Chereads / Jangan panggil aku Pelacur / Chapter 2 - Awal Mula

Chapter 2 - Awal Mula

Lelaki itu manatap Fanya dengan mangangkat satu alisnya.

"Untuk wanita sepertimu, saya rasa tidak akan sulit untuk mengganti rugi atas baju saya yang basah." ucapnya dengan senyum licik.

"Maksut Bapak?" Fanya masih bingung.

"Ikut saya. Biar saya kasih tau apa maksutnya" ucap lelaki itu.

Fanya hanya menurut saja tanpa sedikit pun curiga. Lelaki itu membawa Fanya menghadap sang bos.

"Maafkan atas kelalaian pelayan saya Tuan muda" ucap seseorang yang adalah bos dari Fanya.

"Tidak masalah. Asalkan dia bersedia untuk mengganti rugi." ucap lelaki itu dengan entengnya.

"Bagaimana mungkin pelayan saya bisa mengganti rugi baju Tuan muda!" seru bos Fanya.

"Itu perkara yang gampang. Saya akan boking dia besok malam. Tugas kamu besok kosongin jadwal kerja dia" ucap lelaki itu lalu dengan langkah tegapnya ia pergi meninggalkan Fanya dan bosnya.

"Fanya kamu dengar sendiri kan! besok kamu harus siap menuruti apa kemauan Tuan muda tadi, kamu mengerti!" ucap Sang bos.

"Maaf Pak, saya tidak bisa. Apa tidak ada cara lain untuk mengganti rugi Pak? saya hanya tidak sengaja menumpahkan minum pada bajunya Pak, dan baju itu masih bisa di cuci!" ucapnya memohon belas kasihan dari sang bos.

"Ada cara lain. Kamu harus mengganti rugi sesuia nominal yang Tuan muda sebutkan, apa kamu sanggup? dia tidak pernah main-main dengan ancamannya" jelas sang bos.

"Tapi ini tidak adil buat saya Pak. Saya hanya tidak sengaja, dan saya harus mengganti rugi dengan melayani dia?"

"Saya tidak peduli, kamu telah membuat club saya rugi. Dan kamu harus tanggung kerugian itu. Tuan muda itu bisa saja nanti melakukan hal yang akan merusak club saya ini, dan saya tidak akan pernah membiarkan itu terjadi!" ucap.sang bos kemudian melangkah pergi.

Dada Fanya terasa sesak."Oh Tuhan cobaan apa lagi ini. Apakah ini akhir dari hidupku, atau bahkan ini baru pemulannya. Tuhan lindungi aku, selamatkan aku dari orang berkuasa itu." air mata Fanya pecah. Ia sudah tidak sanggup lagi rasanya untuk meneruskan hidupnya.

"Ayah! jemput Fanya Yah, Fanya tidak sanggup lagi untuk menjalani hidup Fanya ini." gumamnya.

Fanya menatap kosong ke arah depan. Jalanan yang biasa ia lewati sehabis pulang kerja, ia hanya bisa berpasrah dengan keadaan tanpa bisa melakukan.

"Ibu" bahkan untuk meninta tolong pada ibunya saja Fanya tidak bisa. Ia rasa hanya percuma, karena ibunya pun tidak akan membantunya.

Ia seorang diri di kota yang membesarkannya. Ia seperti tidak punya siapa-siapa, bahkan sekedar untuk menyadarkan kepalanya dan mendengarkan curhatanya.

Tidak terasa langkahnya membawa ia kembali ke kosnya. Ia kemudian masuk dan langsung menuju kamar yang menjadi saksi bisu perjuangannya beberapa minggu ini.

Ya, di saat dimana dirinya mulai menerima takdirnya tapi justru masalah lain menimpanya. Ia seperti tak sanggup untuk berdiri, bahkan bernafas pun sekarang sungguh sangat berat.

Fanya hanya menangis, menyesali takdirnya yang begitu kejam. Ia terus menangis sampai ia tertidur.

Jika ada manusia yang tidak mempunyai hati sepertinya, Apakah mereka bisa di sebut seperti binatang? sedangkan binatang saja terkadang masih punya hati untuk membalas kebaikan tuannya yang telah merawatnya.

Fanya tidak benar-benar terlelap dalam tidurnya. Ada guratan di jidatnya menandakan bahwa hatinya sedang gelisah. Air matanya terus mengalir dari sela-sela matanya.

Pagi menjemput, dinginya pagi menembus sampai tulang Fanya. Bagaimana tidak, ia tidak punya cukup uang untuk membeli sebuah kasur untuk alas tidurnya.

Sedangkan ibu kos hanya menyediakan tikar sebagai alasnya tidur. Bahkan bantal yang ia gunakan adalah tasnya yang berisi pakaiannya.

Sungguh ... sungguh sangat tragis hidup yang di alami Fanya saat ini. Tidak adakah seseorang yang iba melihat penderitaannya ini, hingga seorang penguasa justru malah menutup matanya.

Hari ini Fanya memutuskan untuk tidak pergi ke sekolah. Tidak mungkin ia pergi ke sekolah dengan keadaan yang sangat kacau seperti saat ini.

Ia memutuskan untuk beristirahat saja. Ia masih memikirkan bagaimana nasibnya nanti malam. Ia tidak sanggup jika harus merelakan tubuhnya untuk di nikmati lelaki itu. Bahkan namanya saja Fanya tidaj tau, bagaimana bisa lelaki itu yang justru akan mengambil mahkotanya.

"Aaaaaaaa,, aku harus bagaimana?" teriaknya frustasi.

Dia ingin berniat kabur namun itu tidak lah mungkin. Bosnya pasti akan mengejarnya sampai di lubang semut sekali pun.

Ohh astaga... Bahkan bosnya sendiri tidak memiliki belas kasihan sama sekali terhadapnya. Ini benar-benar gila! Fanya harap ini hanya lah mimpi buruknya.

Namun setelah Fanya mencoba mencubit kulit tangannya, Fanya merasakan sakit. "Ini bukan mimpi! tapi kenyataan pahit yang harus ia hadapi" ucapnya.

Sementara di kantornya Deka sedang asyik memilih-milih gaun di aplikasi jual beli online pada ponselnya.

Ia berencana untuk mengirimkan gaun itu ke club malam yang ia datangi tadi malam. Bibirnya menyerigai menampakkan senyum licik.

"Apa kemarin dia bilang? masih anak sekolah. Cihhh sngat tidak mungkin." ucapnya.

Ia sudah tidak sabar untuk menjamah mainan barunya yang ia yakin masih belum buka segel.

Deka tidak sabar untuk hari ini agar cepat berlalu dan malam pun datang, agar ia bisa segera memainkan mainan barunya.

Fanya membersihkan dirinya, matanya masih saja sembab meskipun ia sudah berkali-kali mencuci mukanya. Mungkin itu adalah efek dari semalaman ia menangis.

Teman-temanya mengirim pesan untuknya.

Susi : Fanya kenapa hari ini kamu tidak datang ke sekolah? kamu baik-baik saja kan.

Lama Fanya memandang pesan dari Susi. Namun setelah beberapa menit akhirnya ia membalasnya.

Fanya : Aku hanya sedikit kecapekan. Hanya butuh istirahat saja.

Send

Tidak lama kemudian Susi membalas.

Susi : Okelah, selamat istirahat. Jaga kesehatanmu Fanya aku menunggumu kembali bersekolah.

Fanya : Terimakasih atas perhatianmu Susi. Aku pasti segera kembali.

Susi adalah satu-satunya sahabat Fanya di sekolah. Segalnya tentang Fanya susi tau, karena Fanya selalu menceritakan padanya.

Makanya tidak heran jika Susi langsung menanyakan alasan Fanya hari ini tidak masuk sekolah. Susi hanya ingin melihat keceriaan sahabatnya itu kembali setelah hilang beberapa saat.

Susi tau betul bagaimana drastisnya perubahan hidup yang di alami Fanya. Dari dia yang dulu selalu di manja oleh sang Ibu sampai dia di usir dari rumahnya.

Susi yakin Fanya adalah wanita yang kuat. Dan ia sebagai sahabatnya akan selalu menyemangatinya.

Setelah berkirim pesan dengan Susi, tidak terasa kini langit sudah berganti gelap. Menandakan bahwa hari telah bergabti malam. Dan itu tandanya sebentar lagi detik-detik dimana masa depannya akan hancur. Membayangkan saja rasanya Fanya tidak sanggup. Ia mengambil tas slempangnya dan berlalu menuju club tempantnya bekerja.

Hallo semoga suka yaa..

Follow Ig Author : DoraemonCantik337

Di sana akan banyak quotes-quotes keren.

Selamat membaca, semoga menghibur.