elsa menuju kantin sekolah
Kantin sekolah dipenuhi oleh wajah-wajah kelaparan para murid mereka segera mengerubungi para penjual untuk memesan makanan atau minuman yang diinginkan. Elsa telah memesan bakso sedangkan Yuki tengah menikmati minuman es teh manisnya.
"Lo yakin gak makan?" tanya Elsa untuk kedua kalinya
Yuki mengangguk dia kembali menyeruput es teh manisnya membiarkan Elsa dan semangkuk bakso di tangannya duduk di sebelah dirinya.
"Eh ngomong-ngomong gua mau tanya deh" ucap Elsa sembari menuangkan saus lalu berganti kecap ke dalam mangkuk baksonya
"Hm"
"Seperti apa di masa depan?" tanya Elsa membuat Yuki menoleh melipat dahinya
"Eh maksud gua, lo kan dari masa depan gua mau tahu bagaimana di masa lo saat itu?" tanya Elsa sedikit menurunkan volume suaranya
"Tidak terlalu banyak yang berubah" ujar Yuki mengangkat bahu
Elsa mengangguk dia kembali menuangkan sambal ke mangkuk baksonya
"Bagaimana dengan masa depan gua? Apa yang terjadi sama gua?" tanya Elsa lagi, dia menyendok sebutir bakso dan siap melahapnya
Yuki menoleh menatap sahabatnya itu, "Di masa depan lo akan jadi wanita yang paling cantik"
"Itu terdengar seperti sebuah kebohongan" cibirnya membuat Yuki terkekeh
"Gua serius, lo beneran cantik di masa depan dan lo juga tinggal di luar negeri seperti keinginan lo itu" jawab Yuki
Elsa berusaha menelan bakso yang ada di mulutnya sebelum menyahuti kalimat Yuki barusan, "Serius? Apa kita masih berkomunikasi?"
"Tentu" jawab Yuki dengan yakin, "lo akan selalu jadi sahabat gua, Sa"
Elsa tersenyum, "Pasti menyenangkan, gua gak sabar menantikan masa depan itu" ujar Elsa dia kembali menuangkan saus ke mangkuknya
Yuki hanya memperhatikan kuah bakso yang berubah menjadi merah gelap karena terlalu banyak saus yang di campur ke dalamnya.
Dreet.. dreet.. dreet
Ponsel Yuki bergetar sebuah pesan singkat dari sebuah nomor tidak dikenal, Yuki membuka pesan tersebut wajahnya kembali terangkat matanya memperhatikan sekitar lapangan seorang murid lelaki tengah berdiri di sana memberikan kode kepada Yuki.
Yuki melihat kode tersebut sejenak matanya melihat siswa tersebut sudah berjalan pergi, Yuki bangkit berdiri dari tempat duduknya dia izin ke Elsa karena tidak bisa menemaninya makan.
"Sa, gua pergi dulu ya"
"Lo mau ke mana?" tanya Elsa
"Uks kep.."
"Lo sakit?" sela Elsa dia nyaris berdiri saat Yuki mengatakannya
"Tidak, gua hanya sedikit pusing" ujar Yuki menyuruh Elsa untuk kembali duduk ke tempatnya
"Istirahat sebentar nanti gua juga sembuh kok"
"Mau gua antarin?" tawar Elsa yang segera dibalas gelengan kepala oleh Yuki
"Gua cuman butuh istirahat aja, lo gak usah khawatir" ujar Yuki mencoba menenangkan Elsa yang panik
Elsa mengangguk paham akhirnya dia membiarkan Yuki pergi sendirian meskipun ekspresi khawatir dari wajahnya belum sirna.
Yuki berada di atas sekolah di depannya sudah ada Iqmal yang menunggunya, Yuki tadi sengaja berbohong ke Elsa jika dirinya sakit karena Iqmal tidak ingin ada orang lain yang tahu. Yuki berjalan mendekati Iqmal yang berada di dekat pagar pembatas meskipun begitu Yuki masih memberikan jarak aman bagi mereka berdua.
"Ada apa?" tanya Yuki sesampainya dia
Iqmal terlihat canggung, dia menyodorkan kantong plastik berisi beberapa camilan dan minuman ke Yuki
"Lo mau?" tawar Iqmal terlihat berbasa-basi
Yuki melirik ke arah kantong plastik tersebut dia menggeleng, bukan karena isi camilan yang biasa dia temui di kantin namun Yuki tahu maksud Iqmal mengajaknya bertemu
"Kalau ini sebagai uang tutup mulut, tenang aja gua gak akan bilang ke siapa-siapa" ucap Yuki langsung ke intinya
"Eh.." Iqmal awalnya kaget mendengarnya namun akhirnya dia tertawa
"Gua emang ingin minta tolong lo untuk lakuin itu, tapi ini bukan uang tutup mulut gua cuman mau berbagi" jawab Iqmal dia menyodorkan kembali kantong plastik tersebut kepada Yuki
Yuki awalnya ingin menolak, tapi tidak sopan jika menolaknya kembali akhirnya dia mengambil ciki Taro yang ada di dalamnya. Iqmal hanya tersenyum melihat Yuki yang mau mengambil makanan itu
"Thank's" ujar Yuki
Iqmal memperhatikan Yuki yang sedang menikmati makanan tersebut, risih karena diperhatikan terus Yuki akhirnya bersuara
"Kenapa sih? Lo ngajak gua ke sini bukan pengen lihat gua makan kan?" sindirnya
"Lo cuman bilang 'thanks' aja" ucap Iqmal ragu-ragu, dahi Yuki terlipat tidak mengerti ke mana arah pembicaraan Iqmal
"Eh maksud gua, gak ada yang mau lo tanyain gitu?"
"Tentang apa? Lo yang kerja sambilan?" ucap Yuki santai Iqmal segera mengangguk patah-patah
Yuki menggeleng, "Gua gak akan tanya, tapi kalau lo mau cerita gua akan dengerin"
Iqmal hanya bisa mengangguk mendengar jawaban Yuki
"Kalau gak ada yang mau lo bicarakan lagi gua pergi" izin Yuki dia berjalan tanpa menunggu persetujuan dari Iqmal
"Iqmal thank's buat cikinya" teriak Yuki menunjukkan snack yang dipegangnya.
Yuki berjalan santai menuruni anak tangga sembari menikmati snack yang diberikan oleh Iqmal sebelumnya, sejujurnya ada hal yang ingin ditanyakan oleh Yuki kepada Iqmal tapi disatu sisi bukan sesuatu yang bisa dia tanyakan begitu saja terlebih lagi itu menyangkut privasi Iqmal sendiri.
Dreet.. dreet.. dreet..
Ponsel Yuki bergetar dia berhenti untuk melihat pesan singkat yang masuk, dahinya terlipat saat membaca isi pesan tersebut
[ Apa sih maksudnya? ]
Batin Yuki, ini merupakan pesan kedua yang dia terima dari nomor yang di rahasiakan dan sekali lagi Yuki tidak mengambil pusing dia memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku seragam sekolah. Yuki kembali berjalan menuju ruang UKS sepertinya kepalanya beneran pusing atau karma karena dia berbohong kepada Elsa.
***
Tahun 2039
Felicia berjalan cepat menuju ruangan dari Prof. Alfa, setibanya di depan ruangan tersebut dia membuka pintu dengan kasar membuat orang yang berada di dalam sempat terkejut dan kaget karena kehadirannya.
"Apa-apaan kamu!" bentak Prof. Alfa saat pintu ruangannya dibuka dengan sangat keras, tidak sopan menurutnya
Felicia berjalan cepat menghampiri Prof. Alfa yang sudah berdiri dari kursinya dia tidak memedulikan bentakkan Prof. Alfa sebelumnya. Felicia melempar amplop cokelat yang digenggamnya sedari tadi ke meja Prof. Alfa
"Apa ini ulahmu?" tuduhnya langsung ke inti poin kenapa dia datang ke sini
Prof. Alfa melihat amplop cokelat tersebut sekilas wajahnya yang semula penuh emosi karena Felicia dengan lancang masuk ke ruangannya tanpa permisi kini berubah tersenyum sinis melihatnya
"Jadi itu benar" dengusnya, "kamu adalah Yuki subjek penelitianku"
Di tempat lain Rich dan Yohan masih berada di dalam mobil mereka pergi menuju sebuah kota yang terkenal sebagai kota pelajar ada banyak universitas dan akademi di sana. Rich masih duduk di dalam kursi mobil dia matanya memperhatikan sebuah rumah sederhana yang berada di depannya.
"Lo mau turun?" tanya Yohan dia tidak menggunakan bahasa formal saat hanya berdua dengan Rich
"Lo yakin ini rumahnya?" tanya Rich untuk yang kesekian kalinya dan jawaban Yohan selalu sama dia hanya mengangguk dengan mantap jika rumah tersebut adalah yang sama dengan alamat yang tertera
Rich menghembuskan napas pelan, "Baiklah, duduk diam di sini aja tidak akan membuktikan jika data itu benar"
Rich turun dari mobil diikuti oleh Yohan mereka berdua melangkah masuk kedalam rumah yang terlihat sangat sederhana, saking sederhananya kamu bahkan bisa melihat anak tangga yang terbuat dari kayu terlihat sudah lapuk.
Rich dan Yohan menaiki anak tangga menuju pintu masuk awalnya mereka khawatir jika tangga tersebut roboh tapi setelah menginjakkan kaki mereka baru sadar jika rumah ini tidak sesederhana yang terlihat.
"Rumah ini hanya terlihat tua dari luar, tapi ternyata memiliki teknologi yang canggih" ujar Yohan menatap kagum
"Ini tempat persembunyian dan markas yang sangat bagus" sahut Rich, "tidak akan ada orang yang ingin datang ke sini, bahkan malingpun tidak akan berniat datang ke sini" tambahnya lagi
Yohan menyentuh handle pintu dan sebuah suara robot terdengar dari balik pintu tersebut
[ Maaf identifikasi data gagal ]
Yohan terlihat bingung dia menoleh kearah Rich meminta jawaban namun Rich juga tidak tahu dia mengangkat bahu sama tidak mengertinya.
***
Flashback sebelum semua terjadi
Tahun –
Elsa berlari mengejar profesor yang sudah berjalan cepat meninggalkan kelas dia terlambat dan bukan hanya terlambat lebih buruknya dia tertingggal mata perkuliahan penting hari ini.
"Professor Thomas, excuse me!" teriak Elsa memanggil nama dosennya tersebut.
Professor Thomas wait a minute" ujar Elsa mencegah langkah kaki dosennya, dengan napas terengah akhirnya Elsa berhasil menyusul.
Jalannya orang luar negeri itu bagaikan lari menurut Elsa disaat seperti ini mengingatkan Elsa kepada pelajaran olahraga yang tidak dia sukai.
"Elsa you are late in my college hour. I finished it minutes ago" ujar Profesor Thomas
"I'm so sorry, Prof" ucap Elsa menyesal dengan ketidakdisiplinannya
Profesor Thomas tersenyum ramah, "It's okay, at least i'm happy for you briliant project"
Elsa mengangkat kepalanya saat mendengar pujian tersebut itu artinya tugas untuk paper kuliahnya diterima dengan sangat baik.
"But Elsa-" wajah Profesor Thomas yang semula terlihat senang kini berubah ada gurat wajah khawatir yang terlihat
"You have to cancel the project!"
Bagai di hujam bebatuan besar saat Elsa mendengarnya baru beberapa detik yang lalu Profesor Thomas memuji hasil penelitiannya kini dia memintanya untuk menghentikannya
"Why?"
"Create another project" ucap Profesor Thomas tidak menjawab alasan kenapa dirinya harus mengganti proyeknya tersebut
"I'll give you good grade for your project" ucap Profesor Thomas menambahkan dia berlalu pergi dari hadapan Elsa.
Smartphonenya bergetar saat Elsa hendak protes dan kembali mengejar dosennya sebuah panggilan dari seorang teman yang dikenalnya dengan segera Elsa mengangkat panggilan tersebut
"Iya halo?"
terdengar suara bising dari seberang telepon namun Elsa masih bisa mendengar dengan jelas kalimat dari sang penelpon
"Aku terima tawaranmu" ucap Elsa mengakhiri panggilan telepon tersebut.
Flashback off