Sementara taxi menuju tempat berkumpul, suami istri itu berada dalam pikirannya masing-masing.
Aryandra sedang berpikir bagaimana tanggapan teman-teman kantornya melihat dia mengajak Mindy, karena selama ini istrinya itu selalu menolak ikut dalam acara kantor. Mereka yang pernah bertemu Mindy juga mempunyai kesan yang kurang baik terhadap istrinya itu, menurut mereka Mindy tak ramah dan terkesan dingin. Padahal jika telah kenal dekat dengan istrinya itu mereka akan tahu betapa menyenangkan istrinya itu, dia cuma tak pandai bergaul karena rasa mindernya. Mereka juga yang selama ini selalu mencomblagi dirinya, seperti jika ada acara dimanapun posisi duduk mereka selalu diatur berdekatan atau kalau ada acara keluar kota mereka selalu mengusulkan dirinya dan Yoshita yang hadir. Mereka tahu Yoshita memberi perhatian yang berbeda kepada dirinya.
Mindy juga hanyut dalam pikirannya sendiri. Jelas-jelas Yoshita mengatakan kalau suaminya telah berpaling dari dirinya, mengatakan apa saja yang telah mereka lakukan. Tapi kini Mindy bukannya mundur tapi dia malah lebih maju membentengi suaminya.
"Ini tempatnya pak?" suara supir taksi itu membuyarkan lamunan mereka.
Aryandra melihat sekeliling lalu mengangguk begitu melihat bis yang akan membawa mereka.
Aryandra berjalan kearah teman-teman kantornya yang tampak sedang berkumpul, Mindy mengikuti di belakangnya berusaha sembunyi dari tatapan orang-orang yang didepan sana. Seperti itulah dirinya.
Aryandra merangkul pundak istrinya agar berjalan disisinya.
Sementara didepan sana teman-teman Aryandra mulai berbisik-bisik melihat kedatangan Aryandra membawa istrinya, sesuatu yang tak pernah terjadi.
" Dy, naik duluan ya cari tempat kita, aku masukin tas ke bagasi dulu " ujar Aryandra setengah bertanya sambil menatap wajah istrinya. Diberinya tatapan menguatkan ke istrinya, Mindy selalu merasa kikuk ketika berada ditengah orang yang tak dikenalnya.
"Ya, jangan lama Yan" jawabnya pelan.
Dengan kepala tertunduk dia naik kedalam bis, menuju barisan tengah yang kelihatannya masih kosong.
Mindy tersenyum pada wanita yang duduk di kursi sebelah, dengan tatapan menyelidik wanita itu membalas senyumannya.
"Mata teduh dan senyuman yang menarik" batin wanita itu.
Mindy hari ini memakai terusan tanpa lengan, memakai sepatu kets. Dia tak bisa lagi memakai jeans karena perutnya sudah mulai sesak ketika memakainya.
Sementara Aryandra diluar sana sedang menerima banyak ejekan.
"Gila kamu Ndra, gimana ntar kalau Yoshita datang, bisa gawat" ujar seorang temannya.
"Sebentar lagi orangnya juga datang"
" Kalah jauh istri kamu Ndra"
Aryandra mendengar celotehan mereka seperti angin lalu.
" Orangnya datang " salah satu dari mereka berbisik.
Mendengarnya, tanpa menoleh kebelakang Aryandra berjalan masuk kedalam bis.
Sementara Yoshita yang melihat laki-laki itu pergi seperti menghindar darinya sedikit mengerutkan kening.
" Tadi malam semua masih baik-baik saja, apa yang salah?" batinnya.
Aryandra melihat earphone sudah berada di telinga istrinya. "Dia sudah berada di dunianya" batinnya.
Duduk disamping istrinya, disandarkan kepala Mindy ke bahunya.
Mindy tersenyum dengan mata tetap terpejam.
Sementara Yoshita dibelakang melihat Aryandra tapi dia tak melihat Mindy. Yoshita berjalan kearahnya, berniat duduk disamping Aryandra yang dikiranya kosong.
" Dra...." kata- kata Yoshita terhenti melihat wanita yang duduk disamping Aryandra.
Rasa panas dari wajahnya yang bersemu merah mengalir ke dadanya.
" Berani sekali wanita ini" teriaknya dalam hati.
Tatapan mata mereka bertemu ketika Aryandra menoleh.
Yoshita memberi tatapan tak mengerti.
Sementara Aryandra hanya memberi tatapan datar.
Kalau Yoshita tak melangkah jauh untuk bertemu istrinya dan membongkar tentang hubungan mereka, mungkin Aryandra tak mengambil jalan ini.
Banyak mata yang melihat kearah mereka membuat Yoshita berjalan kembali mengambil tempat dua baris dibelakang Aryandra.
Pandangan Yoshita tajam ke arah Aryandra, memikirkan apa yang akan dilakukannya..