Chereads / Savage Heart / Chapter 6 - Episode 5 : Pertarungan Pertama

Chapter 6 - Episode 5 : Pertarungan Pertama

~ Perjuangan takdir, yah... mungkin seperti itulah nasibku sekarang. ~

'Sepertinya ini akan menjadi pertarungan yang sulit', kataku dalam hati. gizae tidak berbohong soal makhluk gelap ini. selagi aku belum tahu makhluk gelap itu lebih kuat atau lebih lemah dari makhluk gelap yang dilawan oleh gizae dan teman wanitanya waktu itu, aku harus lebih berhati - hati.

Awan subuh sudah mulai terlihat. sepertinya sebentar lagi akan pagi. sekarang aku masih dalam posisi kuda - kudaku sambil memegang gagang pedang yang masih disarungkan di sarungnya.

terlihat perut pesamurai yang sedang dimakan oleh makhluk gelap itu terkoyak habis dengan lumuran darah yang menambah kengerian suasana sekarang. lalu tak lama dari itu ia pun tegak dengan tegap menghadap kepadaku juga melirik ryu, miuno dan natasha yang masih terdiam di atap kereta.

aku mengerutkan dahi. berpikir dalam mengambil kemungkinan, dan kesempatan, karena yang kulawan di depanku ini bukanlah penjahat biasa namun makhluk gelap ini adalah makhluk baru yang belum diketahui apapun tentangnya itu. setelah semua pemikiran dan strategi selesai, climax pun terjadi.

peng - awalan pun dimulai. makhluk gelap itu melangkah maju membawa cakar dan taring yang tajam nan berlumuran darahnya itu. aku pun mulai merangsek maju kedepan sambil menyiapkan serangan dari pedangku. walau tanganku sekarang sudah baikan, tetap saja genggaman kuat dapat membuat sakit. tapi tidak ada waktu untuk memikirkan kesakitan ini, sebelum ada korban lagi yang jatuh di depanku.

pedang ku kuancungkan kedepan sambil berlari kencang kedepan. sementara itu, keadaan sekitar tetap ku perhatikan agar dapat mengendalikan statusku dengan mudah dalam pertarungan yang tidak logis ini. seperti yang diduga, dengan cepat makhluk gelap ini berlari lurus bak angin yang tertiup kencang. hingga akhirnya kedua tubuh kami sudah mulai berdekatan, kaki kananku yang menapak di depan menghentikan lari kencangku dan dengan cepat merunduk sambil merentangkan tanganku. angin pun berhembus lembut saat ku menutup mata, mencari titik keberadaan makhluk gelap tadi.

Kesiagaanku siap dengan seluruh persiapan kekuatan yang akan dikeluarkan. 'Shufff....' lagi- lagi angin menandakan semuanya, menunjukkan keberadaan si makhluk gelap. tanpa menahan lagi, aku menebaskan pedangku menyerong ke kanan depan. ' Tring... ', Yapp!!! seperti yang kuduga, Suara besi bertemu besi. namun kekuatan yang kuperhitungkan kurang tepat hingga aku terseret kuatnya makhluk gelap. eitss hanya sampai situ saja perhitunganku salah, keberuntungan sudah kembali padaku. volume dan intensitas udara yang kubuat saat berlari sambil mengancungkan pedang tadi membuat makhluk itu sedikit terusik. kembali dengan memejamkan mata, aku mencoba mencari kelemahan makhluk gelap dengan tanduk dari bawah dagu hingga kepala itu.

secara logis, di tempat vital manusia akan tumbuh bulu ataupun semacamnya. begitu pula hewan ataupun tumbuhan dengan tanda mereka masing - masing. kalau begitu kelemahan makhluk gelap ini berada di dagunya.

aku menghela napas, kembali dalam posisi siaga ku. mataku menatap serius makhluk di depanku ini. wajahnya yang tak beraturan membuatku mual seketika, tapi itu tak kupikirkan lama - lama. kemudian tanpa berlama lagi, aku pun berdiri memegang pedang di tangan kanan dan sarungnya yang terbuat dari kayu di sebelah kiri.

kembali aku berlari merangsek maju menuju makhluk gelap yang terlihat diam mencermati gerakanku yang begitu teratur dan akurat. tak lama pedangku dan tangannya yang mengahalangi lehernya pun bertemu. pertarungan jarak dekat pun dimulai. aku pun menusukkan sarung pedangku pada matanya yang kemudian kutarik ke bawah hingga membuka luka yang panjang di wajahnya.

pedang pun terlepas. namun sebelum meringis kesakitan dia menyerang dengan tanganya ke kedua kaki ku secara horizontal membuatku terjatuh hebat ke samping. kepalaku mendarat kuat di tanah, spontan kepalaku terasa nyeri. tapi mungkin kemenangan akan memihakku, karena makhluk gelap itu menyibukkan diri dengan matanya yang terbelah di dekat diriku terjatuh.

Sambil merasa - rasa kekuatan yang tersisa, aku berusaha tegak kembali menghadap ke makhluk gelap yang berada jauh di depan kereta kuda. sekilas ku melihat, natasha, ryu dan miuno tidak ada lagi di atas sana. sebelum sempat memkirkan itu, lamunan ku buyar karena dikejutkan dengan regenerasi makhluk ini yang sangat cepat. lukanya yang besar perlahan mengecil. spontan aku dengan tertatih - tatih menuju cepat ke arah makhluk gelap itu dengan raut wajah khawatir dan dengan harapan kalau aku dapat membunuhnya sebelum sembuh. namun lagi - lagi akibat belum sempat, kemenangan menjauhiku.

keputus asaaan kembali menyelimutiku lagi. aku jatuh berlutut sambil menatap kosong makhluk gelap di depanku yang sudah beregenerasi dengan sempurna. dengan senyuman yang penuh kemenangan, dia mengangkat tangannya sambil mengumpulkan tenaga disana.

" Inikah akhir dari seorang Kazzex Shikagawa? "

" Apakah aku akan mati Diawal Perjuangan Takdir ini? "

" Ataukah Masih ada secercah cahaya Harapan untuk kembali bangkit dari keputus-asaan? "

Di Dalam semua Pikiran Kosong itu, Akhirnya harapanku pun terjawab. Sebuah kapak menembus wajah makhluk gelap itu hingga jatuh tersungkur di hadapanku. di depanku berdiri seorang wanita yang sedang terengah - terengah diterangi singsingan fajar awal, menambah kesan cantik padanya. yah... Natasha Kireina dengan kedua adikku tersayang di belakang.

tak tahu harus bagaimana aku menggambarkan kebahagiaan ini. air mata di pelupuk mataku tak mau keluar, tapi hatiku bergejolak kegirangan. aku terisak. terus terisak. hingga akhirnya natasha merangkulku dalam pelukannya. Hangat. sangat hangat. pelukan penuh kehangatan. inikah pelukan Ibu?. Bukan... Ini pelukan Ayah. Tidak... Inilah pelukan Rindu. tapi apakah aku pantas dipeluk dan dirangkul seperti ini?

" Tahukah kamu Kazzex?, Sesaat sebelum aku menyelamatkanmu, seluruh tubuhku yang tadinya bergetar takut, bertekad ingin meraihmu di hadapan Iblis ini "

Aku yang semakin terisak sedih-bahagia hanya diam mendengar ucapan natasha.

" tapi itu Tak mungkin hanya suatu kebetulan, Kazzex. Melihat bayang - bayang matamu dari kejauhan membuatku kembali bangkit untuk menyelamatkan orang, yang tiba - tiba dirindukan oleh hati ini ", Katanya lemah lembut sambil mengusap kepalaku

" KAz...zex, hey... Na..k KAzzex ", suara serak tua tiba - tiba memanggilku di sela dramaku masih berjalan.

Spontan aku melepas rangkulan natasha, mencari keberadaan suara itu. 'Hingga sesaat aku mencari suara itu, suara itu kembali memanggil

" Nak.. Ka..zze..X maaF..kan Kak..ek ya ", batinku tersentuh

Baru aku sadar suara ini... hanya aku yang dapat mendengarnya. Ini suara kakek yang merupakan tetangga dekat keluargaku dulu. mataku membulat sempurna, bertanya - tanya dimana kakek ini berada.

" kake..kek dIS...INI Kazz...ex, KAke...kkmu I..ni Suda...h MEn...JA.ddi JAh...at ya "

Batinku tersayat melihat iblis tadi ternyata adalah... adalah... sumber suara itu sendiri. dan... 'suara ini... suara ini adalah suara seorang kakek tetangga yang sudah kuanggap kakekku sendiri. aku segera memegang tangannya. tapi kata 'terlambat' kembali menjadi alasan dari semua kesedihan, perlahan tubuh kakekku yang merupakan makhluk gelap sirna menjadi abu diterpa lembutnya sinar pagi.

" Kenapa bisa menjadi begini, kek ? ", ucapku yang tak lagi sadar kalau air mata sudah keluar dari tempatnya.

" Sudah tak Perlu menyalahkan Takdir lagi Kazzex. Apa kau Ingat, kazzex.? Saat kau kecil selalu minta gendong dengan kakek ini? ", tiba - tiba ia berbicara dengan mudahnya

" Jangan bahas tentang itu sekarang kakek, setidaknya aku ingin dapat memelukmu sekarang. jangan tinggalkan aku kek, aku tidak punya siapa - siapa lagi disini, ku mohon jangan pergi ", ujarku sambil semakin terisak menangis

" Jadi itu siapa, Kazzex? ", Tunjuk kakek pada Natasha

" Dia hanya temanku, kek. tapi... tapi yang kubutuhkan adalah orang sebagai tempatku menyandar nyaman seperti kakek "

" nak perempuan, Kemarilah ", Panggil kakek, tidak mempedulikan tubuhnya yang sudah sirna hingga perut

" Temanilah nak Kazzex ya. Kalau kamu suka maka cintailah, jika kau tak suka maka temani ia. jadilah anak baik. aku percaya padamu..., jika wajahmu saja sudah secantik begini aku yakin begitu pula dengan hatimu. Aku Sangat Yakin itu... Sekarang... Ukh...ukh... Aku titipkan Cucuku ini, ya ", ujar kakek sambil mengusap rambutku, dan Natasha hanya memilih tertunduk takzim dalam diam dan mengangguk pada kakek.

" Mulai sekarang Kau tak lagi sendiri Anakku, Rubahlah dunia dengan tanganmu karena kau pasti mewarisi tanggung jawab besar itu dari Ayahmu, Shikagawa ", setelah berkata begitu, kakek menengadahkan wajahnya ke langit bersiap dengan penyirnaan dirinya.

" Ternyata hidup ini singkat tanpa cinta " Itulah kata - kata terakhirnya sebelum kepalanya pun sirna menjadi abu meninggalkan kenangan yang tersisa.

~ Terkadang Kehilangan dapat membuat kita lebih memaknai arti dari kebersamaan itu sendiri. sehingga dewasanya kita akan dapat menghargai, arti dari semua perasaan disaat kebersamaan bersama orang yang kita cintai, ~Himitsu_Ryu

" Ingat Kazzex, Selalu Berpegang pada kebenaran jika kau ingin menang... "