Chapter 16 - Daun Ivy

Cinta merupakan sebuah perasaan yang sulit dijelaskan dengan kata-kata. Cinta hanya bisa dirasakan dengan hati, namun tanda dan reaksinya dapat kita tebak dari ekspresi setiap gerak tubuh, baik itu mata, tangan, bibir, detak jantung atau pun raut muka.

Saat Ara membuka matanya pertama kali dan melihat ke sekitar, dia tau bahwa saat ini sedang tidak berada di dunia nyata. Hatinya terasa sesak dan tubuhnya seakan mati rasa. dia berada di sebuah kuil yang menyimpan banyak Kesakitan. Itu adalah kuil tempat pernikahan antara dirinya dengan Muticus. Seharusnya mereka menjadi sepasang suami istri, jika saja anak panah tidak menembus jantung Muticus.

Ara berusaha bangun dari tempat itu, tempatnya sudah sangat sepi dan begitu aneh, Di depannya terdapat pohon yang familiar. Daun Ivy..

Entah kenapa Ara memilih untuk berjalan ke pepohonan itu dan mengambil daunnya yang berwarna merah kecoklatan.

Matanya memandang dengan lekat, lalu tak lama dia mendengar suara seseorang berjalan. saat dia menengok ke samping, dia melihat Steve dengan pakaian kerajaan. terlihat sangat tampan dan berbeda.

"Kau disini, aku mencari dirimu kemana-mana tadi." Ujar Steve dengan suara lembut.

Ara hanya diam saja dan memandangi daun di tangannya lagi, dia sangat tau arti daun ini di masa depan. Daun Ivy merupakan salah satu lambang cinta yang dipakai oleh bangsa Yunani dan Romawi Kuno. Ivy adalah sebuah tanaman rambat yang memiliki nama laitn Hedera helix. Daun Ivy yang berbentuk hati dan selalu merona hijau tersebut dianggap sebagai daun keabadian (evergreen) yang tepat untuk melambangkan cinta dan kasih sayang. Batang (sulur) yang merambat dianggap sebagai simbol gairah hidup. Pada zaman dulu, daun ivy sering diletakkan di atas batu nisan sebagai tanda cintanya abadi walaupun maut telah memisahkan.

apakah Daun ini tumbuh untuk memberitahu bahwa tempat ini akan menjadi pemakaman yang menyedihkan?

"Ara?." Tanya Steve lagi.

"Jangan bicara dengan diriku, aku sedang tidak mau berbicara apapun." Kata Ara pelan, dia menghela nafasnya dan memejamkan mata perlahan.

berharap dunia ini akan menghilang dan dia bisa kembali ke masa depan, Ara merasa lelah. dia lelah melihat kilasan masa lalu, kilasan itu semakin terlihat jelas dan semakin aneh. Ara tidak sanggup memecahkan semuanya, dia tidak sanggup menahan semua derita itu.

"Ara, Kau baik-baik saja? Ayo kita kembali ke Istana." Steve berucap sekali lagi, membuat Ara membuka matanya dan menghela nafas panjang.

"Apakah aku akan menikah dengan Pangeran Cristatus?." Tanya Ara tiba-tiba, memdengar hal tersebut Steve langsung terdiam dan menatap mata wanita di depannya dengan serius.

"Kau yang menerima lamaran itu, kau juga yang berkata bahwa sudah jatuh cinta padanya. apakah sekarang kau masih mempertanyakan semua itu?." Tanya Steve, Ara menengok ke arah Steve dan menatap mata lelaki itu cukup dalam.

Ara tau satu hal saat ini, Kejadian demi kejadian yang terjadi adalah kilasan yang belum sempat masuk ke dalam ingatan Ara. dan semua kilasan itu berhubungan dengan Steve, lelaki yang memang tidak pernah ada di kilasan masa lalu Ara sebelumnya. Dan Ara Juga paham pada beberapa spekulasi. Bahwa saat ini dirinya terus mengingat sesuatu dengan alur maju. Sedikit terjeda-jeda. Tapi semuanya terasa masuk akal oleh Ara.

"Aku menerima lamaran tersebut? kapan tanggal pernikahannya?." Tanyaku lagi, aku memang lupa kapan pernikahan itu akan terjadi.

"Kau lupa? Dua hari lagi, saat malam rembulan bersinar terang di tengah-tengah kuil. Maka kau akan menikah dan menjadi istri Orang lain." ucapan Steve seperti menyimpan banyak kesakitan, aku melihat semua kesakitan itu dengan rasa bersalah yang cukup besar.

"Steve? apakah kau jatuh cinta dengan diriku?." Dari banyaknya pertanyaan yang tertancap di otak Ara saat ini, Wanita itu memilih Pertanyaan yang cukup ekstrim dan begitu sensitif.

"Apakah itu Pertanyaan? apakah kau benar-benar Bertanya pada Diriku? atau kau hanya mau memainkan perasaanku lagi? Arabella?." Tanya Steve balik, lelaki itu sudah memandang arah lain dan terlihat sekali sedang menahan amarah.

"Jadi kau memang jatuh cinta padaku di dunia ini, kau tidak memperjuangkan cinta itu?." Tanya Ara sekali lagi, Pertanyaan yang sekarang menyentil hati Steve yang paling dalam.

Lelaki itu langsung Menengok dengan cepat dan terlihat ada harapan di dalam mata itu.

"Kau mau aku perjuangkan? apakah kau mau pergi dari pernikahan ini?." Steve sudah memegang kedua tangan Ara. Wanita itu hanya diam saja dan melihat tangannya yang saat ini di pegang oleh Steve

Sangat hangat...

apakah di dunia nyata Steve mau memegang tangan Ara seperti ini? Ara jadi Bertanya-tanya sendiri.

"Apa yang akan kau lakukan untuk memperjuangkan diriku?." Tanya Ara lagi.

"Apa saja, apapun yang kau inginkan." Ujar Steve dengan sangat yakin.

Mereka saling bertatapan cukup lama, memandangi satu sama lain. Hingga tak lama daun Ivy di atas mereka berguguran. seperti pertanda sesuatu akan terjadi, Angin berhembus kencang dan guguran daun Ivy mengenai tubuh mereka berulang kali. Mata mereka saling menampilkan perasaan yang berbeda. Semesta sedang mendukung? atau semesta sedang menolaknya.?

Ara merasa bahwa daun Ivy yang berterbangan seperti lambang cinta. lambang cinta itu sendiri dikatakan hati yang pada bahasa biologisnya merupakan liver, padahal kebanyakan orang menyebut lambang ini sebagai jantung. Beberapa filsuf mengatakan bahwa jantung merupakan pusat pemikiran dan emosi yang kadang menolak peran otak. Dan beberapa pengajaran menyebutkan bahwa dalam jantung inilah terdapat jiwa. dan Ara Sekarang sedang mengartikan bahwa lambang cinta disini daun Ivy.

di saat yang manis Seperti ini saja Ara masih menerka-nerka tentang apa yang sebenarnya terjadi.

Ahhh.. wanita memang punya pemikiran yang rumit sekali.