Chereads / Jangan panggil aku Pelacur / Chapter 8 - Kesepakatan!

Chapter 8 - Kesepakatan!

Mengompres orang Jahat

Jahat! Jelas Fanya menganggap kalau Deka itu jahat karena lelaki itu telah mengurungnya di sini.

Meskipun dengan fasilitas yang jauh lebih memadai dari pada saat ia tinggal di kos, tapi bagi Fanya ini sangat menyiksa.

Ia seperti tawanan yang hanya di bebaskan saat waktu sekolah saja, selepas itu Fanya hanya akan tinggal di rumah itu lagi sampai pagi menjemput kembali.

"Males banget sih gue sebenarnya mau kompres dia, tapi kalau gak di kompres bau alkoholnya semakin menyengat," cerca Fanya.

Akhirnya gadis itu pun mulai mengompres Deka.

"Sebemarnya sih ganteng, cuma ya kalau gak galak. Tapi kalauudah galak sama dingin gitu jadinya udah gak ganteng lagi," pekik Fanya.

"Jangan membicarakan saya yang tidak-tidak, kamu fikir saya tidak mendengarnya!" ujar Deka.

"Gila, udah mabuk aja masih bisa tau kalau sedang di omongin," batin Fanya.

Setelah selesai mengompres dan memakaikan baju untuk Deka Fanya pun kembali ke kamarnya.

Ia lihat Deka sudah tidur dengan nyenyak, maka itu ia bisa tenang meninggalkan Deka ke kamarnya.

"Berasa habis ngurusin suami aja si," kelakar Fanya.

Gadis itu kini telah sampai di kamarnya dan langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk miliknya.

"Oh iya, gue hampir lupa kan ada PR ya belum gue kerjain lagi!" tukas Fanya.

Ia pun bangkit lagi dari posisi yang sebenarnya sedang sangat nyamannya.

Fanya meraih buku yang ia susun di rak sebelah meja riasnya.

Ia sendiri pun sebenarnya bingung kenapa Deka bisa berfikiran untuk menaruh rak di kamarnya ini.

Tapi menurut Fanya bodo amat lah, selagi ia masih bisa belajar dengan nyaman gak papa lah.

"Ini kira-kira gue nyari jawabannya kemana ya?" tanya Fanya dalam hati.

Terlalu fokus pada Deka, Fanya melupakan kalau ia punya PR yang sangat banyak dan harus di kumpulkan besok semua.

"Kalau sampai gue gak ngerjain PRnya, bisa mati kena marah guru gue besok!" uhar Fanya.

Kadang saat dalam keadaan seperti inilah sebenarnya Fanya sangat merindukan sang ayah.

Dulu ayahnya selalu membantu kesulitannya, jadi Fanya akan lebih mudah untuk mengatasi kesulitannya.

"Ayah, rindu sekali Fanya pada ayah. Andai seakarang Ayah ini masih ada pasti Fanya gak akan pernah mengalami nasib seperti ini Yah," ujarnya.

Tak terasa cairan bening itu menetes begitu saja dari pelupuk matanya.

Rasanya sesak sekali ketika mengingat orang yang paling kita sayang dan kita hanya bisa memeluknya melalui doa.

***

Waktu menunjukan pukul 03.00. Fanya terbangun dari tidurnya, ia baru menyadari kalau dirinya ternyata ketiduran.

"Astaga, jadi gue malah ketiduran?" tanya Fanya dalam hati.

Dan tugas sekolahnya sama sekali belum ia kerjakan.

"Gue harus ngerjain sekarang biar nanti gak kena marah guru," ujar Fanya.

Gadia itu mulai mengerjakan soalnya. Namun anehnya saat ia akan memulai mengerjakan justru semua tugasnya telah selesai di kerjakan.

"Lhoh, seingat gue kan gue sama sekali belum ngerjain kan ya," ujar Fanya. "Tapi kenapa ini kok udah di kerjain semua gini ya," tambahnya.

Fanya menjadi heran, apakah mungkin ia mengerjakan tugasnya sembari tidur. Tapi mana mungkin itu bisa terjadi?

Sementara di kamarnya Deka tengah asyik mengerjakan pekerjaan Kantornya yang tertunda.

Cowok itu memang termasuk golongan laki-laki yang gesit, jadi setiap ada kesalahan dalam pekerjaannya ia akan langsung memperbaikinya.

Ia juga habis mengerjakan tugas Fanya tadi di kamar sebelah.

"Kira-kira cewek tengil itu udah bangun belum ya," ujar Deka.

Ia menyebut Fanya cewek tengil karena tingkah Fanya yang kadang-kadang terlihat aneh.

Ternyata sesuai espektasi Deka kalau Fanya sudah bangun. Selain tengil gadis itu sangat rajin, jadi sudah pasti dia akan terbangun pada malam hari karena tugas yang belum di kerjakannya.

Fanya yang sudah bangun dan karena tugasnya mendadak sudah terselesaikan pun memutuskan untuk membaca buku. Ia tidak bisa terlelap kembali jika sudah terbangun dari tidurnya.

"Wahhh, buku ini bagus juga. Baru tau kalau ternyata cerita yang ada di rak ini bagus-bagus," ujar Fanya.

Ia memang baru sempat membaca buku yang tersedia di rak kamarnya. Alasannya hanya karena ia terlalu sibuk dengan dirinya yang ingin bebas dari tempat ini.

"Kamu sudah bangun?" tanya Deka yang tiba-tiba saja masuk ke dalam kamarnya.

Dan rupanya Fanya lupa mengunci pintunya saat tadi tertidur.

"Bapak! Ma … mau ngapain?" tanya Fanya dengan raut panik.

"Tenang, saya tidak akan berlaku kurang ajar kok jadi kamu tidak perlu takut. Saya hanya ingin menawari sebuah kesepakatan untuk kamu," jelas Deka.

"Kesepakatan apa Pak?" tanya Fanya lagi.

"Saya mau kamu menikah dengan saya, dan berikan saya seorang anak maka setelah itu kamu akan saya bebaskan!" ujar Deka.

"Apa? Menikah! Tapi saya kan masih sekolah Pak," sahut Fanya.

"Tidak masalah, karena kita hanya akan menikah di atas kertas saja. Dan setelah kamu sudah memberikan anak pada saya nanti akan saya bebaskan kamu," jelas Deka.

Fanya sangat terkejut dengan pernyataan Deka. "Apakah begitu rendahnya aku di hadapan pria itu, sehingga dengan mudah pria itu membiat kesepatakan yang sangat merugikanku," ucap Fanya di dalam hati.

"Dan tidak hanya itu saja, saat kamu bebas nanti saya akan memberikan kamu uang yang cukup besar!" ujar Deka lagi.

"Lalu bagiamana dengan sekolah saya Pak," sahit Fanya. Ia berharap Deka mau memikirkan itu.

"Tidak ada masalah bukan. Kamu masih bisa tetap belajar, saya akan mendaftarkan homeschooling nantinya," jelas Deka.

"Ohh, astaga! Bahkan sebentar lagi mungkin aku akan kehilangan banyak teman!" ujar Fanya dalam hati.

"Kalau saya menolak?" tanya Fanya.

"Saya akan meminta tubuh kamu sekarang ini juga!" ucap Deka.

"Apakah tidak ada cara lain?" tanya Fanya.

"Tidak, hanya dengan menikah dengan saya kamu akan bebas dari saya dan akan saya tambahkan uang dengan jumlah yang banyak!" tegas.

Lelaki itu kemudian berlalu meninggalkan kamar Fanya. Membiarkan gadis berfikir terlebih dulu. Namun Deka tetaplah Dek, ia tidak akan menerima penolakan.

Karena apa pun yang di inginkannya harus fi dapatkannya. Hal itu adalah kebiasaannya dari saat masih kecil, hidup di dalam keluarga yang sangat kaya membuatnya selalu terpenuhi apa pun yang di mintainya.

Hal itu menjadikan Deka seperti saat ini, meskipun tetap saja ia tidak bisa melawan kehendak sang mama untuk segera memberikan cucu kepadanya.

"Sial, kalau bukan karena warisan malas sekali saya bernegosiasi pada wanita jalang itu," tutur Deka.

Buat Dek harta adalah segalanya, hidupnya yang sudah terlanjir mewah membuatnya tidak bisa kalau harus kehilangan warisannya. Maka seperti apa pun caranya ia harus tetap mempertahankan hak warisnya itu.