Tidak terasa, hari ini tepat 1 minggu Azam dan Isabel berada dirumah orang tuanya. Hari ini juga adalah hari terakhir mereka bersama Ali, karena nanti sore Ali akan dibawa kembali oleh orang tua Arav. Selama 1 minggu Isabel dan Azam merawat Ali dengan sangat baik. Mereka memberikan kasih sayang seorang ibu dan ayah untuk Ali. Meski hanya 1 minggu, Isabel tetap senang bisa menghabiskan waktu dengan anaknya, tapi ia juga sedih karena ini adalah hari terakhir dia merawat Ali.
Azam dan Isabel membicarakan ini semua dengan orang tua Isabel. Azam dan Isabel ingin Ali diasuh oleh mereka, tapi orang tua Isabel mengatakan itu sangat tidak mungkin, karena orang tua Arav sangat tidak mengizinkan cucunya dibawa pergi. Isabel sudah kehilangan harapan untuk merawat anaknya.
"Ibu, Bapak, carikan kami solusinya. Ayo, Bu, Pak, tolong lah Isabel! Isabel mohon, Isabel ingin terus bersama dengan Ali selamanya. Bagaimana mungkin seorang ibu harus dipisahkan dari anaknya. Itu sangat sulit untukku, Bu, Pak. Hatiku sakit harus berpisah kembali dengan putraku," terang Isabel. Isabel sudah menangis membayangkan Ali akan dibawa pergi jauh darinya. Ia harus kembali hidup tanpa anaknya, itu pasti akan sangat sulit.
"Maafkan Ibu dan Bapak, Nak. Tapi kami memang sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Ali akan dibawa oleh neneknya nanti sore. Kami sudah membujuk orang tua Arav, tapi hasilnya nihil," ucap Bu Karin.
"Sabar ya, Nak. Kamu tenang saja, nanti Bapak akan cari cara untuk mendapatkan Ali. Bapak akan berusaha sebaik mungkin untuk kebahagian dirimu dan anakmu," jelas Pak Heru.
Azam merasa kasihan kepada Isabel, ingin sekali Azam merangkul Isabel dan mengusap air matanya. Azam ingin menjadi sandaran untuk Isabel, tapi itu tidak mungkin, sudah pasti Isabel tidak akan suka dan akan marah besar padanya.
Bu Karin langsung memberikan pelukan untuk menguatkan Isabel, dia mencium kening Isabel dan menghapus air mata Isabel yang meluncur dipipinya.
"Sudah ya Sayang, jangan menangis terus, Nak. Ibu tidak ingin melihat kamu menangis. Ibu juga seorang ibu dari anak yang sangat Ibu sayangi. Bukan kah hatimu juga sakit saat dijauhkan dati anakmu? Itu juga yang Ibu rasakan saat melihatmu menangis, Nak," ungkap Bu Karin. Dia jadi ikut menangis bersama Isabel. Isabel langsung memeluk Bu Karin dengan sangat erat.
"Sekarang sebaiknya kamu temani Ali, bermain lah dengan Ali. Berikan kasih sayang seorang ibu untuk Ali," ucap Pak Heru.
Isabel menganggukkan kepalanya, dia segera melepas pelukan Bu Karin, kemudian mengusap air mata yang keluar dari mata ibunya. Isabel segera meninggalkan semua orang yang ada di sana. Dia menghampiri Ali yang masih tertidur nyenyak dikamarnya.
Isabel melangkahkan kakinya perlahan, pelan-pelan dia mendekat ketempat putranya tertidur. Dia mengusap punggung Ali dan menyelimuti tubuhnya, lalu Isabel memberikan kecupan sayang untuk Ali.
"Anak Mamah, tolong jangan pergi lagi, Nak. Mamah tidak bisa menerimanya. Mamah tidak ingin kamu jauh dari Mamah. Maafkan Mamah, dulu Mamah kurang memperhatikanmu. Mamah janji jika sekarang kamu tinggal bersama Mamah, Mamah akan memberikan kasih sayang yang sangat besar untukmu. Mamah sayang Ali," ucap Isabel.
Tak lama kemudian, Ali menggeliatkan tubuhnya dan menyingkirkan selimut yang ada ditubuhnya. Ali menguap dan mengerjapkan matanya, tapi dia masih belum mau untuk terbangun. Isabel kembali menyelimuti Ali, namun Ali kembali menyingkirkan selimutnya. Sepertinya Ali tidak suka ada selimut yang melekat ditubuhnya. Isabel mengerti dengan ketidak inginan Ali, dia membiarkan Ali melakukan apapun yang ia inginkin.
Beberapa saat kemudian, Azam masuk kedalam kamar menyusul Isabel. Azam melihat Isabel sedang mengelus-ngelus rambut Ali. Azam tahu, pasti Isabel sangat berat untuk berpisah dari anaknya, karena Azam pun sangat sedih jika mengingat Ali akan dibawa pergi dari mereka.
Azam pun ikut duduk bersama Isabel diatas tempat tidur. Azam kemudian memperhatikan Ali dan menciumnya. Isabel membiarkan Azam melakukan hal itu.
"Isabel, jangan bersedih. Kamu harus sabar," tutur Azam.
"Mas Azam bisa berkata seperti itu, karena Ali bukan anaknya Mas Azam. Jadi Mas Azam merasa biasa saja saat Ali akan pergi. Tapi aku ibu kandungnya, Mas. Aku tidak bisa jauh dari anakku," kesal Azam.
"Meskipun Ali bukan anak kandung, Mas, tapi Mas sudah menganggap Ali seperti anak kandung sendiri. Mas sangat menyangi Ali, Mas juga sedih Ali akan dibawa pergi dari kita," jelas Azam.
Isabel hanya diam saja menanggapi perkataan Azam. Dia masih tidak yakin bahwa Azam menyayangi anaknya dan menganggap Ali anak kandungnya.
Saat Azam dan Isabel sudah terdiam membisu, Ali mulai membuka matanya perlahan dan terbangun dari tidurnya.
"Mamah, Papah," ucapnya.
"Sayangnya Mamah udah bangun," sahut Isabel.
Ali segera terbangun dan duduk dipangkuan Azam. Dia menyenderkan tubuhnya dibadan Azam, itu sudah jadi kebiasaan Ali saat bangun tidur.
"Ali, ayo kita mandi dulu, Nak," ucap Isabel.
"Ali mau mandi sama Mamah dan Papah," terang Ali. Azam dan Isabel hanya saling lirik saja sebelum dia menyetujui keinginan Ali.
"Iya sayang, Ali akan mandi bareng Mamah dan Papah," ucap Isabel. Azam terkejut Isabel akan menyetujui hal itu.
"Isabel," ucap Azam ragu.
"Sudah lah, Mas, tak usah banyak bicara," tutur Isabel. Isabel mengambil Ali dari pangkuan Azam dan menggendongnya.
"Papah, ayo ikut bersama Ali dan Mamah kekamar mandi," titah Ali. Azam pun mengikuti mereka berdua.
Saat ini Azam dan Isabel memandikan Ali bersama-sama.
"Mamah dan Papah tidak ikut mandi? Kenapa bajunya tidak dibuka seperti, Ali?" tanya Ali polos.
"Tadi Mamah dan Papah sudah mandi, Nak. Masa harus mandi lagi, nanti kami sakit kalau mandi terus," terang Isabel.
"Oh, ya udah deh, Ali saja yang mandi," pasrah Ali.
"Nah gitu dong, Nak. Ali sekarang udah selesai mandinya, tinggal pake baju," ucap Isabel.
Azam dan Isabel pun membawa Ali kedalam kamar kembali. Azam segera mengambil handuk kecil dan mengeringkan tubuh Ali. Lalu Isabel memberikan minyak kayu putih ditubuh Ali dan membaluri tubuhnya dengan bedak. Isabel pun mengambil pakaian Ali dari dalam lemari.
"Biar Mas saja yang memakaikannya," ucap Azam. Isabel mengangguk menyetujui permintaan Azam. Azam memakaikan baju ditubuh Ali.
Setelah selesai Ali segera berhambur memeluk ibunya, Isabel membalas pelukan Ali dengan penuh kasih sayang.
"Mamah, Papah, coba cium pipi Ali, Ali sudah sangat wangi," ucap Ali. Lalu Azam dan Isabel pun memcium Ali secara bersamaan.
"Mmm ... wanginya anak Mamah. Wangi sekali," tutur Isabel.
"Papah, Ali wangi, ga?" tanya Ali kepada Azam.
"Jelas wangi dong, Sayang. Papah jadi ingin mencium Ali terus-terusan," terang Azam. Ali senang dibilang wangi oleh Azam dan Isabel, dia menjadi kegirangan.
"Yeay ... Ali wangi, kata Mamah dan Papah, Ali wangi, hore ..." riang Ali, dia bertepuk tangan dengan hebohnya. Azam dan Isabel senang melihat Ali begitu gembira.