Yuki berjalan menuju sebuah pintu yang berada tidak jauh darinya hanya berjarak lima langkah namun entah kenapa jarak itu seakan sangat jauh darinya mungkin karena kakinya yang tidak ingin melangkah mendekati pintu tersebut.
Dibukanya pintu itu, terdengar suara derit pintu yang menyentuh indera pendengaran Yuki, jantungnya berdegup kencang, napasnya terasa sesak mungkin karena debu dan udara lembab yang ada di dalam ruangan tersebut pikir Yuki namun tentu saja itu hanya sebuah alasan yang dibuatnya karena sejujurnya bukan itu alasan yang tepat.
Ruangan yang berukuran kira-kira 2,5 meter x 3 meter berisi barang-barang yang sudah tidak terpakai, Yuki menyingkirkan beberapa barang yang menghalangi jalannya tangannya meraih salah satu lemari yang ada di dalam ruangan tersebut.
Dibukanya lemari itu di dalamnya terdapat sebuah box berukuran sedang berwarna coklat, Yuki meraih box tersebut dan membukanya. Wajahnya yang semula masih mencoba untuk tenang kini terlihat kecemasan di dalamnya
"Maaf" lirihnya
Tangannya menggenggam sebuah amplop yang berisi sebuah surat bagian depan tertulis namanya di amplop tersebut sebagai penerima namun tidak tertulis siapa pengirimnya meskipun begitu Yuki sudah tahu siapa orang yang akan mengirimkan surat ini kepadanya.
'Penerima: Yuki Myesha, Pengirim : -
Tahun 2036'
***
Tahun 2039
Rich berada di ruang kerjanya, jiwanya berada di sana namun pikirannya entah berada di mana setelah satu jam yang lalu dia berhasil masuk ke dalam ruangan rahasia milik Prof. Alfa rasanya seperti ada yang hilang dalam dirinya.
Suara pintu terdengar diketuk dari luar tidak lama kemudian Yohan muncul dari balik pintu membuat Rich sedikit bergerak membereskan dokumen yang ada di atas mejanya, hanya sekadar formalitas saja.
"Aku sudah menunda semua rapat hari ini" ujar Yohan memberi tahu
Rich mengangguk paham, "Baiklah, thank's"
Rich bangkit berdiri dia mengambil jas yang sebelumnya tergantung dan tablet tipis miliknya, Yohan yang melihat Rich akan segera pergi menahannya
"Kamu baik-baik saja?"
Rich tersenyum tipis sebagai jawaban dia menepuk bahu Yohan pelan lalu pergi meninggalkannya tidak habis akal Yohan berbalik dan bertanya kembali
"Gua bertanya sebagai teman" ujar Yohan membuat Rich menghentikan langkahnya
"Lo baik-baik saja?" tanya Yohan lagi mengulang pertanyaan yang belum terjawab
Rich menggeleng, "No. Gua merasa ada yang hilang dan gua gak tahu apa itu"
"Itu membuat gua gak nyaman dan membuat gua kesal" lirih Rich mengatakan kekhawatirannya kepada Yohan
Yohan menatap Rich, "Haruskah kita menemui Prof. Felicia?"
Rich menggeleng, "Bukan kita tapi gua!" jawabnya tegas membuat Yohan menatap kearah lain
"Yohan?"
"Ya?"
Rich berjalan menuju meja kerjanya dia membuka laci kecil yang berada di sana lalu mengambil sebuah postcard seseorang
"Cari semua informasi yang bisa lo dapatin-", Rich melirik ke arah postcard yang ada ditangannya
"-dari orang ini" perintah Rich kepada Yohan dia juga menyerahkan postcard tersebut, Yohan melihat postcard tersebut membuatnya menaikkan sebelah alisnya bingung, namun Yohan memutuskan untuk tidak bertanya apa pun meskipun Yohan tahu ada yang sedang Rich sembunyikan.
Yohan izin pamit pergi meninggalkan ruangan tersebut yang dibalas anggukkan pelan dari Rich, sepeninggalnya Yohan dari ruangan membuat Rich berpikir tentang apa yang sudah terjadi beberapa minggu ini.
"Masa depan, apa sudah berubah?" tanya Rich kepada dirinya sendiri
***
Tahun 2012
Selesai makan Elsa memutuskan untuk kembali masuk ke dalam kamarnya dia duduk di kursi dan bersiap untuk mempersiapkan materi keesokan harinya, asyik mempersiapkan segala hal untuk hari esok tatapan Elsa teralihkan oleh salah satu laci kecil.
Elsa mencoba membuka laci tersebut namun terkunci, penasaran Elsa akhirnya mencari kunci untuk membuka laci tersebut. Dia memeriksa beberapa pen holder dan desktop yang berada di atas meja belajarnya
"Di mana gua simpan kuncinya?" tanya Elsa masih sibuk mencari kunci dari laci tersebut
Karena terlalu serius mencari Elsa tidak sengaja menyenggol pen holder yang berada didekat tangannya membuat isi dari pen holder tersebut berhamburan dan saat itulah dia menemukan kunci yang dicarinya.
"Ternyata ada di sini" gumam Elsa, dia mengambil kunci tersebut dan merapikan kembali pena yang berjatuhan karena ulahnya.
Elsa mendekatkan kunci itu ke lubang kunci dia memastikan jika tidak salah mengambil, setelah dirasa cocok Elsa memutar kunci tersebut ke arah yang berlawanan
Klik
Suara kunci yang terbuka terdengar tanpa basa-basi dia segera membuka laci kecil itu untuk melihat isi di dalamnya. Ada banyak tumpukan kertas di dalam di pojok kertas tersebut terlihat sebuah angka sepertinya itu merupakan kertas hasil ujian miliknya.
Elsa mengambil beberapa kertas dari dalam laci dia melihat tulisan yang ada di sana sebelum akhirnya mendesah berat.
"Weekend ini akan sangat sibuk" lirihnya saat melihat banyaknya kertas yang sudah tidak terpakai menumpuk. Elsa mengambil lagi beberapa kertas dari dalam laci itu dan beberapa kali pula dia mengernyit setiap kali melihat hasil ujian miliknya yang mengenaskan.
"Hasil yang sangat bagus untuk tidak diperlihatkan ke anak-cucu" sarkasnya untuk dirinya sendiri saat melihat angka 3.5 tertulis di kertas dengan mata pelajaran Kimia
Elsa meletakkan kertas tersebut dan mengambil kertas yang lain hingga sebuah amplop tana sadar terselip di antara kertas ujian miliknya.
"Yuki?" dahinya terlipat saat melihat tulisan nama sahabatnya ada di amplop bagian depan sebagai penerima, Elsa membolak-balikkan amlo tersebut namun tidak menemukan sang pengirim surat tersebut.
"Ini punya Yuki, kenapa bisa ada di sini?" gumam Elsa bingung
***
Iqmal berada di ruangan khusus karyawan bersama dengan manager toko yang tengah memarahinya, wajah Iqmal tertunduk tidak berani menatap langsung manager toko tersebut.
"Ini pertama kalinya kamu bersikap seperti ini, apa ada masalah?" tanya manager toko tersebut
Iqmal menggeleng, "Gak bang"
Manager toko mendesah mendengar jawaban dari karyawannya itu, "Iqmal, kamu sudah ku anggap sebagai adik sendiri kamu tahu kan?"
"Iya bang"
"Kalau kamu ada masalah kamu bisa cerita ke saya, siapa tahu saya bisa bantu" tawar manager toko memberikan perhatiannya
"Maaf bang" jawab Iqmal dia masih menundukkan kepalanya
Manager toko semakin mendesah berat mendengar jawaban Iqmal yang singkat-singkat dan yang keluar hanya kata 'iya' atau 'maaf'
"Terserah deh" ucap manager toko akhirnya menyerah, "tapi abang gak mau ya kejadian ini keulang lagi. Jangan bawa masalah pribadi ke tempat kerja, kamu paham?"
Iqmal mengangguk pelan, "Iya bang"
"Yaudah sana kembali kerja lagi" suruh manager toko meminta Iqmal untuk kembali mengerjakan tugasnya.
"Baik bang, makasih" jawab Iqmal dia izin pamit keluar untuk kembali bekerja
Manager toko yang melihat Iqmal keluar hanya bisa memijit pelipisnya pelan.
Di luar beberapa teman kerja yang akrab dengannya menghampiri iqmal mereka penasaran apa yang terjadi di dalam, salah seorang rekan kerja pria mendekat dan langsung menanyainya tanpa basa-basi
"Gimana? Lo gak dipecat kan?"
Ptak!
Pertanyaannya barusan langsung mendapat pukulan oleh salah seorang rekan kerja wanita yang mendengarnya
"Awh, sakit tahu"
"Lagian lo itu kalau ngomong sembarangan bener" balas rekan kerja wanita membela diri atas tindakannya
"Gua cuman nebak, siapa tahu aja bener"
Rekan kerja wanita itu melotot kearah pria tersebut menyuruhnya untuk diam saja, iqmal yang melihat kelakuan kedua rekan kerjanya tersenyum tipis.
"Jadi gimana?" tanya rekan kerja wanita kali ini dengan mode serius dia sudah tidak memedulikan lagi rekan kerja pria yang masih mengaduh kesakitan
"Gak gimana-gimana, gua cuman daat teguran doang" ujar iqmal dia mencoba tersenyum kepada kedua rekan kerjanya
"Yakin?" tanya rekan kerja wanita itu lagi
Iqmal mengangguk mantap dia juga tersenyum agar terlihat lebih meyakinkan
"Syukurlah kalau gitu" ucap rekan kerja wanita ikut tersenyum mendengar jawaban dari iqmal
"Yaudah kita kerja" ucap iqmal mengalihkan pembicaraan, "atau bukan cuman gua nanti yang dipanggil tapi kalian berdua juga bakal dipanggil"
"Udah bubar yuk, kerja kerja" kata rekan kerja pria dia menarik lengan rekan kerja wanita agar menyingkir dan segera bekerja kembali
Rekan kerja wanita hendak memukul namun pukulannya melesat temannya itu seperti sudah menunggu reaksi tersebut dan bersiap untuk segera menghindar. Iqmal yang melihat tingkah kedua rekannya yang usianya lebih tua dari dirinya tidak habis pikir
"Gua yang anak SMA tapi mereka yang terlihat anak SMA" gumam Iqmal
Dreet..dreet..
Ponselnya bergetar iqmal melihat notifikasi yang muncul sebuah pesan yang membuat wajah iqmal terlihat sedih, iqmal memasukkan kembali ponsel tersebut ke dalam kantong celananya tanpa berniat untuk membalas pesan tersebut.
***
Rich berjalan menuju parkiran mobil dia merasa jika ada seseorang yang mengikutinya dari belakang dia mencoba berjalan pelan dan berhitung dalam hati lalu secara tiba-tiba Rich memutar badannya namun dia tidak menemukan siapa pun
Rich akhirnya berjalan kembali dia berpikir mungkin itu hanya perasaannya saja hingga akhirnya dia tiba di pintu mobil miliknya, saat Rich hendak membuka pintu mobil secara tiba-tiba seseorang mendorong pintu tersebut membuatnya kembali menutup
"Felicia?" ujar Rich saat mengetahui siapa orang yang telah melakukan hal tersebut
Felicia tersenyum, "Maaf, apa saya mengganggu anda?"
"Ada apa? Ada yang ingin kamu bicarakan?" tanya Rich tanpa basa-basi
Felicia membuka gadgetnya lalu menunjukkan kepada Rich sebuah video yang menampilkan dirinya dan yohan saat berada di rumah sederhana milik Felicia, Rich yang melihat video tersebut sempat terkejut namun dia masih bisa bersikap tenang seolah itu bukanlah hal yang salah
"Kamu ingin tahu apa yang aku lakukan di sana?" tebak Rich
Felicia tersenyum tipis mendengar perkataan Rich yang tidak terkejut dengan apa yang dia tunjukkan
"Aku tidak akan bertanya soal itu, mungkin karena aku sudah tahu jawabannya" ucap Felicia masih dengan senyuman di bibirnya
"Tapi aku justru ingin menawarkan sesuatu untukmu" ucap Felicia lagi menggantung kalimatnya membuat Rich penasaran
Rich meliat dahinya, "Menawarkan? Apa?"
"Kembali ke masa lalu"
"Hah?" Rich melotot tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Felicia, 'kembali ke masa lalu' 'dirinya?'