Cantika menatap Steve yang sejak tadi sudah ada di depan wajahnya, dua orang itu adalah sahabat baik sejak kecil. Mereka selalu bersama jika tidak mempunyai waktu yang sibuk.
Cantika menggandeng tangan Steve dan mereka bersama-sama masuk ke dalam ruangan wanita tersebut, itu adalah Ruangan besar yang seperti kantor Pribadi. ada kamar yang cukup besar di balik ruangan tersebut.
Cantika dan Steve memang sudah janjian untuk bertemu malam ini, Sang wanita mengeluarkan botol wine dan gelas untuk dipakai minum malam ini. Membuka jendela agar angin malam bisa masuk dengan baik, Cantika Tersenyum senang saat melihat Steve yang sudah nyaman Merebahkan tubuhnya di atas sofa.
"Kau sepertinya sangat lelah Steve, apakah Mengurus Nona muda Caldwell memang sangat susah?." Tanya Cantika, dia menuang Wine ke dalam gelas. Membawanya ke depan Steve dan dia ikut duduk di samping lelaki tersebut.
"Ahhh.. aku lebih baik bekerja siang malam untuk mengurus perusahaan, daripada mengurus wanita muda sepertinya. Dia terlihat sekali sangat manja dan memang cukup unik, aku bingung cara membuatnya tetap baik-baik saja. aku tidak punya pengalaman apapun untuk menjaga seorang wanita, terlalu lama hidup pada kesendirian membuatku tidak bisa berlama-lama dengannya. Kau tau sendiri, aku saja dekat denganmu sebagai sahabat dan tidak benar-benar tau tentang wanita Seperti dirimu. jadi aku benar-benar bingung." Ujar Steve secara jujur, lalu dia mengambil gelas wine dan langsung meminumnya dengan sekali gerakan.
Setidaknya rasa wine Membuatnya cukup tenang, Cantika hanya tersenyum dan memijat kaki Steve dengan gerakan lembut, Steve membiarkan saja apapun yang Cantika lakukan. Mereka memang sebegitu dekatnya, melakukan banyak hal secara bersama-sama. mereka bukan sekedar sahabat, tapi juga seorang partner yang bisa membantu satu sama lain dalam segala hal.
"Kau butuh kesenangan? mungkin sesuatu yang hangat dan menggairahkan?." Tanya Cantika pelan, dan Steve hanya tertawa saja.
"kau selalu tau apa yang aku butuhkan saat ini, Jadi apa yang bisa kau berikan padaku?." Steve langsung menengok ke arah Cantika lalu mendorong tubuh wanita itu ke belakang sofa, mereka saling menatap satu sama lain. Ada perbedaan besar dari kedua tatapan mereka, jika Cantika menatap dengan penuh cinta. Maka Steve sedang menatap dengan penuh nafsu.
"Aku memang sangat tau apa yang kau butuhkan, seorang pria yang sedang kelelahan dengan semua urusan pekerjaan dan sejenisnya, perlu pemuasan nafsu dan percintaan yang akan membuatnya lebih menikmati hidup ini. Katakan padaku Tuan Steve yang terhormat, mau Seperti apa percintaan kita malam ini?." Cantika mengelus pelan leher lelaki di depannya, menatap bola mata yang terasa menggelap di bawa lampu remang-remang.
Mereka memang tidak menyalakan lampu secara keseluruhan, hanya satu lampu berwarna kuning. hal itu sengaja cantika lakukan untuk menambah kesan hangat dan sensual dari pendekatan mereka.
"Sesuatu yang luar biasa pastinya, Jadi Nona Cantika yang cantik. bisakah kau berikan servis terbaikmu padaku malam ini? bagaimana dengan sedikit permainan kasar yang akan membunuh seluruh akal sehat?." Steve mengelus lembut tangan cantika yang saat ini hanya memaki kemeja pendek.
wanita itu Tertawa kecil, lalu dia mengangguk dan Sekarang tangannya mulai meraba sisi wajah sangat lelaki tampan. Ada bulu-bulu halus yang terawat di sebagian wajah tersebut, menambah kesan seksi dan panas. ibu jari wanita itu sangat lentik, menyentuh inci demi inci kulit halus sang Pria. Menempelkan ujung jarinya di bibir merah yang sudah terbuka sedikit, bibir yang meminta di puaskan dan di jilat dengan kasar.
Tapi tidak di lakukan oleh sang wanita, sebab dia masih mau bermain-main dengan perlahan-lahan. sang lelaki memejamkan matanya, bulu mata yang lentik itu bergerak-gerak gelisah. Namun kegelisahan itu tetap di tahan untuk mendapatkan sensasi lain dari rasa yang terbakar.
"Katakan Tuanku, apakah aku harus membuka pakaian ini?." Tanya Cantika dengan suara sensual, Mata lelaki yang tadinya tertutup, langsung terbuka lagi dan memancarkan segala keinginan yang terpendam. Keinginan yang menggetarkan satu demi satu jiwa hasrat yang tertidur.
"Aku ingin melihat kulit halus ini tanpa sehelai benangpun." Kata Steve pelan, dan Cantika langsung tertawa sekali lagi. dia bangun dari atas sofa, melihat Steve yang sudah Merebahkan punggungnya di sisi sofa. Masih sambil duduk dia merentangkan kedua Tangannya, melihat di depannya sang Dewi dengan sengaja menggoda secara terang-terangan.
Cantika mulai menyalakan musik klasik untuk meredam semua desahan yang akan terjadi nantinya, dia lalu membuka satu persatu kancing kemeja yang dia pakai. Hingga terlepas semua dan membuang kemeja itu sembarangan arah, terlihat bra berwarna hitam, sangat indah di padukan dengan kulitnya yang putih dan menakjubkan.
Rok pendek yang dia pakai juga sudah di lepaskan dengan cepat, celana dalam yang berwarna senada dengan bra Miliknya. dia mulai menggerai rambutnya yang panjang, lalu perlahan-lahan mulai maju dan merangkak di atas tubuh Steve. Duduk di atas pangkuan sang lelaki, tangannya yang lentik mulai meraba kemeja yang di pakai Steve, membuka juga satu persatu kancing yang menghalangi otot kekar dan sangat indah di sana.
Cantika dapat melihat bulu-bulu halus di dada Steve yang indah, bentuk otot perutnya juga tidak kalah sempurna. Tercetak luar biasa untuk membuat siapa saja wanita yang menatapnya bisa mendesah kencang dan menjerit Tidak karuan.
Cantika mulai mengecup bibir Steve yang sudah cukup mengering, melumat dengan hati-hati. menuangkan segala jenis rasa basah ke dalam bibir itu, satu hisapan sudah di berikan. berlanjut dengan hisapan- hisapan lain yang menambahkan kesan hidup pada malam yang sendu ini.
Lidahnya mulai menjulur, menjelajahi satu demi satu gigi dan gusi yang terasa hangat. Lidah Steve Tidak tinggal diam, ikut menjelajahi dengan sangat baik. awalnya memang perlahan dan saling menjilat satu sama lain, namun permainan bibir dan lidah itu semakin menjadi-jadi saat satu sama lain sudah merasa terbakar. keringat percintaan juga sudah mulai terlihat dari sudut kening masing-masing.
Cantika memejamkan matanya, begitu pula dengan Steve. mereka mulai merasakan titik-titik euforia yang perlahan menjalar ke setiap sudut kulit. hawa nafsu yang semakin memuncak dan mendambakan kulit itu bersentuhan dan menciptakan rasa nikmat yang tiada Tara.
Apa lagi yang mereka tunggu, saat tangan Steve sudah mulai menjelajahi punggung Cantika, Lalu jarinya melepaskan pengait bra yang menghalangi bukit kembar dengan puting merah muda itu...
Bra sudah terlepas dan jatuh di pangkuan, Steve membuka matanya. dia melepaskan ciumannya dari bibir Cantika, lalu sedikit mendorong tubuh wanita itu ke belakang. dia ingin melihat payudara ranum milik Cantika, Payudara yang mampu membuat sesuatu di bawah sana langsung menegang dengan sempurna.
Steve meremas kedua payudara itu secara bersamaan, lalu memukulnya dengan gerakan-gerakan kecil. Membuat Cantika mengigit bibirnya karena merasa kenikmatan.