Tahun 2012
Bel pelajaran terakhir telah berbunyi menandakan pelajaran pada hari ini telah selesai murid-murid mulai berhamburan keluar kelas kali ini dengan tas di punggung atau pun di bahu mereka masing-masing, Elsa masih membereskan buku-buku miliknya untuk dia masukkan ke dalam tas
"Ayo!" ajak Yuki yang telah selesai terlebih dahulu
Elsa tersenyum dia menutup ritsleting tasnya sebelum menerima ajakan Yuki setelahnya dia bangkit berdiri menyusul sahabatnya tersebut.
"Let's go!" ujar Elsa merangkul lengan Yuki. Mereka berdua berjalan bersama meninggalkan kelas
Di sepanjang perjalanan mereka mengobrol apa saja yang sedang terjadi sembari berjalan santai bersama dengan murid lain yang juga akan pulang meskipun beberapa murid ada yang terlihat berjalan terburu-buru meninggalkan sekolah.
Elsa menghentikan langkah kakinya saat matanya melihat sebuah adegan drama pertengkaran yang selalu ada di dalam sinetron yang di tontonnya. Ekspresi wajahnya yang semula terlihat senang setelah membahas tentang penghuni baru di rumahnya mendadak berubah menjadi masam.
"Kenapa El?" Tanya Yuki menyadari jika ada perubahan ekspresi dengan wajah sahabatnya itu
Elsa terdiam dia tidak menanggapi pertanyaan Yuki membuat Yuki berinisiatif dengan mengikuti arah pandang yang dituju oleh Elsa.
Yuki memicingkan matanya sedikit berusaha melihat dengan lebih baik apa yang sedang dilihat oleh Elsa dengan focus
"Itu bukannya Iqmal dan Kalila kan?"
Elsa mengangguk, "Kalila kelihatan marah banget"
Sejenak Yuki terdiam lalu dia mengangguk saat melihat ekspresi wajah Kalila yang merah padam, suara pertengkaran mereka terkadang terdengar saat Kalila berteriak.
"Mungkin masalah hubungan, itu hal yang biasa terjadi kan" ujar Yuki menarik kesimpulan sendiri.
Elsa menoleh ke arah Yuki dia tersenyum tipis, mereka pun kembali melanjutkan perjalanan pergi dari tempat yang kini makin dipenuhi oleh para murid yang ingin menonton pertengkaran sepasang kekasih.
Di perjalanan menuju rumah Elsa lebih banyak diam dari biasanya mungkin karena pertengkaran yang baru saja dia lihat di sekolah atau karena hal lainnya.
"Lo baik-baik saja?" Tanya Yuki
Elsa melamun dia tidak menjawab pertanyaan Yuki
"Elsa!"
"I-iya?" ucap Elsa tergagap
"Lo gak apa-apa?" Tanya Yuki mengulang kalimatnya
Elsa mengangguk, "Kayaknya gua ketularan penyakit lo deh"
Yuki terkejut dia membalik tubuh Elsa agar menghadapnya dipegangnya kening sahabatnya itu
"Gak panas" ujar Yuki masih menempelkan telapak tangannya di kening Elsa
Elsa tertawa kecil melihatnya, "Gua bercanda kali"
Yuki yang mendengar jawaban itu seketika cemberut karena dikerjain oleh sahabatnya itu.
Dreet.. dret.. dreet
Ponsel Yuki bergetar dari balik saku Yuki yang awalnya ingin menjitak Elsa mengurungkan niatnya dia mengambil ponselnya ada sebuah pesan singkat dari seseorang dengan nomor yang dirahasiakan.
"Yuki ayo!" ajak Elsa saat angkutan umum yang akan mereka naiki telah tiba.
Yuki awalnya hendak membaca pesan tersebut namun dia justru kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku, dia pun segera mengikuti Elsa masuk ke dalam angkot.
***
Tahun 2039
"Ini aneh!" ujar Yohan saat melihat pigura besar tersebut
"Ulang tahun ke 17? Bukannya lo ngerayain itu di US bersama sama gua" komentar Yohan lagi
Rich mengangkat bahunya tidak tahu dia juga merasakan ada yang aneh dengan foto tersebut, dan yang membuatnya lebih aneh lagi dia tidak mengenal kedua gadis yang menghimpitnya di tengah
"Mungkin ini editan?" Tebak Rich
Yohan menggeleng, "Tidak. Gua bisa jamin ini bukan editan"
Rich melangkah mendekati pigura tersebut dia memperhatikan lebih detail foto berukuran besar yang terpajang itu.
"Lo yakin gak kenal mereka?" tanya Yohan meyakinkan, "mungkin aja lo lupa"
Rich menggeleng dia sangat yakin tidak mengenali kedua orang yang berada di dalam foto itu.
"Jangan-jangan ini efek dari time machine?" tebak Yohan membuat Rich teringat oleh sesuatu. Mereka berdua bergegas pergi dari rumah sederhana tersebut kembali menuju Jakarta.
"Kembali ke Jakarta sekarang!" perintah Rich saat dia sudah berada dikursi penumpang
Ditempat lain Felicia sedang membereskan file-file miliknya, dia mengambil tas selempang dan kunci mobil pergi menuju apartemennya
[ Jika Alfa tidak ingin Yuki kembali maka dia sendiri yang akan membawanya ]
Pikir Felicia tekadnya sudah bulat, mesin waktu ciptaannya juga nyaris selesai dia juga siap menerima semua risiko dari tindakannya ini. Felicia melajukan mobilnya keluar dari basement perusahaan tepat saat Felicia keluar mobilnya berpapasan dengan mobil yang dikendarai oleh Yohan.
"Bukannya itu mobil milik Pof. Felicia?" Tanya Yohan saat melihat mobil SUV berpapasan dengannya.
Rich yang semula sedang sibuk dengan gadgetnya mendadak mengangkat kepalanya melihat ke arah luar dari balik kaca mobil
"Dia mau ke mana?" gumam Yohan masih menyetir dengan kecepatan sedang membawa mobil yang di kendarainya masuk sedikit lebih dalam
Yohan mengerem mendadak saat mobil yang di kendarainya nyaris terparkir dengan sempurna di tempatnya.
"Jangan-jangan dia mau ke rumah itu?" tebak Yohan tanpa sadar di belakang, Rich dengan wajah merah menatap Yohan tajam, kepalanya terbentur kursi depan akibat dari tindakan tiba-tiba yang dilakukan oleh Yohan.
Yohan menoleh ke belakang dahinya terlipat, "Lo kenapa?"
"Gak apa-apa! Parkir yang bener" ucap Rich dengan nada dingin
"Lo gak mau ngikutin dia?"
Rich memegangi keningnya yang terkena benturan, kini ekspresinya lebih baik saat mendengar pertanyaan Yohan
"Gak perlu, itu bukan urusan gua" jawab Rich datar. Yohan kembali dengan kemudinya dia memarkirkan mobil tersebut ke tempatnya dengan sempurna
***
Prof. Alfa duduk terdiam otaknya tengah bekerja mengingat ucapan yang disampaikan oleh Felicia beberapa menit yang lalu.
[ Apa tadi aku salah dengar? ] gumamnya dalam hati
[ Tapi kenapa dia memanggilku dengan sebutan itu? ]
Suara pintu diketuk terdengar seorang pria muda dengan setelan jas lab berwarna putih masuk ke dalam ruangan, Prof. Alfa membereskan berkas saat pria tersebut masuk
"Ada apa?" Tanya Prof. Alfa saat pria tersebut telah tiba di hadapannya
Pria muda itu meletakkan sebuah amplop cokelat yang masih tersegel rapi di atas meja Prof. Alfa
"Ada kiriman" jawab pria muda itu
Prof. Alfa mengambil amplop cokelat yang diletakkan pria muda itu dia melihat nama dan alamat pengirim namun tidak ada informasi yang tertulis diamplop
"Tidak ada nama pengirimnya?" Tanya Prof. Alfa dia mengangkat kepala menatap pria muda itu
Pria muda itu mengangguk, "Iya prof, hanya tertulis untuk Alfa Anderson"
"Baiklah, terima kasih" ujar Prof. Alfa akhirnya, tanpa perlu disuruh pria muda itu keluar dari ruangan Prof. Alfa tugasnya untuk menyampaikan amplop cokelat itu telah selesai.
Pro. Alfa membuka amplop cokelat tersebut awalnya tidak ada apa pun di dalamnya sampai akhirnya Prof. Alfa membalik amplop cokelat tersebut hingga sebuah foto terjatuh dari dalamnya. Foto yang terlihat asing namun sangat familier dia seakan mengenalinya
Dalam foto tertulis sebuah angka yang terlihat agak samar menunjukkan tanggal dari foto tersebut diambil. Tidak terlihat begitu jelas tanggal berapa namun Prof. Alfa sangat yakin bahwa tahun yang tertulis di sana merupakan tahun pada saat dia kuliah.
"2016?"
***
Flashback
Awal dari semuanya terjadi
Elsa tengah serius dengan layar komputer yang ada di depannya, sesekali dia mengucek matanya untuk menghilangkan rasa kantuk. Sudah 48 jam dirinya tidak tidur hanya fokus dengan layar komputer yang ada di depannya.
"Sudah dua hari kita di sini, haruskah kita pulang sekarang?" Tanya seorang lelaki yang berada di belakangnya dia juga sedang melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan oleh Elsa, sibuk melihat layar komputer
Elsa menggeleng, "Tidak Al" jawab Elsa memanggil dengan nama panggilan lelaki itu, "kita harus selesaikan ini terlebih dahulu"
Lelaki yang dipanggil 'AL' oleh Elsa bangkit berdiri dia mengambil segelas kopi yang entah sudah ke berapa dia sudah tidak mengingatnya, Al meletakkan salah satu kopi yang dibawanya di atas meja Elsa
"Thank's" ujar Elsa tersenyum tipis namun matanya masih tetap fokus menatap layar
Al tanpa sadar memperhatikan Elsa tersenyum simpul
"Jika kamu bekerja serajin ini, kamu bisa dapat penghargaan sebagai ilmuwan ter-rajin di dunia" goda Al yang dibalas kekehan oleh Elsa
Al ikut tertawa lalu dia teringat kamera yang diletakkannya di dalam laci meja miliknya, dia mengambil kamera tersebut
"Bagaimana jika kita foto bersama?" usulnya tiba-tiba
Elsa mengernyit, "Seperti anak muda saja"
"Kita harus menjadikan ini sebagai kenangan" ujarnya dia meletakkan kamera di salah satu meja mengarah ke arah mereka berdua
"Katakan cheese!" ucapnya. Lampu kamera berkedip-kedip hingga akhirnya merekam foto mereka berdua dalam foto yang tersimpan tertulis sebuah tanggal ada hari foto tersebut diambil
00-00-2016
Flashback Off