Chereads / Savage Heart / Chapter 2 - Episode 1 : Kesedihan

Chapter 2 - Episode 1 : Kesedihan

"Hey...nak!!, Bangunlah!!", Suara remaja yang meyuruhku bangun.

awalnya kukira itu hanya suara angan - angan di dalam kepalaku karena kondisi ku yang sudah siap menuju kematian, dengan tubuhku yang di penuhi cakaran dan darah hitam merah yang sudah bercampur kering di seluruh baju panjangku yang juga sudah terkoyak habis.

Dengan kegelapan malam yang masih menyelimuti pepohonan hitam, aku terbangun di tumpukan batu yang bersimbah darah hitam keabuan dengan baunya yang menyengat menusuk penciumanku di udara yang dingin dan mencekam. tak ada siapapun disini sehingga suaranya tadi jelas memanggilku.

Lalu, aku pun mencoba 'tuk berdiri dengan kekuatan yang ada, melihat sekitarku yang gelap sunyi dengan mayat – mayat yang tak berkepala dan tubuhnya yang tertinggal bekas cabikan serta daging – daging yang hancur tak berbentuk di luar tubuh mayat.

Tetapi remaja yang membangunkanku tadi masih tetap bertahan dalam kuda – kudanya yang kokoh dengan sebilah pedang biru laut yang terancung Panjang di tangannya yang terlihat kasar dan keras.

Merasa ada yang aneh dengan suasana yang tak nyaman itu, aku pun menanyakan Kembali apa yang terjadi pada remaja di depanku tadi.

"apa kau baik saja?!", tanyaku padanya dengan suara serak karena tenggorokanku yang kering

"apa kau sudah bisa bergerak, nak?, ehhh...atau yang boleh kupanggil kazzex?", tanyanya yang menjawabku dengan tenang seiring masih terfokus ke hadapannya

"yah... kau boleh memanggilku kazzex!.tapi sebelum itu boleh aku bertanya, apa yang terjadi disini, kak?",tanyaku berbalik lagi padanya.

"kau cari tau sendiri dengan melihat apa yang ada di hadapanku", jawabnya menyuruhku memastikan sendiri.

Dengan merangkak secara perlahan sambil merasakan kesakitan karena tak sanggup untuk berdiri, aku melihat dari sisi timur remaja itu yang berada dalam kejauhan sesuatu yang membatu, tak bergerak, diam, dan Terasa mencekam.

"kalau kau sudah dapat melihatnya lebih baik kau lari sekarang", tegas remaja itu dengan tenang dari depanku.

"apakah itu makhluk?", tanyaku dengan rasa takut yang menghantui kepalaku dengan berbagai pikiran buruk menusuk dengan cepat tanpa henti.

"jika kau tak ingin berlari maka makhluk itu akan mengincarmu, kazzex",

"dan satu lagi, panggil saja aku Gizae", lanjutnya

Tiba – tiba dari kebingungan yang membuatku semakin ketakutan, datang sekelompok orang lagi dari belakangku yang dipimpin seorang remaja wanita. Dengan lompatan mereka yang melangkahiku dari jauh, mereka langsung mendarat tepat di belakang gizae.

Walau sekelompok itu datang secara tiba – tiba, gizae tetap berada dalam kuda – kudanya yang menjadi penopang untuknya dalam memegang pedangnya dengan benar. Sesaat setelah menunggu di belakang gizae, barulah gizae memberi isyarat tangannya untuk membuat formasi di sekitar makhluk gelap yang tak berbentuk dengan benar tadi.

"KREK...", bunyi retakan batu yang terdengar ganas. Seketika sekelompok remaja itu termasuklah gizae langsung bersiap dengan kuda – kuda mereka yang terlihat yakin tanpa rasa takut di mata mereka.

Tiba – tiba, "RAUGHHH....!!!", suara raungan besar yang hampir – hampir memekakkan telinga. Seketika semua mata dan kuda – kuda yang telihat sangat yakin tadi berubah drastis menjadi ketakutan kecuali wanita dan gizae yang masih terlihat tenang dengan posisinya dan pedangnya yang masih terancung ke depan tanpa rasa takut dalam menghadapi apa yang ada di depannya.

Namun rasa penasaranku sepertinya mengalahkan ketakutan. aku pun perlahan mendekat untuk melihat apa yang terjadi. Mayat berkaparan di dekatku tanpa satu pun jasad mereka yang utuh.

Lalu, aku mengambil pedang yang berada dalam tusukan mayat di dekatku untuk berjaga – jaga dalam situasi seperti ini. "Sringg...", bunyi gesekan pedang yang tajam saat ku keluarkan dari tancapannya pada mayat tadi.

Dengan merah darah sebagai warnanya, aku langsung saja membawa pedang itu dalam genggamanku menghadap ke tempat makhluk gelap tadi berada, lalu tegak berdiri-Lupa kalau sedang sakit, bersiap pula dalam kuda – kudaku walau belum kokoh seperti gizae dan lainnya.

Tapi sesuatu yang melewati nalar manusia telah mengejutkanku, makhluk tadi sudah berada di sampingku dengan tubuh dan cakarnya yang mengerikan di samping leherku, aku tak dapat lagi bergerak karena di samping tubuhku yang baru kusadari masih merasakan sakit juga menjadi kaku karena serangan yang mengejutkan, menjadikanku terdiam pasrah di tempat.

Lalu, hal yang tak dapat diterima akal lagi – lagi telah membuatku terkejut yaitu dengan datangnya kedua pasangan penyerang maju di hadapanku dengan cepat seperti tak mau mengalah dari cepat angin kencang pada musim semi di daerah hutan tropis ini.

Aku yang menyaksikan itu hanya dapat mendengar pedang mereka berdua menyisingkan mata tajamnya di kedua telinga yang melindungiku dari cakar tangan makhluk gelap yang terlihat mengancam dan menakutkan itu.

"DUA NAGA TELAH BERSATU UNTUK MENGHAPUS KEGELAPAN!!!", Teriak mereka serempak menggetarkan hati sambil mengayunkan pedang mereka hingga membentur leher iblis yang sekeras batu. Disaat itulah aku menyadari kesempatan untuk keluar dari maraknya bahaya didekat sana.

Tanpa butuh waktu yang lama untuk memperdalam kekuatan, Gizae dan wanita disampingnya tadi langsung saja menyabet makhluk gelap itu bagai pisau menembus sutra, diiringi dengan muncratan organ dalam dan darah hitam keabu – abuan yang pekat dengan baunya yang menyegat menusuk penciumanku , tubuh dan kepala makhluk itu terpisah sudah.

Sekelompok remaja tadi hanya bisa melihat peristiwa yang sangat cepat lagi mengancam hati itu dengan mata mereka yang lebar terbuka menunjukkan ketakutan mereka.

aku yang sudah sempat menghindar dari tadi langsung berjalan mendekati gizae dan wanita yang didekatnya- lagi - lagi lupa kalau sedang sakit, mendengar mereka sedang berbicara dengan suara kecil,

"Apa anak laki – laki itu saja yang selamat?", tanya wanita itu pada gizae dengan kecil sementara aku mendengar mereka dari belakang,

"YA, Namanya Kazzex Shikagawa dari informasi yang kudapat sehari sebelum desa ini diserang", jawab gizae sambil menyebut namaku,

"Memangnya ada apa denganku?", ucapku memotong pembicaraan mereka,

"Ara... hai kazzex!!, apa kau baik saja?", tanya wanita di samping gizae itu dengan lembut, matanya yang sayu sangat ramah terpandang mata.

"hmm.. ya.., tadi sih masih sakit tapi tubuhku sekarang sudah lebih baikkan", jawabku sok kuat padahal baru ingat kalau sakit sembari menatap wajahnya yang sayu seiring diterpa sinar matahari subuh dengan warna keemasannya.

Setelah aku menjawabnya, matanya yang sayu berkerut bingung mendengar jawabanku. Lalu, dia mendekatkan mulutnya ke telinga gizae ingin membisikkan sesuatu yang terlihat sangat penting. Dengan jarak bisikan mereka yang tak dapat aku jangkau dengan pendengaranku, maka aku hanya bisa melihat bisikan mereka itu dari kejauhan.

Sembari mereka berbisik, sang api angkasa telah terbit dari timur membawa cahaya emas yang menunjukkan kekuasaannya mengusir dingin fajar sidiq. Setelah sinar menerpa kami menembus pepohonan hitam rindang diatas kami, gizae dan wanita sampingnya melangkah mundur untuk menjauh dariku.

Baru saja aku ingin melangkah mendekat,seketika saja tubuhku sudah dengan cepat dimakan suhu panas yang meningkat drastis. Rasanya tubuhku mati rasa karena meleleh dilahap api, dengan keras aku terjatuh di tanah yang berbatu di depanku.

Sekejap sebelum pingsan aku memegang dadaku yang terasa sangat panas dan sesak sambil membayang – bayang gizae di depanku. Dan akhirnya karena tak dapat menahan sakit dan panasnya aku pingsan tergeletak di atas tanah kering berbatu itu dengan meninggalkan berbagai pertanyan tertinggal di kepalaku.

###

Angin dingin bertiup membangunkanku di bawah naungan bulan purnama yang bersinar indah. Tidak terasa matahari sudah tenggelam di makan kegelapan malam lagi, setelah menyadari malam Mataku pun melebar terkejut karena menyadari rasa sakit yang luar biasa tadi telah hilang begitu saja.

Terus angin dingin berhembus membelai rambutku sembari aku melihat – lihat sekitar ku yang hanya ditinggali keheningan Bersama suara burung hantu dan lambaian pohon– pohon yang ditiup ketenangan malam sambil meraba - raba bagian tubuhku yang lain, memastikan.

lalu, Aku pun berdiri dengan mengingat – ingat sesuatu yang kurasa ada yang kulupa-jadi, ceritanya saya ini pelupa. KELUARGAKU!!?. Aku mulai membelalakan mataku terkejut. Menoleh kesana kemari dengan cepat, mencari - cari jalan di dalam gelap dengan redupnya cahaya bulan. tapi semua yang kulakukan hasilnya NIHIL, tak ada hasil sama sekali karena terlalu gelap untukku melihat dengan pasti arah yang akan ku tuju.

tanganku meremas - remas kepalaku seiring mataku meratap ke bawah merasa khawatir. hatiku merasa terasa di sayat - sayat oleh takdir yang menjatuhkan ku berkali - kali tanpa kasih lagi. air mata ku menetes tak tertahankan lagi tanpa sebab, tapi mungkin ini hanyalah air mata orang yang cengeng sepertiku.

aku selalu menangis ketika dulu selalu terjatuh di pendakian bukit bersama temanku. tapi disanalah orang yang selalu ada untukku saat aku menangis, mengulurkan tangannya yang di penuhi penyemangatannya untukku hadir.

namun hanya sampai situ ingatan masa lalu baikku pun berujung, selanjutnya hanyalah ingatan burukku pada masa lalu. waktu itu kobaran api di mana mana menelan pemandangan indah hutan, aku yang berada di atas tumpukan mayat hanya dapat menangis, menangis, dan menangis.

semua teriakan keputus asaan saling sahut - menyahut hari itu. yah, bisa dikatakan hanya kali itu saja 'orang yang selalu ada untukku itu tak datang megulurkan kembali tangannya padaku. tapi sejak itu pula aku tak lagi menangis dengan mudah, semangat yang dia berikan selama itu tak sia - sia hingga kini.

disaat itu pula, disaat aku tertunduk sambil tersenyum menangis mengingat semua itu seseorang mengulurkan tangannya lagi padaku, membuatku merasakan lagi penyemangat yang hilang selama ini.

Aku pun menengadahkan wajahku melihat siapa yang mengulurkan tangannya untukku. namun mataku yang kabur akibat membendung terlalu banyak air mataku menjadi penghalang.

aku hanya dapat membayang orang di depanku sambil terus mengucapkan 'Tee..rima kasih, terima kasih' dengan memegang tangannya yang keras tapi penuh rasa simpati untukku. lalu, sambil memelukku yang sudah lemas tak berdaya, dia bicara dengan lembut di telingaku,

" Kau akan menjadi kuat, Kazzex. Maka oleh karena itu Teruslah hidup karena hanya kau yang punya tekad ini, Ubahlah masa depan dengan kekuatanmu itu, jangan kau sia - siakan pengorbananmu dam pengorbanan orang lain untukmu sampai saat ini, Kazzex ", ucapnya sebelum aku tertidur di pelukannya yang hangat.

Inilah Takdirku dan aku harus menjalaninya. ~ Himitsu_Ryu ~