Chereads / Jangan panggil aku Pelacur / Chapter 7 - Mabuk

Chapter 7 - Mabuk

Di minta segera menikah

Lelaki dengan tubuh tegak itu kini berjalan memasuki rumahnya. Hari ini ia.sengaja pulang lebih awal dari Kantormya karena ia akan pergi ke Bar untuk bersenang-senang dengan teman-temanya.

Rasanya kepalanya saat ini mau pecah kala mengingat permintaan ibunya yang ingin ia segera menikah.

"Mama kenapa maksa benget sih buat aku segera menikah. Emang dia filir menikah itu persoalan yang mudah apa," tuturnya.

"Den Deka sudah pulang?" tanya Bi Asih asisten rumah tangganya.

"Iya Bi, saya ada urusan. Oh ya Fanya dimana Bi?" tanya Deka.

"Nom Fanya sedang berada di Taman belakang. Katanya ia mau belajar karena besok ada ulangan," jelas Bi Asih.

"Ya sudah kalau begitu biarkan saja dia belajar," ujar Deka.

Lelaki itu kemudian berlalu dan ke kamarnya.

Sampai di Kamarnya Deka langsung merebahkan tubuhnya pada kasur empuk miliknya.

"Gue harus gimana, pasti kalau ketemu sama Mama lagi unjung-ujungnya gue akan di paksa buat menikah," ucapnya.

Lama Deka mimikirkan hal itu, dan tiba-tiba saja dering ponselnya berbunyi.

"Apa?" tanyw Deka ketus.

"Wahh parah lo, kita semua udah ngumpul di tempat biasa lo di mana sih?" tanya Gabril salah satu teman Deka.

"Gue masih di rumah, bentar lagi gue akan kesana!" tukasnya.

"Oke, buruan kita udah nungguin!" ucapnya.

"Sabar ngapa Brow, gue juga lagi di jalan ini," sahut Deka.

Mendapatkan penekana dari ibunya terus-terusan agar dia segera menikah pada kenyataannya justru membuat Deka bingung harus berbuat apa.

Nyatanya gadis yang di kenalkan pada ibunya adalah gadis cupu yang bahkan masih SMA.

"Udah gila apa kalau gue harus nikah sama dia, bisa hancur martabat gue sebagai laki-laki!" cetus Deka.

Mobilnya kini telah meesat memasuki basecamp tempat ia dan teman-temannya biasa nongkrong.

"Waduh-waduh, seru juga ini obrolan kalian," ujar Deka.

"Udah sampai lo, lama banget si," cerca Gabril.

"Gue lagi pusing Brow," ujar Deka.

"Yaleah, emangnya lo pusing karena apa. Udah kaya mikr mau merid aja lo," sahut Rivan.

Rivan adalah teman Deka yang paling susah kalau di ajak ngomong serius. Kebanyakan bercanda tapi dia oranngnya asyik.dan kocak.

"Emang iya, gue mau merid!" ujar Deka.

"Apa?" tanya Gabril terkejut.

"Woles aja woi, kaya habis dengar kabar apaan aja langsung berjingkat gitu," ucap Deka.

"Ya habisnta gimana ya Brow, ini merid lo gak main-main. Lo yakin udah matap mau merid?" tanya Gabril.

"Ya mau gimana lagi, nyokap gue maksa gue buat cepet-cepet nikah mulu. Ya lo tau sendiri lah kalau gue itu sama sekali belum mau nikah. Ya kali gue terikat dengan satu cewek mana bisa gue," jelas Deka.

"Terus lo mau nolak?" tanya Rivan.

"Nah itu dia yang gue masih bingung.gue gak bisa gimana-gimana kan, iya kalau gue bisa nolak, kalau nyokap ngancem gue lagi gimana?" tanya Deka.

Ia berharap sohib-sohibnya itu bisa memberikan saran.

"Gue punya saran buat elo Dek," ujar Rivan.

"Saran apaan? Jangan-jangan sesat lagi saran elo entar," sahut Deka.

"Ya ini sih kalau lo mau pakek saran dari gue ya, ya habis gimana ya kalau menurut gue sih mending elo ikutin aja kemauan nyokap lo, kasian dia udah ngebet kepengen nimang cucu!" ujar Rivan.

"Tuh kan apa gue bilang, kalau sarannya itu dari elo udah pasti sesatnya," ucap Deka.

"Tapi bukan itu yang gue maksit Deka, dengerin dulu ngapa," protes Rivan.

"Ya udah gue dengerin, memangnya apa saran dari lo!" sahut Deka.

"Jadi tuh gini, di rumah elo kan lagi ada cewek abg itu siapa namanya yang waktu itu lo ceritain ke gue. Nah lo nikah aja sama dia," ujar Rivan.

"Lo udah gila apa gimana sih, dia itu jelas-jelas bukan tipe gue banget!" ucap Deka.

"Ininikahnya dadakan brow, lo gak perlu lah mencari yang tipe lo itu. Memangnya lo mau kalau di pecat dari warisan keluarga?" tanya Rivan.

"Yang di bilang Rivan itu ada benarnya juga Dek, kan ini pernikahan hanya sementara. Dan lo bisa membuat surat perjanjian dengan gadis itu," tambah Gabril.

"Lo benar juga sih, kayaknya gak ada salahnya juga kalau gue cobain saran dari Rivan," sahut Deka.

Satu-satunya jalan memanglah menikah dengan Fanya. Karena dengan begitu Deka akam aman dan tetap mendapatkan hak warisnya.

"Thanks banget saran dari kalian, gue pasti akan langsung mencobanya!" ucap Deka.

Deka kemudian menuang cairan bewarna merah gelap itu ke gelas dan langsung meneguknya.

"Yang pasti sekang kita bersenang-senang dulu," ucap Deka.

"Yoiii." Gabril dan Rivan pun kemudian melakukan hal yang sama.

Fanya terlihat sedang mondar-mandir di ruang tamu. Gadis itu sudah seperti menunggu suaminya yang belum juga pulang.

"Tumben banget sih dia belum balik juga," ujar Fanya.

Dan anehnya Fanya kenapa bisa sekawatir ini. Padahal biasanya dia cuek saja mau Deka pulang atau tidak.

Apakah gadis itu sudah mulai jatuh hati pada Deka?

"Amit-amit, jangan sampai gue suka sama cowok berhati iblis kaya dia!" ujar Fanya.

Gadis itu pun kemudian memutuskan untuk kembali ke kamarnya.

Namun baru beberapa langkah ia dari ruang tamu, tiba-tiba terdengat bel rumah itu berbunyi.

"Siapa sih malam-malam gini bertamu, ganggu orang mau istirahat saja. Karena kalau itu Deka tidak mungkin menekan bel karena lelaki itu pasti sudah membawa kunci sendiri.

Dengan langkah malas Fanya pun membalikan badannya dan membukakan pintu.

"Ada apa ini?" tanya Fanya yang melihat Deka sudah di papah oleh dua laki-laki yang tidak di kenalnya.

"Gue Rivan dan ini Gabril, kita temannya Deka!" ujar Rivan.

"Lo ngapain pakek kenalan segala sih, buruan bawa Deka ke kamarnya. Lo pikir ini gam berat," geram Gabril.

Fanya kemudian membuka pintunya lebar-lebar agar kedua orang yang mengaku sebagai teman Deka itu bisa segera masuk dan membaringkan Deka ke kamarnya.

"Kita balik duluan, lo tolong rawat Deka ya soalnya dia mabok berat," pinta Gabril.

"Haduhhh, udah ngantuk berat ini malahan di suruh ngurusin orang mabok," protes Fanya dalam hati.

Fanya perlahan mulai membuka baju Deka. Bau alkohol yang menyengat membuatnya beberapa kali bersin-bersin.

"Aduh Pak, habis berapa botol sih sampai menyengat gini bau Alkholnya," tukas Fanya.

"Panas-panas," ujar Deka di sela-sela ia tak sadarkan diri.

"Bapak mau kompres?" tanya Fanya.

Deka hanya menganggukan kepala tanda setuju.

Fanya pun kemudian berlalu untuk memgambil air kompresan.

"Dihh, masak ia sih gue harus kompres nih orang. Entar pengilahatan gue ternodai dong!" ujar Fanya.

Deka memiliki tubuh yang kekar, dengan otot perut yang membentuk roti sobek.