Chereads / Jangan panggil aku Pelacur / Chapter 6 - Pacar Pura-pura

Chapter 6 - Pacar Pura-pura

Pacar Pura-pura

Tidak semua iramg yang bekerja di diskotiik itu semua pelacur. Bisa saja mereka itu hanya terpaksa karena tidak ada pekerjaan lain bukan.

Jadi jangan permah menilai seseorang itu dari pekerjaannya. Karena bisa jadi yang bekerja kantoran justru lebih parah dari yang bekerja di di diskotik.

"Andai saja Ayah itu masih ada, aku yakin kalau hidupku tidak akan seperti sekarang ini. Ayah ayah pasti akan melindungiku dari orang-orang jahat yang berusaha mencekakaiku," ujar Fanya.

Di dalam rumah besar seperti yang Fanya tinggali saat ini adalah impian semua orang. Namun itu tidak bagi Fanya. Baginya lebih baik ia tinggal di kos-kosan kecil dengan beralaskan tikar dan tas berisi vaju sebagai bantalnya dari pada tinggal di rumah besar namun kehilangan kebebasannya.

Saat ini Fanya bak tahanan yang bisa di perlakukan seperti apa pun oleh si penahan.

"Oh Tuhan, tidak pernah ku bayangkan jika hidupku ini akan seperti ini. Aku tidak bisa membayangkan betapa hancirnya hidupku saat ini Tuhan, tolong kasihanilah aku dan bebaskanlah aku dari sini!" ucap Fanya.

Deka baru saja pulang dari bekerja, maka yang Fanya lakukan adalah segera berlari ke kamar yang sudah di sedika untuknya dan langsung menutup pintunya.

"Tidak, ini tidak mungkin terjadi. Aku tidak bisa mwmbayangkan bagaimana jadinya kalau cowok stres itu berbuat hal-hal yang tidak senonoh. Oh Tuhan lindungilah Fanya," ucapnya lagi. Namun kali ini terdengar sangat lirih dengan linangan air mata.

"Fanya, keluar kamu atau aku akan mendobrak pintunya," ujar Deka dari luar kamar yang Fanya tempati.

"Dalam hitungan ketiga kamu tidak membuka pintunya, saya benar-benar akan mendobraknya dan lihat saja apa yang akan saya lakukan terhadap kamu!" ujar Deka.

Fanya yang ketakutan akhirnya pun membuka pintu kamarnya.

"Ma … mau apa kamu," ujar Fanya dengan suara yang bergetar.

"Saya mau nanti malam kamu temenin saya," sahut Deka.

"K … kemana?" tanya Fanya masih dengan suara bergetar.

"Ikuti saja perintah saya dan jangan banyak tanya!" ujar Deka dengan tatapan nyalangnya.

"Baik," jawab Fanya. Gadis itu kini sudah bisa menetralkan suaranya.

Setelah itu Deka keluar dari kamar Fanya.

"Gue mau di ajakin kemana ya, tuh kan jadi parno gue mikirnya!" ujar Fanya.

Sementara Deka masuk ke dalam kamarnya dan berganti baju. Ia rupanya sudah tidak sabar untuk bermain-main dengan Fanya.

"Gadis yang masih sangat polos," ujar Deka dengan serigai.

Fanya sudah selesai berganti baju sesuai dengan perintah Deka. Meskipun gadis itu sedikit tidak nyaman dengan pakaian yang di kenakannya saat ini namun ia harus tetap memakaianya.

"Kenapa sih gue gak bahagia, udah di usir dari rumah sekarang malahan gue harus terjebak dengan lelaki sombong itu," oceh Fanya.

Ia tidak tau akan seperti apa nasibnya, namun yang jelas sampai saat ini Fanya masih bersyukur karena ia masih bisa menjaga dirinya meskipun tidak menutup kemungkinan kalau Deka akan berbuat yang tidak senonoh kapan pun ia mau.

"Fanya, sudah siap?" tanya Deka dari balik pintu.

Sengaja memang kamarnya Fanya kunci karena ia takut kalau sampai Deka masuk tiba-tiba.

Tuh kan fikiran Fanya benar-benar parno!

"Sudah Pak," sahit Fanya.

Ia pun kemudian membuka pintu kamarnya, dan betapa terkejutnya Deka karena tanpa polesan make up yang tebal Fanya justru kelihatan sangat cantik.

"Buset, cantik juga nih cewek!" ujar Deka dalam hati.

"Pak … bapak, Hellow!" ucap Fanya.

"Ayo sekarang kita berangkat, kita sudah hampir terlambat!" ujar Deka yang tanpa melirik lagi pada Fanya.

"Mau kema-" ucapannya terpotong.

"Sudah jangan banyak nanya, ikuti saja perintah saya!" tegas Deka.

"Baik Pak," sahut Fanya.

"Dasar cowok aneh," omel Fanya dalam hati.

"Masuk ke dalam mobil, cepat!" perintah Deka.

"Baik Pak," sahut Fanya.

Gadis itu hanya bisa berucap demikian. Karena untuk melawan Deka ia sama sekali tidak punya keberanian.

"Kamu sudah makan?" tanya Deka.

"Sudah Pak," jawab Fanya.

"Cihh, tumben sekali dia perhatian!" uhar Fanya dalam hati.

"Ya sudah kalau begitu kita tidak usah mampir di Restoran kalau begitu," tukas Deka.

"Memangnya sebenarnya kita mau kemana Pak?" tanya Fanya.

Gadis itu memberanikan dirinya untuk bertanya pada Deka. Ia sangat penasaran sekali mau di bawa kemana ia oleh Deka.

"Saya tadi sudah bilang kan kalau kamu tidak usah banyak bertanya, bisa!" sentak Deka.

"Bi … bisa Pak," sahut Fanya dengan suara gemetar.

Baru saja Fanya memuji Deka perhatian, eh mode galaknya udah kumat aja.

"Emang ya makhluk aneh, orang tanya baik-baik eh situnya malahan nyolot!" gumam Fanya lirih.

"Ngomong apa kamu barusan?" tanya Fanya.

"Enggak Pak, saya cuma sedikit mengantuk saja," jelas Fanya.

"Minum ini," perintah Deka.

"Ini apa Pak?" tanya Fanya.

"Bisa gak kalau kamu itu gak usah kebanyakan tanya," tegas Deka.

"Maaf Pak," ucap Fanya.

Rasanya Fanya akan memukul muka lelaki di depannya ini. Dari semajak di rumah Fanya merasa kalau lelaki itu sangat menyebalkan.

"Turun, kita sudah sampai!" ujar Deka.

"Baik Pak," sahut Fanya.

"Ingat, nanti kamu mengaku sebagai pacar saya. Dan kalau orang tua saya tanya kapan kita akan menikah kamu jawab saja satu atau dua tahun lagi, gitu ya!" tegas Deka.

"Baik Pak," sahut Fanya lagi.

Gadis itu sekarang paham, ternyata ia di ajak ke Rumah orang tua Deka dan di suruh jadi pacar pura-puranya Deka.

"Waduh, sembarangan aja ini cowok dia kora gue apaan," batin Fanya.

"Kenapa masih berdiri di situ? Ayo masuk!" ajak Deka.

Fanya pun hanya mengangguk dan mengikuti langkah Deka.

Rumah orang tua Deka tidak kalah mewah dengan Rumah Deka. Cuma kalau rumah orang tua Deka ini lebih luas.

"Hay Ma Pa!" sapa Deka.

"Deka, akhirnya kamu pulang bawa calon juga. Kamu tau gak Mama itu udah gak sabar melihat kamu menikah dan segera memberikan Mama cucu!" ujar Marini mama Deka.

"Iya Ma, nanti kalau Deka udah siap pasti Deka akan langsung nikah kok," sahut Deka.

"Kenalin Om, Tante saya Fanya!" ucapnya.

"Cantik sesuai dengan wajahnya, sini duduk sama Mama!" sahut Marini.

"Terimakasih Tan," ucap Fanya.

"Kenapa kalian tidak langsung melangsungkan pernikahan saja?" tanya Robert ayah Deka.

"Saya masoh seko-" ucapan Fanya terpotong. Buru-buru Deka menyelaa ucapan Fanya.

"Fanya belum siap Ma," sela Deka.

"Nunggu apa lagi, ayolah Mama itu sudah tidak sabar ingin menimang cucu atau jangan-jangan kamu gak kasihan ya sama Mama Deka!" ujar Marini.

"Bukannya gitu Ma, tapi menikah itu kan bukan persoalan yang mudah. Semua juga perlu persiapan yang mapan!" sahut Deka.